Salin Artikel

Menyelisik Sejarah Chung Hua School Jember, Sekolah Arsitek RS Khusus Corona

Kawasan Chung Hua School di Jalan Diponegoro, Jember, itu telah berubah menjadi pusat pertokoan Mutiara.

Ketika Kompas.com mendatangi bangunan yang dulu Chung Hua School, tak ada tanda-tanda tempat tersebut merupakan sekolah.

Bangunan itu telah berubah menjadi kawasan rumah toko yang didominasi toko elektronik. Beberapa pemilik toko juga tak mengetahui sejarah bangunan itu.

Sejarawan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Retno Winarni mengatakan, berbagai sekolah muncul di Jember pada 1900. Masa itu, banyak lembaga pendidikan berdasarkan etnis.

“Pada dekade tersebut, di Jember didirikan sekolah swata China yang diperuntukkan bagi anak-anak Tionghoa,” kata Retno dalam keterangan tertulis untuk Kompas.com, Selasa (11/2/2020).

Chung Hua School merupakan sekolah Tionghoa terbesar yang berada di bawah naungan Tionghoa Hwee Koan (THHK). Sekolah itu menggunakan kurikulum berbeda dengan sekolah Belanda.

“Karena mengacu pada kurikulum sekolah Tiongkok,” jelas dia.

Chung Hua School, kata Retno, menyediakan pendidikan taman kanak-kanak (Yu Er Yen), pendidikan sekolah rendah (Siao Xie) hingga sekolah menengah pertama (Chung Xie). Sekolah THHK di Jember tersebar di berbagai kecamatan. Mulai Kecamatan Rambipuji, Jenggawah, Tanggul, Balung, Kencong, Jelbuk, dan Arjasa.

Chung Hua School pada Zaman Hindia Belanda

Chung Hua School didirikan oleh lima orang Tiong Hoa keturunan pada 13 Mei 1911. Mereka adalah Shu Zhang Pu, Yan Shou Nan, Ceng You Yi, Weng Wen Shu, dan Wen Yuan Rong.

Saat pertama kali didirikan, sekolah ini bertempat di rumah sewa sederhana di jalan Lanasan kawasan Kampung Tengah, sekarang Jalan Diponegoro.

Chung Hua School berorientasi pada negeri China sehingga terpampang lambang-lambang Republik China di sekolah ini.

Pada masa akhir pemerintahan Hindia Belanda hingga masa pendudukan Jepang Chung Hua School hanya menyediakan jenjang pendidikan Yu Er Yen (taman kanak-kanak) dan Siao Xie (sekolah rendah).

Pendirian Chung Hua School bertujuan memenuhi kebutuhan anak-anak Tionghoa keturunan. Terutama mereka yang berorientasi pada tanah leluhur, yang pada masa itu mengalami euphoria menjelang lahirnya Republik Tiongkok.

Meskipun republik itu baru resmi terbentuk pada tahun 1912, namun semangat nasionalisme yang digaungkan di Tiongkok juga dirasakan etnis Tionghoa di Hindia Belanda.

Tujuan utama pendirian Chung Hua School untuk mendidik dan menumbuhkan semangat bela negara. Mendidik keturunan Tionghoa dengan murah hati (biaya rendah) serta menyebarluaskan pendidikan Tionghoa di Jember.

“Untuk mencapai tujuan itu, kegiatan belajar dilaksanakan dengan menitikberatkan pada pendidikan moral siswa,” terangnya.

Sekolah itu mengedepankan pengembangan pola pikir, mengarahkan siswa memiliki pandangan hidup yang benar, sehingga menekankan ilmu praktis bukan teoritik.

Kurikulum tersebut meliputi Bahasa Tjeng Im atau bahasa Mandarin universal tanpa merujuk ke salah satu dialek. Kemudian ilmu hitung, ilmu bumi Tiongkok, ilmu alam, bahasa Inggris, ilmu pengetahuan umum, ilmu pengetahuan barat, bernyanyi, olahraga, ilmu gambar, kerajinan tangan, dan budi pekerti. 

Chung Hua School juga menerapkan kegiatan pramuka. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda dikenal dengan istilah padvinder yang diadakan di luar jam pelajaran sekolah.

“Pada masa Jepang berkuasa hingga kemerdekaan, dihapus,” tutur Retno.

Chung Hua School Pada Zaman Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, Chung Hua Scholl tetap beroperasi. Namun harus harus menyesuaikan dengan kebijakan kementerian pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.

Sekolah Tionghoa harus menjadikan mata pelajaran bahasa Indonesia dan sejarah Indonesia sebagai mata pelajaran wajib.

“Menetapkan persyaratan bagi calon-calon guru sekolah sekolah Tionghoa harus mampu berbahasa Indonesia,” jelasnya.

Pembangunan Chung Hua School Chung Xie (SMP) baru selesai tahun 1949. Lulusan tingkat ini dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hingga ke universitas di Tiongkok.

“SMP memiliki kelas sekitar 4 kelas untuk masing-masing tingkat, sehingga jumlah keseluruhan 12 kelas,” imbuh Retno.

Pada 1952, sebanyak 35 siswa lulus dari sekolah itu. Sedangkan 25 siswa lulus pada 1953 dan 35 siswa lulus pada 1954.

Jumlah siswa Chung Xie berkembang hingga melebihi 50 lulusan pada 1960-an.

Pada perkembangannya, Chung Hua School Chung Xie tak cuma menampung lulusan Chung Hua School Siao Xie Jember. Mereka juga menerima siswa lulusan Siao Xie dari kecamatan lain.

Karena, Chung Hua School Chung Xie merupakan satu-satunya sekolah lanjutan Tionghoa yang ada di Jember hingga 1960.

Terdapat 74 guru yang mengajar di sekolah ini hingga ditutup pada 1966.

Alumni Chung Hua School berhasil berkiprah dalam berbagai bidang. Dua kakak beradik lulusan Chung Hua School Chung Xie bernama Wen Kuang dan Wen Ming berkiprah dalam sektor perekonomian besar.

Go Chun Kwang dikenal sebagai pengusaha hotel dan apotek Bima Jember. Di dunia kesehatan Lie Chen Tek (alumni angkatan ke-4) seorang dokter yang berdomisili di Hongkong, Koan Ai Lie seorang profesor dan dokter bedah otak yang berdomisili di Taiwan, An Ik adalah seorang insinyur bangunan di Hongkong.

Termasuk Huang Xiqiu, arsitek RS Khusus Corona di China.


Penutupan Chung Hua School

Tahun 1966 Chung Hua School ditutup karena memanasnya kondisi politik Indonesia.

“Yang pada waktu itu dianggap sebagai kekuatan yang mengkudeta pemerintah Indonesia,” kata Retno.

Penutupan itu diawali demonstrasi massa yang mengatasnamakan diri sebagai Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).

Demonstran mendatangi Kantor THHK memasang tulisan yang menyatakan THHK dan Chung Hua ditutup.

“Mereka meminta kunci gerbang sekolah supaya kantor dan Chung Hua School ditutup,” kata Retno.

Chung Hua School resmi ditutup setelah surat keputusan Menteri Pendidikan tanggal 6 Juli 1966 tentang penutupan sekolah itu terbit. Dampak dari penutupan sekolah Chung Hua School banyak orangtua siswa kebingungan mencari sekolah untuk anak-anak mereka.

“Banyak siswa Chung Hua yang putus sekolah,” pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/11/10070761/menyelisik-sejarah-chung-hua-school-jember-sekolah-arsitek-rs-khusus-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke