Salin Artikel

Siswa SD di Kupang Panjat Tembok agar Sampai ke Sekolah, Pemilik Lahan Janji Segera Bongkar

Setiap hari para siswa terpaksa memanjat tembok yang dibangun oleh pengusaha asal Kupang untuk bisa sampai ke sekolah mereka.

Lurah Penkase Oeleta, Felipus Mau mengatakan, jalan itu ditutup oleh dua pengusaha yakni Pitoby dan Yano Laimonta atau Caicong.

"Jalan ini ditutup membuat anak sekolah agak sulit ke sekolah. Ini yang kita ingin lihat kembali," ujar Felipus saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (6/3/2020) sore.

Terhadap permasalah itu, Felipus mengaku sudah melakukan mediasi dengan sejumlah pihak, termasuk Pitoby dan Caicong agar jalan itu bisa diberikan kepada masyarakat.

Hasil mediasi, pihaknya masih menunggu tim dari Badan Pertanahan Nasional Kupang untuk turun ke lokasi dan mengukur batas tanah antara dua pengusaha tersebut.

"Pak Bobby Pitoby sudah sampaikan bahwa pihaknya akan bersedia jika dari BPN sudah menentukan batas tanah. Kalau pun tidak, Pak Bobby tetap akan membuka jalan kembali," ujarnya.

Namun, kata Felipus, pihak Pitoby menginginkan agar semua pihak terkait turun ke lokasi untuk mengklarifikasi permasalahan itu.

Dalam mediasi itu juga disepakati lebar jalan yang diberikan untuk publik seluas enam meter.

"Jadi intinya kita masih menunggu pihak BPN turun ke lokasi untuk mengukur tanah," tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, ratusan murid SD Kristen Petra Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kesulitan ke sekolah mereka, karena harus memanjat tembok setinggi empat meter.

Tembok yang menghalangi akses menuju SD Kristen Petra itu dibangun oleh seorang pengusaha sukses di Kota Kupang.

Para siswa terpaksa harus berusaha sekuat tenaga memanjat tembok kokoh itu untuk sampai ke sekolah.


"Tiap hari kami terlambat ke sekolah gara-gara harus berulang kali panjat tembok tinggi ini. Saya kesulitan karena temboknya tinggi sekali," ujar Juliana Julita Bahan, siswi kelas VI SD Kristen Petra Alak, saat diwawancarai sejumlah wartawan, Jumat (6/3/2020) pagi.

Menurut Juliana, ada jalan alternatif untuk ke sekolah. Namun, jaraknya menjadi semakin jauh untuk sampai ke sekolah. Jaraknya bisa mencapai enam kilometer.

Karena kondisi jalan alternatif yang jauh, membuat para murid terpaksa memanjat tembok.

"Kalau dulu belum ada tembok tinggi ini, kami tidak pernah terlambat ke sekolah,"ujar Juliana.

Juliana berharap agar ada solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut

"Kami hanya minta agar tembok ini segera dibongkar," kata Yuliana.

https://regional.kompas.com/read/2020/03/06/16491801/siswa-sd-di-kupang-panjat-tembok-agar-sampai-ke-sekolah-pemilik-lahan-janji

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke