Jaga Ketahanan Pangan di Tengah Wabah, Lumbung Padi Desa Kembali Diaktifkan

Kepala Desa Margasana Dodit Ari Wibowo mengemukakan, pandemi Covid-19 diperkirakan akan berlangsung cukup lama.

Pandemi yang berkepanjangan dikhawatirkan akan mengancam ketahanan pangan.

"Lumbung desa merupakan kearifan lokal untuk menjaga konsep ketahanan pangan desa agar terus terjamin. Termasuk untuk mencukupi kebutuhan pada saat kondisi darurat," kata Dodit saat dihubungi, Selasa (21/4/2020).

Selain itu, kata Dodit, perilaku kejahatan juga menjadi ancaman lain di tengah pandemi.

Akhir-akhir ini banyak beredar kabar mengenai hilangnya komoditi pangan di lingkungan pedesaan.

"Pandemi Covid-19 menyadarkan kita semua untuk saling menjaga, bergotong royong dan membangun kembali pondasi kebudayaan leluhur kita," ujar Dodit.

Lebih lanjut Dodit mengatakan, lumbung desa dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Selanjutnya BUMDes akan membeli gabah kering dari petani dan disimpan untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan.

"Ini penting karena untuk mengantisipasi krisis pangan. Kita juga sambil mengedukasi kepada petani, kalau ada petani yang panen jangan semuanya dijual, sebagian harus disimpan karena kita tidak tahu mau sampai kapan pandemi ini berakhir," kata Dodit.

Dodit menilai BUMDes sebagai unit bisnis di desa sangat ideal untuk dijadikan pemodelan pengelolaan lumbung desa.

Harapannya, dapat menjadi pondasi awal menuju desa mandiri dan swasembada pangan.

"Desa Margasana merupakan salah satu lumbung padi di Kecamatan Jatilawang, total memiliki lahan persawahan kurang lebih 90 hektar. Pada hari pertama launching kemarin, sudah ada petani yang mau menjual gabah ke BUMDes," ujar Dodit.