Salin Artikel

Gerakan Tanah Kembali Ancam Tol Cipularang KM 118, Humas Jasa Marga: Hanya Patahan Kecil

Kepala Bagian Humas PT Jasa Marga Cabang Purbaleunyi Nandang Erlan mengatakan bahwa gerakan tanah itu hanya rekahan kecil bekas longsoran

"Betul, ada rekahan sisi longsoran," kata Nandang yang dihubungi Rabu (19/2/2020).

Menurutnya, gerakan tanah itu terjadi di lokasi longsoran yang terdapat genangan air.

"Patahan kecil, itu di jalur B yang arah Jakarta, yang ada genangan," ujar Nandang.

Karena peristiwa ini, seorang operator kendaraan berat mengalami luka terkilir lantaran mencoba menghindari patahan tanah tersebut.

"Pengemudi alat berat tadi loncat pada saat melihat ada rekahan. Kakinya sedikit terkilir," ungkap Nandang.


Tetap aman dilewati

Meski begitu, pihaknya memastikan bahwa KM 118 Tol Cipularang ini masih aman untuk dilewati.

"Jalur tetap aman," ucap Nandang.

Guna mengantisipasi potensi longsor susulan, pihak Jasa Marga saat ini tengah melakukan perbaikan penguatan lereng.

"Penguatan lereng dan pencarian inlet," tuturnya.

Seperti diketahui, gerakan tanah ini terjadi di Kampung Hegarmanah, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang juga sempat mengancam lereng badan jalan Tol Cipularang Km. 118+600B.

Gerakan tanah yang terjadi Selasa (11/3/2020) sekitar pukul 21.00 WIB itu berada pada koordinat 06° 50' 2" LS - 107° 29' 38" BT, pada ketinggian 755 md.

Material longsor berupa lumpur dan tanah mengakibatkan dua rumah dan tiga hektar sawah rusak. Sekitar 80 kepala keluarga sempat dievakuasi, bahkan longsor pun mengancam badan jalan tol km 118+600B Tol Cipularang.

PVMBG badan Geologi menyebut gerakan tanah pada perbukitan dengan kemiringan lereng 22-25° ini bertipe longsoran yang berkembang menjadi bahan rombakan dan aliran tanah. Adapun total luas area terdampak sebesar 16.030 m2. 


Penyebab gerakan tanah

Gerakan tanah ini disebabkan beberapa faktor, yakni tanah pelapukan yang tebal dan memiliki porositas dan permeabilitas tinggi, kemiringan Lereng yang curam. 

Kemudian akibat sistem drainase yang tidak berfungsi (tersumbat), tata guna lahan yang berupa lahan basah (persawahan). 

Hingga adanya genangan air yang berada di utara (luas 4.079 m2) yang mengakibatkan munculnya mata air atau rembesan baru di badan jalan tol sebelah selatan menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah.

PVMBG juga sebut daerah tersebut masih berpotensi untuk bergerak baik longsoran tipe cepat maupun longsoran tipe lambat berupa rayapan (nendatan, retakan, dan amblasan) jika tidak ada mitigasi baik non struktural maupun struktural.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/19/17432271/gerakan-tanah-kembali-ancam-tol-cipularang-km-118-humas-jasa-marga-hanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke