Salin Artikel

Dulu Tinggal di Toilet Sekolah, Guru Honorer di Pandeglang Kembali ke Rumah dan Buka Usaha

Perempuan berjilbab itu sudah 15 tahun mengajar di SD tersebut.

Nining tinggal di toilet sekolah selama dua tahun bersama suaminya, Ebi Suhaebi (46) dan dua anaknya.

Keputusan itu diambil karena rumah yang selama ini ditinggali roboh karena lapuk. Karena tak ada pilihan lain, Nining meminta izin pada kepala sekolah untuk menggunakan toilet sekolah untuk tempat tinggal sementara.

Selain itu gaji sebagai guru honorer sebesar Rp 350.000 yang cair setiap 3 bulan sekali tidak cukup untuk menyewa rumah. Sementara sang suami bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu

Sang kepala sekolah sempat melarang Nining dan keluarganya tinggak di toilet. Karena tak ada pilihan lagi, maka kepala sekolah mengizinkan dan membantu membelikan kayu.

"Bekas WC jadi tempat masak, kalau tidur di samping WC, ada ruangan dibangun bantuan dari kepala sekolah," kata Nining di SDN Karyabuana 3, Cigeulis, Senin (15/7/2019).

Nining memilih bertahan sebagai guru honorer dengan harapan bisa diangkat menjadi PNS dan mendapat penghasilan yang sesuai dengan pengabdiannya.

"Kalau nggak diangkat juga enggak apa-apa, setidaknya ada kebijakan dari pemerintah berapa kenaikan per bulan. Mau kecil mau besar saya ikhlas terima," kata Nining kala itu.

Walaupun usianya sudah melebih batas ambang persyaratan menjadi PNS, Nining tetap memilih mengajar karena anaknya masih perlu biaya sekolah.

Nining dan keluarganya kembali ke rumahnya yang telah dibangun kembali pada Oktober 2019 lalu. Di rumah tersebut Nining kembali menata hidupnya dengan membuka usaha.

Salah satu bantuan yang ia terima adalah donasi dari pembaca Kompas.com sebanyak Rp 82.930.097 dari 3.948 donatur.

Donasi dikumpulkan melalui Kitabisa.com dan disalurkan oleh Rumah Zakat.

Bantuan sejumlah tersebut sudah disalurkan oleh Rumah Zakat kepada Nining pada November 2019 lalu.

Masrur Saepullah relawan Rumah Zakat mengatakan Nining pernah izin menggunakan donasi tersebut untuk usaha membuka warung sembako, pencucian motor, pom bensin mini, dan pangkas rambut.

"Bu Nining sangat hati-hati menggunakan uangnya, dia tidak ingin menyalahgunakan, bahkan sepeser uang yang dia keluarkan dari bantuan tersebut selalu dia sampaikan ke saya, uang itu sudah diserahkan sepenuhnya untuk beliau," kata Masrur.

"Sudah dilunasi hingga kelas tiga SMP sebanyak Rp 10 juta, sisanya Rp 25 juta ditabungkan untuk melanjutkan pendidikan ke SMA," kata Saepullah.

Sementara Nining menyampaikan terimakasih atas bantuan yang ia terima dari pembaca Kompas.com.

"Terima kasih, hingga saat ini masih kaget, ini masih seperti mimpi bagi saya, terima kasih untuk para pembaca Kompas.com. Atas bantuannya, saya bisa membuka usaha dan membayar biaya sekolah anak saya," kata Nining saat ditemui di kediamannya di Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Kamis (23/1/2020).

Nining dan suaminya saat ini mengelola usaha di rumah baru yang dibangun di atas lahan rumah lamanya yang roboh sejak 2 tahun lalu.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Acep Nazmudin | Editor: Caroline Damanik, Khairina, Farid Assifa, Aprillia Ika)

https://regional.kompas.com/read/2020/01/24/13030001/dulu-tinggal-di-toilet-sekolah-guru-honorer-di-pandeglang-kembali-ke-rumah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke