Salin Artikel

Sepekan Tak Melaut, Nelayan Tambaklorok Semarang Bergantung ke Rentenir

Cuaca ekstrem di perairan utara Laut Jawa jadi penyebabnya.

Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Jangkar Tambaklorok, Abdul Hasan menuturkan, setidaknya ada 800 nelayan tidak berlayar selama enam hari terakhir ini.

"Sejak awal tahun, cuaca ekstrem di Laut Jawa. Di sini (Semarang) saja, hujan terus. Kami terpaksa mangkir atau berhenti sementara waktu sampai cuaca kondusif," kata Abdul saat ditemui Tribunjateng.com di Tambaklorok, Senin (6/1/2020).

Selama tak berlayar, para nelayan memenuhi kebutuhan dari sisa tabungan yang tersimpan di bank.

Namun, tak sedikit nelayan membiayai kebutuhan hidup keluarganya dengan meminjam ke bank plecit atau rentenir.

"Kalau tidak ada ya, menggantungkan bank plecit. Kondisi awal tahun ini memang agak sulit. Padahal, 2018 dan 2019 lalu lumayan ramai. Cuaca tidak seburuk ini," jelasnya.

Awal tahun lalu, Abdul bisa memperoleh hingga Rp 1 juta setiap berlayar. Dia pun menyisikan pendapatannya untuk ditabung.

Menurut dia, hal itu dipersiapkan agar saat krisis cuaca, dirinya bersama keluarga bisa menyambung hidup.

"Kadang dapat segitu, kadang tidak dapat sama sekali. Awal tahun lalu, dapat lima kuintal, tapi harganya murah-murah. Macam ikan teri, seriding, dan sejenisnya," keluhnya.

Nelayan lainnya, Budiono (37) ikut juga merasakan hal serupa.

Biasanya, Budiono dan nelayan lainnya berangkat berlayar setiap pukul 05.00.

Namun, kondisi saat ini tidak dapat diprediksi, sehingga mengkhawatirkan jika memaksa melaut.

"Saya kalau melaut pukul 5.00 dan pulang pukul 15.00. Ada juga yang melaut pukul 23.00. Itu pun kalau cuacanya sudah enak, kami berangkat lagi. Tapi untuk sekarang ini, harus off dahulu," sebutnya.


Terpisah, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo membenarkan bahwa untuk beberapa hari ke depan, cuaca mengalami hujan intensitas sedang hingga lebat.

Menurut dia, peningkatan curah hujan disertai angin kencang dan petir akan terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah, termasuk Semarang.

Cuaca ekstrem yang terjadi di sebagian besar wilayah itu disebabkan munculnya fenomena alam Madden Julian Oscillation (MJO).

"MJO itu mengacu pada sebuah pola osilasi awan konveksi yang dapat menimbulkan hujan dalam intensitas sedang-lebat. Pola ini terus berjalan di seluruh wilayah di Indonesia dan saat ini terbentuk memanjang di Pulau Jawa," papar Yoga.

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul: Kisah Nelayan Tambaklorok Semarang, Sepekan Ini Terpaksa Andalkan Rentenir Penuhi Kebutuhan Hidup

https://regional.kompas.com/read/2020/01/06/23250271/sepekan-tak-melaut-nelayan-tambaklorok-semarang-bergantung-ke-rentenir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke