Salin Artikel

Turaes, Kuliner Ekstrem Khas Sumedang, Mendadak Viral Saat Pandemi Corona

Ekstrem karena berbahan baku turaes, sejenis serangga tonggeret.

Makanan yang dikonsumsi warga di dua kecamatan di kaki Gunung Tampomas ini merupakan makanan musiman.

Karena, bahan baku turaesnya sendiri tersedia di alam ketika musim hujan menjelang kemarau.

Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 saat ini, makanan khas daerah asal Kecamatan Buahdua dan Conggeang ini mendadak viral.

Sebabnya, turaes yang diolah dengan dimasak bumbu bacem asem manis ini dijual bebas melalui online via Facebook.

Penjualnya pun tidak hanya satu, dua orang saja.

Banyak dijual secara online

Selain dijual secara online, para penjual pun siap antar pesanan turaes langsung ke tempat pemesan.

Salah seorang penjual asal Desa Sekarwangi, Kecamatan Buahdua, Megawati (27) mengatakan, turaes merupakan makanan atau cemilan turun temurun. Sudah ada sejak zaman kakeknya.

Mega menuturkan, turaes merupakan makanan musiman saat musim hujan memasuki musim kemarau.

"Jadi kata orangtua zaman dulu mah, kalau sudah ada makanan turaes, berarti sudah mau memasuki musim kemarau," ujar Mega kepada Kompas.com melalui WhatsApp, Jumat (17/4/2020).

Mega menyebutkan, turaes nikmat disajikan dengan cara diolah bumbu bacem asem manis.

"Enak dijadikan cemilan, bisa juga dijadikan teman nasi. Tapi biasanya warga di sini jadi cemilan. Rasanya gurih, enak," tutur Mega.

Halal dikonsumsi walau kuliner ekstrem

Mega menyebutkan, hingga saat ini memang masih jarang warga di Sumedang sendiri yang mengenal turaes ini.

Namun di Buahdua dan Conggeang, turaes menjadi santapan favorit warga ketika musimnya tiba.

Turaes, kata Mega, didapatkan warga dengan cara diobor pada malam hari di wilayah perbukitan di sekitar kaki Gunung Tampomas.


Saat musimnya tiba, kata Mega, turaes banyak ditemukan sehingga menjadi makanan favorit warga.

"Kalau di daerah lain seperti makanan simeut goreng. Turaes memang jenis serangga tapi beda sama tonggeret. Kalau tonggeret berwarna hijau, kalau turaes itu hitam, halal dikonsumsi," sebut Mega.

Banyak peminat saat pandemi corona

Mega menuturkan, meski harganya mahal yaitu dijual mentah Rp 500 per ekor, dan masak Rp 1.000 per ekor, tapi di tengah pandemi Covid-19, tapi dengan cara dijual secara online banyak peminatnya.

"Iya kalau soal harga itu tergantung penjualnya. Kalau saya jual Rp 500 per ekor (mentah). Banyak yang pesan, ada juga yang nyinyir, merasa jijik karena harus makan serangga. Itu koment-nya bisa dilihat sendiri di Facebook," tutur Mega.

Meski begitu, kata Mega, warga Buahdua Sumedang tak pernah merasa jijik dengan mengonsumsi turaes.

"Iya kalau dibilang ekstrem memang gitu, tapi mungkin karena ini makanan turun temurun jadi kalau buat kami di Buahdua mah sudah biasa. Banyak yang suka karena rasanya gurih, asem dan manis," kata Mega. 

https://regional.kompas.com/read/2020/04/20/06000071/turaes-kuliner-ekstrem-khas-sumedang-mendadak-viral-saat-pandemi-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke