Salin Artikel

Mengenal Rumah Hantu untuk Karantina Pemudik Bandel di Sragen, Bekas Pabrik Gula Tahun 1831

Tiga pemudik itu datang dari Jakarta, Lampung, dan Kalimantan.

Namun mereka menyerah setelah dua hari dikarantina di rumah itu karena merasa didatangi sosok hantu.

Mereka pun dipulangkan ke rumahnya masing-masing setelah orangtua berkomitmen menjaga mereka untuk lebih disiplin.

Selain di Desa Sepat, rumah berhantu yang digunakan untuk karantina ODP yang bandel juga disiapkan di Desa Gondang.

Rumah hantu yang digunakan untuk lokasi karantina orang dalam pemantauan (ODP) yang bandel di desa terbut adalah rumah dinas sinder yang berada di kompleks bekas Pabrul Gula Sido Wudung.

Rumah tersebut dikenal dengan nama Kedoeng Banteng dan ada di Desa Gondang, Kecamatan Gindang, Kabupaten Sragen.

Dilansir dari Tribunjateng.com, secara kasat mata, kondisi rumah tersebut terlihat menyeramkan karena cat telah mengelupas dan ditumbuhi lumut. Sedangkan di bagian depan rumah, tampak kayu-kayu yang mulai mengeropos.

Kompleks pabrik gula tersebut diperkirakan berdiri sejak tahun 1831.

Kepala Desa Gondang, Warsito mengatakan penggunaan kompleks pabrik gula sebagai lokasi karantina adalah ide Camat Gondang, Catur Sarjanto.

Rencananya ODP yang bandel atau tidak patuh akan di karantina di pabrik gula tersebut.

"Kemarin pak Camat bilang nanti kalau ada ODP yang bandel, suruh isolasi tidak mau nanti akan ditempatkan di situ," kata Warsito, Kamis (23/4/2020), dikutip dari TribunSolo.com.

Rencananya, kompleks pabrik gula tersebut bakal digunakan setelah ditinjau langsung oleh Bupati Sragen, Jawa Tengah, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

"Ini belum mulai digunakan, rencananya Sabtu besok ada kunjungan bu bupati untuk mengecek kelayakan bangunan," tuturnya.

Warsito mengatakan, lokasi karantina ODP itu tidak terlalu jauh dari pemukiman warga dan berada di jantung kota.

"Itu dari pemukiman lumayan, itu di tengah-tengah kota, itu berada di timur kantor dinas kecamatan, kanan-kirinya rumah warga," ujar Warsito.

"Di dekatnya juga ada kantor puskesmas dan Koramil, Insya sllah keaman dan kebutuhan kesehatan bisa terjamin," imbuhnya.

Para pemudik yang berstatus ODP itu akan menjalani karantina di rumah angker agar mereka patuh terhadap aturan.

Yuni Sukowati mengatakan, salah satu tempat yang dijadikan sebagai karantina sudah 10 tahun tidak berpenghuni sehingga terlihat menyeramkan.

"Rumah kosong itu sudah 10 tahun tidak dihuni," ujarnya.

"Jadi pastinya ada hantu-hantu yang berkeliaran di sana dan cukup menyeramkan," kata Yuni dilansir dari Tribun Jateng.

Ia juga mengatakan warga sekitar juga enggan untuk melewat di depan rumah kosong tersebut.

"Sementara warga saja enggan untuk melewat di depannya."

"Nah kita manfaatkan itu," kata Yuni.

Hingga Selasa (21/4/2020), Yuni menyampaikan, sudah ada tiga pemudik yang di karantina di rumah kosong itu.

"Semua pemudik yang datang ke desa itu harus dikarantina mandiri di rumah masing-masing selama 14 hari," ujarnya.

Yuni menjelaskan, sebelumnya para pemudik sudah membuat komitmen dan jika melanggar akan menerima tindakan.

"Mereka sudah tanda tangan komitmen bersedia dan kalau mereka tidak komitmen, bersedia menerima teguran ataupun tindakan yang akan dilakukan pemerintah desa," jelas Yuni.

Ia menambahkan, sebelum menunjuk rumah kosong itu sebagai tempat karantina sudah berkoordinasi dengan kepala desa setempat.

"Pemerintah desa kemarin sempat minta petunjuk kepada saya," ungkapnya.

"Saya sampaikan 'kalau ini ada yang ngeyel seperti ini, golekno omah seng kosong (carikan rumah kosong), masukkan sana, kunci dari luar."

"Tapi jangan lupa dikasih makan, sehari tiga kali'," papar Yuni Sukowati.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Labib Zamani | Editor: Robertus Belarminus)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Begini Penampakan Rumah Tua Angker Berhantu di Sragen Jadi Lokasi Karantina Bagi ODP Corona Ngeyel

https://regional.kompas.com/read/2020/04/26/13010061/mengenal-rumah-hantu-untuk-karantina-pemudik-bandel-di-sragen-bekas-pabrik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke