Salin Artikel

Terdampak Covid-19, Taman Satwa Cikembulan Kesulitan Biaya Pakan dan Rumahkan Pegawai

Kesulitan pakan terjadi setelah pihak manajemen menutup kunjungan wisatawan mulai awal Maret 2020.

Rudy Arifin, Manajer Operasional Taman Satwa Cikembulan mengungkapkan, satwa-satwa yang ada di tempatnya mulai dari Harimau Sumatera, Macan Tutul, Singa Afrika hingga Orang Utan dan Beruang Madu.

Taman satwa ini terancam kesulitan pakan karena selama tutup, otomatis sama sekali tidak ada pemasukan dari pengunjung.

Sampai saat ini, menurut Rudy pihaknya masih bisa memenuhi kebutuhan pakan semua satwa yang ada dari dana tabungan.

Namun, karena jumlahnya terbatas, dirinya memprediksi tabungan tersebut hanya bisa bertahan hingga Juni 2020.

“Biaya pakan macan tutul saja, sebulan bisa sampai Rp 20 juta per bulan. Karena makanannya berupa daging, dalam kondisi seperti ini (tutup),  tabungan yang ada harus dikeluarkan,” katanya saat dihubungi lewat telepon genggamnya, Senin (27/04/2020) siang.

Merumahkan separuh karyawan

Menurut Rudy, dalam satu bulan, biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan pakan dan gaji pegawai, sedikitnya pihak manajemen harus menyiapkan anggaran sebesar Rp 220 juta.

Saat ini, agar dapat bertahan pihak manajemen telah berupaya menekan pengeluaran dengan merumahkan setengah karyawan untuk mengurangi beban gaji karyawan.

“Normalnya, ada 30 orang karyawan, sekarang hanya 15 orang yang masih kerja. Mereka harus tetap masuk karena satwa harus tetap dirawat dan dijaga kesejahteraannya,” katanya.

Rudy mengaku, jika dalam kondisi normal. Dirinya tidak pernah mengeluhkan soal biaya operasional perawatan satwa.

Namun, dalam kondisi seperti saat ini dimana pihaknya harus menutup operasional.


Berharap ada bantuan dari pemerintah

Rudy pun berharap pemerintah bisa memberikan perhatian kepada lembaga-lembaga konservasi, mengingat satwa-satwa dilindungi yang ada di pihaknya adalah milik pemerintah juga.

“Kami berharap ada perhatian juga dari pemerintah, karena satwa-satwa dilindungi yang ada di kami juga milik pemerintah,” katanya.

Rudy mengaku, dalam kondisi Pandemi Covid-19 seperti saat ini yang penuh ketidakpastian, pihaknya harus berpikir dan bekerja keras untuk bisa bertahan.

Jika keadaan terus seperti saat ini tidak berubah dalam waktu dekat, atau tidak ada kepastian kapan Pandemi Covid-19 berakhir, Rudy mengaku bisa menyerah dan tidak akan sanggup bertahan.

“Kami bisa benar-benar menyerah, tidak sanggup lagi bertahan mengelola satwa negara,” katanya. 

https://regional.kompas.com/read/2020/04/27/19352991/terdampak-covid-19-taman-satwa-cikembulan-kesulitan-biaya-pakan-dan-rumahkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke