Salin Artikel

Bara Duka di Atas Kapal Tanker Waruna

Sekitar pukul 08.30 waktu setempat, ia terkejut saat mendengar ledakan serta suara desis gas dari arah galangan kapal.

Khaidir segera berlari keluar pondok dan melihat asap mengepul dari kapal MT Jag Leela yang terbakar hebat di galangan kapal.

Pria itu melihat api dan asap membumbung tinggi dari bagian belakang lambung kapal, dari bawah, tengah, hingga atas kapal.

Saat ledakan kembali terdengar, Khaidir belum melihat ada anak buah kapal (ABK) yang keluar dari kapal tersebut.

Menurut Khaidir, sekitar 20-an ABK baru terlihat keluar kapal setelah asap merambat ke bagian depan kapal.

Mereka kebingungan karena tak bisa turun karena tangga berada di bagian depan kapal yang sudah dipenuhi asap tebal.

Khaidir melihat para ABK naik ke dok kapten untuk menyelamatkan diri. Meteka kemudian turun menggunakan tangga monyet dibantu dengan beko.

Saat ABK turun menyelamatkan diri, ledakan masih tedengar dari kapal MT Jag Leela.

Tak hanya Khaidir yang panik. Warga di sekitar galangan kapal juga berhamburan keluar rumah.

Selain suara ledakan, beberapa gang yang berdekatan dengan galangan kapal dipenuhi asap sehingga jarak pandang pendek.

Warga sekitar mengaku mendengarkan lima kali ledakan dari arah galangan kapal.

Komandan Regu (Danru) Damkar UPT Wilayah IV Belawan, Sadakata Ginting mengatakan saat terjadi kebakaran ada 50 anak buah kapal yang ada di dalamnya.

Sebagian besar ABK berhasil diselamatkan petugas pemadam kebakaran melalui tangga darurat yang dibentangkan di samping badan kapal.

Pihak Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, menjelaskan, kapal yang terbakar adalah milik PT Waruna Nusa Sentana Shipyard Belawan.

Kapal tersebut diketahui sedang melakukan perawatan atau docking yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kantor distrik navigasi kelas 1 Belawan.

Kapal yang memiliki panjang sekitar 250 meter itu digunakan untuk mengangkut minyak.

Lima korban di antaranya gosong sehingga belum bisa dikenali.

Sedangkan 22 orang terluka dan menjalani perawatan di Rumah Sakit PHC Belawan dan Rumah Sakit TNI AU Belawan.

Hingga Selasa siang ada enam keluarga yang sudah mendatangi kepolisian untuk membuat laporan. Sehingga masih ada satu keluarga jenazah yang melapor.

Polisi kemudian mengumpulkan data dari keluarga untuk mengidentifikasi korban.

Wakil Direktur RS Bhayangkara AKBP dr Zulkhairi mengatakan pihaknya telah mendirikan posko ante mortem untuk mengambil data korban semasa hidup dari pihak keluarga.

Zulkhairi juga mengimbau kepada pihak yang merasa kehilangan anggota keluarganya, terkait dengan MT Jag Leela, untuk segera melapor ke posko ante mortem di RS Bhayangkara.

"Kalau bisa membawa data sidik jari KTP, kalau ada, kalau tertinggal di rumah, bisa juga ijazah," jelasnya.

Hari ini adalah hari pertama Bukhari bekerja. Dia baru 30 menit di atas kapal sebelum kebakaran hebat terjadi.

Bukhari sebelumnya bekerja sebagai pengemudi ojek online. Ia kemudian bekerja di kapal tangker tersebut karena pandemi corona.

Karena baru hari pertama bekerja, kemungkinan besar Bukhari bertugas membersihkan kapal.

"Sebelum bekerja di situ, dia narik Grab. Sudah sekitar setahun lah. Tapi karena corona ini lah dia kerja di situ. Dan kalau dihitung, kerja mulai pukul 08.00 WIB, kapal itu terbakar jam 08.30 WIB. Baru setengah jam kerja. Dan itu hari pertama dia kerja," kata Dede, kakak kandung Bukhari saat bercerita pada Kompas.com, Selasa (12/5/2020).

Ia sempat mencari keberadaan adiknya di rumah sakit. Namun sang adik tidak ditemui. Kepastian nasib sang adik baru diketahui Dedek pada Selasa pagi.

Sang adik ternyata menjadi salah satu korban yang tewas.

"Kondisinya tidak gosong. Masih bisa dikenali. Saya kakak kandungnya ya hapal dan tanda lah sama adik saya," kata Dedek.

Bukhari meninggalkan dua orang anak yang berusia 6 tahun dan 7 bulan.

Sementara saudara kandung mereka Dahrul Daim Siregar (30) yang juga bekerja di kapal tersebut berhasil menyelamatkan diri.

Saat kejadian, Dahrul belum turun ke kapal sedangkan dua saudara lainnya sedang bekerja memperbaiki kapal.

"Sudah positif itu keluarga kita setelah kita lihat dari data, pakaian, ciri gigi yang ada sela-selanya, dan celana kolor celana pendeknya, mereka suka pakai seperti itu," kata Ahmad.

Ahmad mengaku sembilan tahun yang lalu dia bekerja di tempat yang sama dengan Nur Kasim. Kemudian diikuti adiknya, Bakhtiar yang baru mulai bekerja sejak 2 atau 3 tahun lalu.

"Mereka itu subkontraktor. Keahliannya sebagai teknisi bagian perbaikan. Ngelas. Memang semua pekerjaannya ngelas di situ," kata dia.

Ahmad bercerita bekerja di docking sangat berbahaya. Hal itu yang membuat ia memilih mengundurkan diri.

Menurutnya banyak pekerjaan yang dilakukan di atas kapal mulai dari mengganti pipa, mengganti pelat, atau mengelas tangki, dan pekerjaan perbaikan bagian kapal.

"Aku mundur, mau dibayar berapa pun aku gak mau kerja gitu lagi," katanya.

Kapolda Sumatera Utara Irjen Martuani Sormin menyebut kebakaran kapal tangker MT Jag Leela di Belawan, Medan, Sumatera Utara, diduga sebagai kecelakaan kerja.

Ia mengatakan ada 12 orang yang diperiksa sebagai saksi oleh polisi.

Saat ini Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumut telah merampungkan proses identifikasi jenazah korban kapal terbakar.

Jenazah yang sudah teridentifikasi langsung diserahkan kepada pihak keluarga.

Martuani memastikan pihaknya akan terus melakukan penyelidikan atas kebakaran itu.

"Untuk sementara, Polda Sumut menetapkan ini adalah kecelakaan kerja. Namun untuk meneliti asal usul api, tim labfor akan membuktikannya," kata Martuani.

Pada Rabu kemarin, polisi belum bisa melakukan penyelidikan ke dalam kapal. Sebab, suhu di dalam kapal masih sangat tinggi.

Menurut Martuani, dalam pemeriksaan saksi, polisi juga akan memeriksa dari sisi aspek keselamatan kerja.

"Nanti itu yang akan dibuktikan Puslabfor, dari mana asal api dan keselamatan kerja," kata dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dewantoro | Editor: Aprillia Ika, Abba Gabrillin)

https://regional.kompas.com/read/2020/05/14/04050061/bara-duka-di-atas-kapal-tanker-waruna

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke