Salin Artikel

4 Kasus "Bullying" di Sejumlah Daerah, Dibanting ke Paving, Amputasi hingga Korban Depresi Berat

Kasus terakhir yang mencuat, seorang siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Kota Malang, Jawa Timur diduga menjadi korban bullying oleh teman-temannya di sekolah.

Akibat tindakan teman-temannya, jari tengah MS harus diamputasi.

Melansir pemberitaan Kompas.com sebelumnya, bullying adalah situasi di mana penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang.

Praktik bullying dikelompokkan menjadi bullying fisik (berupa tindakan fisik), bullying verbal (olok-olokan, ejekan) maupun bullying mental (mendiamkan, mengucilkan).

Berikut kasus-kasus bullying yang terjadi dilingkungan sekolah yang berhasil dirangkum oleh Kompas.com:

Menurut pengakuan FA, ia di-bully oleh teman-temannya di sekolah.

Paman korban, Muchtar mengatakan, tak hanya di-bully, FA juga diancam dan diperas.

“Dia (korban) sudah sekitar lima bulan sekolah di situ. Selama dia di situ, uang jajannya dirampas dan diancamsupaya tidak ngadu ke orangtuanya,” kata Muchtar.

Selain dibully hingga mengalami patah tulang hidung, korban juga dipaksa mengaku bahwa dirinya terjatuh.

Kapolresta Pekanbaru AKBP Nandang Mu’min Wijaya mengemukakan, kasus bullying tersebut berawal dari bercanda.

Peristiwa terjadi pada Selasa (5/11/2020) sekitar pukul 11.00 WIB.

Pelaku memukul korban dengan kayu bingkai foto.

Kemudian pelaku menarik kepala korban dan dibenturkan ke lutut hingga korban mengalami patah tulang.

“Awalnya mereka bercanda. Mungkin ada kata-kata yang tidak bisa diterima para terlapor sehingga merasa tersinggung dan emosi lalu melakukan kekerasan,” kata Kapolres.

Tak terima, orangtua korban melaporkan kejadian itu pada polisi.

Diketahui, pelaku perundungan yang menyebabkan korban mengalami patah tulang adalah dua orang rekan sekolahnya yang berinisial M dan R.

Ironisnya, RS di-bully selama dua tahun atau sejak ia duduk di bangku kelas IV SD.

Pribadi RS kemudian berubah. RS sering mengurung diri, takut bertemu dengan orang hingga tak mau lagi bersekolah.

Keluarganya pun menghabiskan banyak dana untuk memeriksakan kondisi psikis anaknya. Padahal penghasilan mereka pas-pasan.

Ayah RS bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan ibunya seorang penjual kerupuk.

"Periksa ke dokter syaraf kepala hingga psikiater. Kata dokter, depresi," ujar ibu RS, Masrikah.

Awal mula bullying terjadi gara-gara jam dinding.

Saat duduk di kelas IV, RS bermain sepak bola di dalam kelas. Bola yang ditendang RS mengenai jam dinding hingga jatuh ke lantai.

"Jam dinding pecah dan kami belum bisa ganti karena kata pihak sekolah harganya Rp 300.000. Sejak saat itu anak saya selalu di-bully, bahkan pernah disekap di kelas oleh teman-teman sekelas. Rambutnya dijambak, diludahi, disiram air, dan kekerasan lain. Kami sudah konfirmasi ke sekolah, tetapi respons tak baik, bahkan suami saya diusir," kata Masrikah.

Namun saat dikonfirmasi, pihak sekolah membantah adanya bullying.

"Mohon maaf tidak ada istilah bullying. Ini kejadian gaduh biasa antarsiswa. Orangtua tidak tahu persis kejadiannya, hanya menerima laporan anaknya," kata Kepala SDN 2 Wirosari Ngadiman.

Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) di Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Bandung Barat bernama Nabila di-bully oleh teman-temannya karena masalah sepatu.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (6/4/2019) sekitar pukul 13.00 WIB.

Salah seorang guru yang tak ingin disebut namanya memaparkan, masalah Nabila dan rekan-rekannya hanya bercandaan layaknya anak-anak.

"Masalah seperti itu sih sebenernya bercandaan saja karena sepatu Nabila terduduki dan terinjak temannya," katanya.

Berikut percakapan dalam video viral tersebut:

Teman: Nanti aku juga bisa ganti, bisa juga pakai iuran..

Nabila: Iya tapi jangan pakai uang bapak kalian, tapi pakai uang kalian sendiri.

Teman: Kamu juga dapat uang dari bapak mama kamu

Nabila: Enggak

Teman: Ya iya, kamu dapat uang itu dari mama bapak kamu. Kalau bukan emang dari mana?"

Nabila: Aku ambilin rongsokan langsung dijual. Aku mah cape-cape untuk membeli sepatu dan aku juga ditinggalkan ibu bapakku...

Wali kelas mengatakan bahwa Nabila tinggal bersama kakek dan neneknya, Cece (70) dan Ira (70).

Kedua orangtuanya berpisah dan mereka meninggalkan Nabila sejak dia bayi.

Nabila marah karena sepatu itu ia beli dengan kerja keras, hasil keringatnya sendiri dari mengumpulkan rongsokan.

Pekerjaan ini dikerjakannya usai pulang sekolah selama beberapa jam.

Video viral Nabila ini menuai simpati dari masyarakat. Mereka yang tergerak hatinya mendonasikan uang untuk Nabila.

Bahkan, dua ruas jari tengah MS terpaksa diamputasi akibat tindakan teman-temannya.

Ia juga kerap menangis akibat syok usai jarinya diamputasi.

Polresta Malang pun menaikkan status dari penyelidikan menjadi penyidikan.

15 orang saksi diperiksa dalam kasus ini.

Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata mengungkapkan, MS pernah diangkat beramai-ramai.

Kemudian tubuh MS dibanting ke lantai paving.

"Diangkat beramai-ramai begitu. Terus dibanting ke paving dalam kondisi terlentang," kata Leonardus.

Aksi itu dilakukan saat jam istrirahat sekolah.

Oleh teman-temannya, MS juga pernah dibanting ke pohon dengan cara yang sama.

"Kedua posisinya juga sama, tapi dibanting ke pohon kecil," ungkapnya.

Mengaku hanya bercanda, 7 orang siswa rekan MS terancam hukuman pidana.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Puthut Dwi Putranto Nugroho, Andi Hartik, Idon Tanjung| Editor: Aprilia Ika, Abba Gabrilin, Robertus Belarminus, Setyo Puji, Caroline Damanik)

https://regional.kompas.com/read/2020/02/08/06060081/4-kasus-bullying-di-sejumlah-daerah-dibanting-ke-paving-amputasi-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke