Salin Artikel

Curhat Sineas Kota Medan kepada Bobby Nasution...

Menantu Presiden Joko Widodo ini begitu bersemangat mengumpulkan tokoh-tokoh di Kota Medan yang sudah berbuat untuk kebaikan dan kemajuan.

Teranyar, dia menemui tiga sineas Kota Medan yang sudah punya nama, yaitu Djenni Buteto, Hendri Norman dan Andy Hutagalung. 

Djenni dan Hendri saat ini sedang berduet dalam proyek film bertema Kota Medan dengan judul A Tousand Midnight in Kesawan.

Sedangkan Andy, setia dengan proyek film dokumenter dan sedang menggarap film tentang pawang harimau di tengah hutan.

Film ini masih dalam proses meski sudah memakan waktu cukup lama.

Dijelaskan Bobby, maksud silaturahminya itu adalah untuk saling mengenal dan mendengar pengalaman, harapannya diskusi ini menjadi kekuatan untuk perbaikan Kota Medan.

Wakil Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini mengajak sineas lokal menunjukkan karyanya dan mendiskusikan hambatan yang dialami supaya dunia perfilman Kota Medan maju.

"Kita sudah membuat program movie night setiap Jumat malam, memutar film-film karya sineas Kota Medan. Kami ingin berkolaborasi untuk kemajuan Medan yang lebih baik dari berbagai sisi," kata Bobby, Selasa (17/2/2020) petang di kompleks Taman Setiabudi, Medan.

"Kami juga mau minta masukan untuk memajukan film Medan agar dikenal dan bisa bersaing dengan karya dari sineas kota lain, identitas Kota Medan bisa dimunculkan lewat film. Kami ingin putar film abang-abang dan kakak-kakak untuk dikenalkan," sambung suami Kahiyang Ayu itu.

Andy lalu bercerita, gairah film maker di Medan menggeliat pada 2004.

Pada 2012, beberapa dari pelaku film kumpul membuat Omnibus bernama Komunitas Film Sumut. 

Andy mengatakan, dunia film Medan rumit karena kurang ruang aksi bahkan eksekusi.

Penghargaan untuk hasil karya sangat minim padahal Kota Medan tidak kekurangan talenta.

Semangatnya bagus, bahkan untuk menggalang dana sendiri mampu. 

"Kata orang film itu mahal, tapi bisa juga dibuat sama anak-anak Medan dengan swadaya," kata Andy.

Dia menyinggung soal biaya pembuatan film. Untuk film pendek berdurasi 15 menit biayanya Rp 1 juta sampai 5 juta.

Timnya kawan-kawan semua dan ini untuk biaya akomodasi dan konsumsi.

Untuk film yang tayang di bioskop, anggaran dana mulai Rp 8 miliar hingga 15 miliar.

Kepada Bobby, Andy berharap pemerintah hadir di kalangan pembuat film, minimal memberikan semangat. 

"Masalah kita klasik, modal dan kurangnya ruang apresiasi," ucap Andy.

Hendry dan Djenny menambahkan, kegelisahan dan kesulitan para film maker di Medan lainnya adalah tidak adanya sumber daya manusia.

"Kita butuh produser, talenta sudah cukup di Medan. Man power (sumber daya manusia) itu yang tidak ada. Film akan rilis, berhenti karena tak ada dana," kata Hendry.

Setelah berkeluh-kesah, Djenny menjelaskan, saat ini mereka sedang dalam proses garapan film fiksi bertajuk Kota Medan.

Film berjudul A Thousand Midnight in Kesawan akan mulai syuting Maret 2020.

Naskahnya ditulis sendiri dan banyak bercerita tentang Kota Medan. Ada 20-an tempat yang akan dijadikan lokasi syuting. 

"Film ini berdurasi 80 menit, semua yang terlibat talenta lokal," kata Djenny.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/19/11321021/curhat-sineas-kota-medan-kepada-bobby-nasution

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke