Salin Artikel

Kisah Jihan, Bocah 11 Tahun Tinggalkan Sekolah Demi Rawat Ibu yang Kanker dan 4 Adiknya

Seorang diri, ia dengan sabar merawat ibunya yang telah divonis dokter mengidap penyakit kanker hati stadium 4.

Nuraini, ibu enam anak, terbaring lemas di rumah permanen berukuran tipe 36 di lingkungan pesantren di kawasan home base, Baruga, jaraknya kurang 2 kilometer dari jalan poros Bandara Halu Oleo.

Sejak sepekan lalu, Jihan tak pernah lagi bersentuhan dengan pulpen dan kertas.

Anak perempuan itu tak lagi kembali ke sekolah di salah satu madrasah ibtidaiyah swasta di Kota Kendari.

Jihan terpaksa merelakan waktu bermain dengan teman-teman sebayanya, demi terus berada di sisi ibunya.

Jihan dan Nuraini kini bertukar peran. Anak yang pendiam itu menjadi ibu bagi tiga adiknya yakni Hanna (8), Humairah (6), Ayub (5) dan seorang adik bungsunya yang masih bayi.

Segala urusan di dalam rumah diatur oleh Jihan.

"Masak nasi untuk ibu makan, masak air untuk ibu mandi. Tapi ibu mandi sendiri. Mencuci pakaian adik, membersihkan dalam rumah, semuanya saya," tutur Jihan sambil memalingkan muka, malu-malu.

Demi kasih sayang ke ibunya, ia kerap menyuapi Nuraini, kala sang ibu tak bisa duduk, nyeri di bagian perut datang menyerang.

Dengan senang hati Jihan melayani ibunya, menyuapi nasi dan lauk pemberian tetangga. Dengan sabar, ia menunggu makanan habis dikunyah.

Nyeri di tubuh Nuraini kadang kambuh, rasanya seperti kesetrum. Jihan dengan sabar menjadi tukang urut dadakan.

Apalagi, jika sakit datang pada malam hari, ibunya mau tidak harus membangunkan anak sulungnya itu.

Jihan berupaya menjadi tukang urut yang ahli, menaruh jari mungilnya di titik sakit kesetrum menyerang sang ibu.

"Saya kasih bangun, lalu saya minta diurutkan, meski tidak kuat memijat, tapi pelan-pelan sakitnya hilang, perih sekali seperti disetrum," keluh Nuraini lirih.

Jihan menuturkan, masih tetap ingin melanjutkan pendidikannya hingga menunggu kesembuhan ibu tercintanya.

"Saya tunggu ibuku sampai sembuh dari sakitnya, baru saya lanjutkan sekolah. Kasian ibu sekarang tidak bisa apa-apa," tambahnya.

Menyandang status orangtua tunggal bagi anak- anaknya, membuat Nuraini pasrah dengan keadaanya seperti saat ini.

Semenjak menutup praktek bekamnya, ia pun kini tak lagi mendapatkan penghasilan.

Ia harus berbagi hak asuh dengan mantan suaminya. Jihan memiliki saudara kembar bernama Jundup dan ia tinggal bersama ayahnya di kelurahan berbeda di Kota Kendari.

"Empat hari mereka di sini, tiga hari sama mantan suamiku di Nanga-nanga," ungkap Nuraini.

Untuk kebutuhan makan sehari-hari, keluarga ini beruntung memiliki tetangga yang baik hati, yang setiap hari bergiliran membawakan makanan.

Salah seorang tetangga yang enggan menyebutkan namanya menjelaskan, bahwa sudah merupakan kewajiban membantu sesama manusia yang dirundung masalah.

"Kadang saya bawa lauk untuk dimakan Jihan, bersama ibu dan adik-adiknya. Begitu juga dengan tetangga yang lain, kami saling membantu," ujarnya.

Ibu Jihan ditemukan oleh relawan asal Inggris

Untungnya, rumah yang dihuni itu kini sudah berdinding tembok dan beralas lantai keramik.

Tak seperti hunian sebelumnya, hanya seluas ukuran sebuah kamar tidur dan kadang rumah mereka basah saat hujan turun.

Ibu yang sudah menjanda sejak lima tahun lalu itu mendapat bantuan bedah rumah dari lembaga sosial Crisis AID United Kingdom (UK) bekerjasama dengan Crisis AID Indonesia Islamic Center Mu'adz (ICM) Kendari dua pekan lalu.

Nuraini baru mengetahui kanker hati yang diidapnya bulan lalu, setelah relawan ICM membawanya ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Bahteramas di Kendari untuk diperiksa.

"Saya keluhkan sakit perut terus, kemudian mereka bawa saya ke dokter di rumah sakit Bahteramas, setelah diperiksa dokter langsung bilang saya kena kanker hati stadium 4. Saya langsung drop," ungkap Nuraini.

Ia sempat mendapat perawatan selama empat hari, namun memilih keluar dari rumah sakit dan berobat herbal di rumahnya.

"Saya pasrah saja dengan keadaanku sekarang ini. Ini sudah stadium empat, saya siap terima kematian," ujarnya pasrah.

Khalid Hassan, Staf Crisis AID United Kingdom (UK) menjelaskan, pihaknya mendapat informasi dari relawan di lapangan tentang ada rumah warga yang tidak layak huni pada bulan Oktober tahun 2019 lalu.

"Atap rumahnya bocor lantainya semen kasar, lalu relawan kami mendata dan dimasukkan dalam penerima bedah rumah," kata Khalid.

Kemudian, pihaknya membangun rumah permanen untuk Jihan dan keluarganya masih di lahan milik pesantren Darul Ilmi dan pembangunan rumah selesai di akhir Januari 2020 selanjutnya bisa ditempati.

Tak hanya membantu bedah rumah, relawan ICMI membantu perabotan rumah tangga untuk Jihan dan ibunya. 

Untuk penyakit kanker yang diderita Nuraini, awalnya ia mengeluh sakit perut kepada relawan ICM.

Awalnya Nuraini tidak mau berobat, tetapi dipaksa harus melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Bahteramas 

"Empat hari 3 malam dirawat dan hasilnya dokter menvonis jika ibunya Jihan ini kena kanker hati stadium 4. Lalu dia minta pulang dan berobat herbal di rumah," kata Khalid.

UPDATE : Kompas.com menggalang dana untuk membantu kisah mereka yang mengidap kanker. Sumbangkan rezeki Anda, untuk mereka yang membutuhkan dengan cara klik sini untuk donasi. 

https://regional.kompas.com/read/2020/02/05/05510041/kisah-jihan-bocah-11-tahun-tinggalkan-sekolah-demi-rawat-ibu-yang-kanker-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke