Salin Artikel

5 Kisah Berkah Menabung Uang Koin, Bisa Bayar Persalinan hingga Beli NMAX

Ada orang-orang yang secara telaten mengumpulkan uang koin hingga jumlahnya mencapai puluhan juta rupiah.

Mereka mengumpulkan uang tabungan itu untuk biaya pendidikan, membayar biaya persalinan, membeli sepeda motor hingga membayar gugatan cerai.

Berikut kisah-kisah pengumpul uang koin dalam tiga tahun terakhir yang dirangkum Kompas.com:

 

Menjadi penjual angkringan, tak menyurutkan keinginan Suratmo (67) dan istrinya, Wartinah (52) menyekolahkan anaknya hingga ke pendidikan tinggi.

Karena penghasilannya pas-pasan warga Prenggan Utara, Kotagede, Kota Yogyakarta itu membayar biaya sekolah anaknya dengan cara mengumpulkan uang koin.

Anak ketiganya, Tri Ratna Handayani masih duduk di bangku salah satu SMK di Yogyakarta.

"Anak pertama (lahir tahun) 84, anak kedua 88 anak ketiga itu 2001," kata Suratmo saat ditemui di warung angkringanya, di Prenggan Utara, Kotagede, Kota Yogyakarta, Jumat (27/09/2019).

Uang koin dia kumpulkan setiap hari ke dalam kaleng bekas oli, dengan nominal berbeda-beda, mulai Rp 100 sampai Rp 1.000.

Terakhir ia mampu mengumpulkan Rp 1,2 juta untuk membayar biaya sekolah. Saat anaknya pertama masuk sekolah pun, dia mengaku juga membayar menggunakan uang koin.

"Tidak saya tukarkan, ya apa adanya, tapi saya lupa berapa waktu itu. Uang koin ini kan uang resmi, jadi ya diterima," ungkapnya.

Yanto (30) dan Riska (27), pasangan suami istri (pasutri) asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengumpulkan uang koin untuk tujuan berbeda.

Mereka mengumpulkan Rp 500.000 uang koin untuk tambahan biaya persalinan di Puskesmas. Adapun total biaya persalinan mencapai Rp 1.450.000.

Mereka harus mengumpulkan uang receh sejak pertama hamil, karena penghasilan mereka pas-pasan.

Sempat khawatir ditolak oleh pihak puskesmas, ternyata mereka justru mendapatkan apresiasi karena ketelatenan mereka.

Riska akhirnya melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki, Jumat (10/1/2020), lewat persalinan normal di Puskesmas Cilaku.

Ia membayar biaya persalinan dengan uang-uang koin.

Pihak Puskesmas Cilaku kemudian mendatangi rumah Riska untuk mengembalikan semua biaya persalinan yang dibayarkan pasangan tersebut.

“Kita salut dan bangga, meski pasangan kurang mampu, tanpa minta dibebaskan, tanpa minta keringanan, mereka tetap berusaha memenuhi kewajibannya (biaya pembayaran),” ujar Kepala puskesmas Cilaku Yudiansyah Sutawijaya.

Keinginan Vonny Ali, warga Manado, membeli sepeda motor Yamaha NMax akhirnya kesampaian berkat menabung uang koin. Vonny sehari-hari bekerja sebagai pedagang.

Awal Februari 2019, Vonny menghubungi diler dan menyatakan keinginannya membeli sepeda motor. Karena stok sedang kosong, dia harus menunggu dulu.

Di pertengahan bulan, tenaga penjual, Zulkifli dihubungi oleh Vonny dan mengatakan akan membayar menggunakan uang koin.

"Saya hanya berpesan agar ibu Vonny datang sudah menyusun koin-koin tersebut sesuai nilai. Rp 1.000 dan Rp 500 disendirikan dan dikelompokkan dalam nilai total Rp 1 juta dan Rp 500.000," ucap Zulkifli, Jumat (1/3/2019).

Akhirnya datanglah Vonny ke diler dengan membawa uang koin yang diwadahi dalam karung.

"Awalnya saya kira bercanda, ternyata benar pakai koin. Beratnya mungkin sekitar 10 kilogram. Harga Nmax yang dibeli Rp 30,750 juta, uang koinnya Rp 20 jutaan. Sisanya dibayar Ibu Vonny dengan uang kertas," ucap Zulkifly.

Dwi Susilarto, PNS asal Kabupaten Karanganyar harus membayar kewajibannya atas gugatan cerai istrinya.

Menurut pengacara Dwi, Sutarto, saat di Pengadilan Agama Karanganyar, hakim memutuskan kliennya wajib memberikan uang mut'ah senilai Rp 43 juta.

Di tingkat banding, kewajiban Dwi justru bertambah menjadi Rp 178 juta. Dia memutuskan untuk membayarnya.

"Klien kami kemarin membayarkan uang mut'ah Rp 178 juta dengan rincian uang koinnya Rp 153 juta. Sisanya Rp 25 juta menggunakan uang kertas di Pengadilan Agama Karanganyar," kata Sutarto, Jumat ( 24/8/2018).

Uang tersebut terkumpul setelah 1,5 bulan lamanya. Dwi mengumpulkan uang dari bantuan teman-teman serta berutang.

Total ada 13 karung berisi uang koin yang dia serahkan kepada Pengadilan Agama Karanganyar.

Kisah Eka Duta Prasetya patut ditiru sebagai siswa teladan. Dia telaten mengumpulkan uang receh agar bisa membiayai sekolahnya di Madrasah Aliyah di Magelang.

Dia menabung uang receh Rp 1.000 sejak kelas 6 SD dan berlanjut saat duduk di bangku MTs di Magelang. Duta menggunakan kaleng bekas kue.

Remaja asal Desa Ngadirejo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang itu rela tak jajan. Diberi uang saku sekitar Rp 10 ribu, separuhnya dia tabung.

Uang receh senilai Rp 1 juta dia bawa saat mendaftar ke sekolahnya saat ini MAN 1 Magelang.

Uang Rp 1 juta hanya sebagian kecil dari tabungannya. Masih ada Rp 6 juta, bahkan lebih, karena masih banyak kaleng tabungan yang belum ia buka.

Selama menabung, Duta tidak pernah berniat membuka kaleng-kaleng kue berisi uang itu untuk kepentingan pribadinya.

Duta hanya akan mengambil uang itu, jika neneknya, Sutiyah (56), membutuhkan obat karena komplikasi penyakit.

"Biasanya beli keperluan sekolah atau kebutuhan mendesak nenek saya yang harus berobat. Kadang juga buat bayar tagihan air dan lainnya," ucapnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Wijaya Kusuma, Firman Taufiqurrahman, Setyo Adi Nugroho, Muchlis Al Alawi, Ika Fitriana | Editor: Farid Assifa, Robertus Belarminus, Agung Kurniawan, Reni Susanti)

https://regional.kompas.com/read/2020/01/23/06060011/5-kisah-berkah-menabung-uang-koin-bisa-bayar-persalinan-hingga-beli-nmax

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke