Salin Artikel

Mengunjungi Kampung Herbal, Sumber Ramuan Alami di Pelosok Jember

Menuju ke sana membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan, dengan jarak tempuh 40 kilometer dari Kota Jember.

Sepanjang jalan menuju Desa Andongrejo akan banyak pohon karet milik PTPN XII di sisi kiri dan kanan.

Lalu, ada perumahan perkebunan dengan nuansa klasik. Sebelum memasuki Desa Andongrejo, harus melewati Desa Curahnongko terlebih dahulu.

Kampung Herbal

Kemudian, akan ada gerbang bertuliskan "Kampung Herbal" di pinggir jalan sebelum masuk ke TNMB.

Masyarakat di desa ini mulai memanfaatkan tanaman yang ada di hutan. Mereka mengambilnya, lalu mengolah menjadi berbagai produk yang bernilai ekonomis.

Bahan-bahan alami digunakan untuk membuat produk jamu asam urat, teh kelor, jamu liver, jahe instan dan susu jagung.

Ada juga susu jahe, dodol, bubuk instan lidah buaya, madu dan lainnya.

Produk itu untuk obat asam urat, liver, lambung, ambeien, darah tinggi hingga kolesterol.

Semua produk itu sudah dikemas dengan menarik.

“Semua bahannya kami ambil dari hutan,” kata Sulasmi, pembuat berbagai olahan produk jamu dari kelompok King Betiri.

Menurut dia, King Betiri merupakan kelompok yang dibuat warga. Artinya, saking betiri. Maksudnya, mengambil bahan obat dari hutan Meru Betiri.

“Karna memang di sana tersedia berbagai bahan untuk obat,” tutur Sulasmi.


Warga sekitar sudah belajar membuat ramuan instan sejak 1996. Mereka belajar secara otodidak sejak saat itu.

Kemudian, pada 2013 masyarakat baru mendirikan kelompok. Tak cuma itu, produk dari warga sekitar itu sudah mulai dipasarkan.

Produk yang ada di Kampung Herbal terdiri dari dua segmen. Pertama, minuman instan kesehatan seperti instan temulawak, kunir dan kencur.

Kemudian, segmen kedua obat-obatan, yakni campuran dari berbagai bahan.

”Misalkan obat asam urat, campurannya ada beberapa macam,” kata Teguh Hadi Suprapto, warga yang juga membuat produk obat-obatan.

Menurut dia, proses produknya masih manual sampai sekarang.

Ada puluhan warga yang beraktivitas membuat jamu ini.

Mereka terdiri dari penyedia bahan baku, bagian produksi dan ada yang memasarkan.

“Warga tanam di lahan pemanfaatan TNMB, warga juga ikut menjaga” tuturnya.

Sementara itu, kepala Desa Andongrejo Masjudianto menambahkan, Kampung Herbal ini dibuat karena melihat potensi desa yang kaya dengan tanaman obat.

“Selain itu, kami mengembangkan Kampung Herbal agar menarik perhatian warga yang berkunjung, terutama wisatawan,” tutur Masjudianto.

Kampung Herbal ini sekaligus menjadi upaya TNMB untuk mengurangi aktivitas penjarahan hutan oleh masyarakat sekitar.

Dirjen Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno mendantangi Kampung Herbal ini pada Selasa (28/1/2020).

Menurut dia, warga yang berada di kawasan hutan bisa memanfaatkan lahan agar mendapatkan manfaat ekonomis.

”Ada yang menaman berbagai jenis yang bernilai ekonomis seperti jengkol, cabe dan pohon-pohonan. Itu tidak apa-apa dalam bentuk kelompok, sambil menjaga hutan,” terang dia.

Kepala TNMB Jember Maman Surahman menambahkan, ada 2.600 hektar lahan yang bisa dikelola oleh warga sekitar.

Masyarakat diajak agar bisa memulihkan hutan, sehingga fungsinya sebagai penyeimbang ekosistem bisa maksimal.

“Produk dibuat warga, kami fasilitasi dan dampingi,” kata Maman.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/01/07000051/mengunjungi-kampung-herbal-sumber-ramuan-alami-di-pelosok-jember

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke