Salin Artikel

Kisah 9 Rumah di Sukabumi, Tiga Kali Selamat dari Terjangan Longsor

Namun hingga kejadian terakhir, Kamis (6/2/2020) tidak mengakibatkan kerusakan bangunan.

Hanya saja, penghuni 9 rumah yang terletak hanya sekitar beberapa meter dari ujung material tanah longsor mengakui selalu dihantui rasa ketakutan terjadi longsor susulan.

Terlebih lagi saat ini hujan terus mengguyur wilayah kampung yang berbatasan dengan Sungai Cicatih itu.

Ketua RW 06 Kampung Ciseureuh, Majid  menjelaskan bencana tanah longsor ini merupakan kali ketiga.

Longsor pertama pernah terjadi 2009, longsor kedua tahun 2015, kemudian longsor ketiga  pada Februari 2020.

Longsor timbun area persawahan

Pada dua kejadian sebelumnya juga tidak mengakibatkan kerusakan rumah.

"Alhamdulillah sudah tiga kali kejadian, tanah longsornya tidak sampai ke bangunan rumah warga," jelas Majid saat berbincang dengan Kompas.com di lokasi kejadian, Jumat (7/2/2020) sore.

"Hanya menimbun areal persawahan, beberapa kotak," ujarnya. 

Hanya saja, lanjut dia, setelah bencana longsor yang pertama dan kedua tersebut ada dua keluarga yang pindah.

Saat bencana itu longsoran tanah nyaris sampai rumah sekitar sepuluh meter.

Begitu juga dengan kejadian yang kedua, material longsoran sekitar empat meter ke bangunan rumah.


Warga tetap bertahan

Saat itu material longsoran menyerupai tanah lumpur.

"Pada kejadian saat ini (longsor ketiga) sudah ada dua kepala keluarga yang mengungsi." ujar Majid. 

"Kalau malam menginap di rumah saudaranya, kalau siang kembali ke rumahnya." 

Sebelumnya, lanjut dia, pada peristiwa bencana yang pertama ada dua kepala keluarga (KK) yang pindah.

Karena saat itu bangunan rumahnya nyaris tertimbun material tanah longsor.

"Namun warga yang lainnya masih bertahan hingga saat ini," kata dia.

Khawatir longsor susulan

Jajat (50) salah seorang warga yang rumahnya tepat berada sekitar 20 meter dari ujung material longsor mengatakan rasa khawatir terjadi longsor susulan.

Karena saat ini hujan sudah terus-terusan mengguyur wilayah kampung halamannya.

"Sebenarnya saya dan keluarga ingin pindah ke tempat yang lebih aman. Karena di sini kan rawan tertimbun tanah longsor," ungkap Jajat saat berbincang dengan Kompas.com.

"Tapi kami tidak punya uang dan lahanpun tidak punya." 

"Kalau anak saya dan suaminya serta cucu saya sudah diungsikan ke rumah besan. Di rumah hanya kami berdua tapi tidak bisa tidur kalau malam selalu terjaga." 

Sehingga beberapa pekan yang lalu sempat tidak bisa dilintasi.

Padahal jalan tersebut sangat vital sebagai satu-satunya akses masyarakat keluar kampung seperti menjual hasil panen, para pelajar ke sekolah, dan lainnya.

"Sekarang lokasi longsor di jalan sudah diperbaiki, tapi kondisinya masih mengkhawatirkan, apalagi bila hujan turun pasti licin," kata Majid. 

"Dan sudah sering ada sepeda motor yang jatuh," cerita Majid.

Sebelumnya, lanjut dia, satu-satunya akses jalan ke kampungnya bisa masuk kendaraan bermotor.

Repot jika ada yang mau melahirkan

Namun karena kondisi tanahnya labil ada beberapa lokasi yang tertimbun dan tergerus longsor.

Hingga akhirnya sekitar satu kilometer hanya bisa dilintasi sepeda motor.

"Bisa masuk satu mobil kecil ke sini. Tapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Makanya saat ada warga yang akan melahirkan di bidan atau rumah sakit harus digotong pakai sarung. Sudah dua kali, Desember dan Januari ini," tutur dia.

Majid mengatakan wilayah kampungnya dihuni sebanyak 84 kepala keluarga (KK) berjumlah 253 jiwa.

Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani dan buruh tani serabutan.


Lokasi permukiman di lereng bukit, pinggir sungai

Pantauan Kompas.com lokasi permukiman Kampung Ciseureuh ini terletak di kaki lereng perbukitan sekitar pinggiran sungai Cicatih.

Di atas permukiman, terdapat hamparan lahan persawahan dan kebun yang luas serta terdapat aliran irigasi.

"Kampung kami ini paling ujung atau paling bawah yang berbatasn dengan Kecamatan Cikembar. Batasnya aliran sungai Cicatih," kata Ketua RT Aji kepada  Kompas.com.

Diberitakan sebelumnya tanah longsor menerjang Kampung Ciseureuh, Desa Bojongkerta, Kecamatan Warungkiara, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (6/2/2020) menyebabkan sembilan rumah yang dihuni 10 kepala keluarga nyaris tertimbun. 

https://regional.kompas.com/read/2020/02/08/11082971/kisah-9-rumah-di-sukabumi-tiga-kali-selamat-dari-terjangan-longsor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke