Salin Artikel

Mengenal Kelenteng Coklat, Tertua di Surabaya dengan 22 Patung Dewa

SURABAYA, KOMPAS.com - Salah satu lokasi tempat persembahyangan umat Tionghoa saat perayaan Tahun Baru Imlek di Surabaya adalah Kelenteng Hok An Kiong.

Kelenteng ini lebih populer disebut Kelenteng Coklat karena berlokasi di Jalan Coklat Nomor 2, Kelurahan Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantikan.

Kelenteng Coklat disebut klenteng tertua di Surabaya yang dibangun pada 1821.

Pemkot Surabaya menetapkan klenteng tersebut sebagai cagar budaya sesuai Surat Keputusan Wali Kota Surabaya, Nomor 188.45/258/436.1.2/2012.

Dalam prasasti yang tertempel di dinding gedung kelenteng, Kelenteng Coklat yang pengelolaannya di bawah yayasan Sukhta Loka itu diresmikan sebagai cagar budaya pada 2013.

Kelenteng Coklat berada di kawasan Surabaya utara yang sejak dulu merupakan pusat aktivitas perekonomian warga kota.

"Kelenteng ini dibangun di tengah-tengah kampung Pecinan Surabaya," kata Pengurus Kelenteng Coklat, Wijaya, kepada Kompas.com, Kamis (23/1/2020).

Dalam sejarah Kota Surabaya, dulu banyak warga keturunan China yang menetap di Surabaya tepatnya di Surabaya bagian utara, yang lokasinya tidak jauh dari Pelabuhan Tanjung Perak dan Sungai Kalimas sebagai pusat perekonomian.

"Karena dulu banyak warga keturunan yang beraktivitas di sini, akhirnya mereka membangun klenteng," ujar dia.

22 Dewa

Kelenteng Coklat dikenal sebagai kelenteng yang paling banyak menyediakan altar dewa dari kelenteng-kelenteng lainnya di Surabaya.

Ada 22 altar dewa dengan altar utama dewa Thian Siang Sing Boo atau Ma Co Poh.

21 dewa lain di antaranya, We Toh Po Sat, Kuan Im, Tee Cong Ong Poh Sat, Budha Gautama, Mie Lek Hud, Hua Kong, Hua Mu, dan Cap Pek Lo Han.

Altar-altar dewa tersebut tersebar di 2 ruang utama dan ruang samping.

"Kalau di sini patung dewanya paling banyak. Lengkap ada 22 dewa. Umat sembahyang bisa berdoa dan menyebut pengharapan apa saja, dari minta anak, jodoh, hingga rezeki," terang dia.

Sebagai kelenteng tertua di Surabaya, bangunan Kelenteng Coklat dipenuhi dengan ornamen-ornamen kuno khas Tionghoa dengan dominasi warna merah dan tulisan tinta emas.

Di dinding ruang utama terdapat cerita bergambar Sam Kok, cerita tiga kerajaan yang cukup melegenda di tanah Tiongkok.

Karena itu tidak jarang, banyak model yang memilih lokasi Kelenteng Coklat sebagai spot foto etnik.

Edi Yuwono, pengurus Kelenteng Coklat lainnya menjelaskan jika sebagian bangunan dan kayu altar di Kelenteng Coklat masih asli sejak 1821.

Pengembangan gedung hanya pada ruang utama kedua yang lokasinya di belakang ruang utama pertama.

"Bangunan asli yang didirikan sejak 1831 adalah ruang utama yang berdiri altar Ma Co Poh," ujar dia.

Jumat (24/1/2020) besok, Kelenteng Coklat akan dibuka selama 24 jam untuk melayani warga Tionghoa yang melakukan sembahyang Imlek sebelum perayaan Hari Raya Imlek pada Sabtu (25/1/2020) pagi. 

https://regional.kompas.com/read/2020/01/23/16222451/mengenal-kelenteng-coklat-tertua-di-surabaya-dengan-22-patung-dewa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke