Salin Artikel

Kisah Ariel, Penyandang Disleksia yang Sukses Raup Puluhan Juta

GRESIK, KOMPAS.com - Tidak ingin menjadi orang yang bergantung dengan keterbatasan yang dimiliki, Muhammad Ariel Arkana Ramadhan (19) coba lepas dari bayang-bayang disleksia yang dialami sejak masih anak-anak.

Ia berusaha menjadi sosok yang kreatif, melalui hasil karya berupa lukisan yang indah dilihat.

Disleksia adalah gangguan dalam perkembangan baca-tulis, yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun.

Perkembangan tidak lazim pada anak, dengan ditandai kesulitan belajar membaca secara lancar dan kesulitan dalam memahami, meskipun normal atau di atas rata-rata.

"Sejak kecil saya sudah seperti ini (mengalami disleksia), tapi sudah sejak kecil juga saya senang menggambar," ujar Ariel, dengan nada terbata-bata, saat ditemui, Sabtu (4/1/2020).

Bakat menggambar dan melukis yang dimiliki Ariel menjadi semakin terasah, setelah dirinya tergabung bersama Sanggar Daun pimpinan Arik Wartono, pada 2015.

"Sejak kecil saya memang suka gambar kapal pinisi, kapal perang, dan kapal-kapal lainnya," ucap dia.

Setelah menghasilkan beberapa karya lukisan kapal nan indah dipandang, Ariel kemudian menggelar pameran tunggal di Hotel Horison, Gresik, bertajuk 'Pinisi and the Other Ships' yang dimulai Sabtu hingga 18 Januari 2020 mendatang.

Pameran perdana bagi Ariel sebagai seorang seniman lukis, yang sekaligus terdaftar sebagai salah satu agenda 'Biennale 8 Jawa Timur' sebuah event rutin dua tahunan yang digagas perkumpulan seni rupa Jawa Timur.

"Senang akhirnya bisa pameran sendiri," kata dia.

Saat pembukaan pameran, yang langsung dibingkai dengan acara lelang lukisan, salah satu karya Ariel dengan tema 'Pinisi in the Holy Land' berhasil terjual diangka Rp 27,5 juta.

Lukisan ini dibeli oleh kolektor bernama Rio Suryo, asal Sidoarjo.

"Belum tahu untuk apa, ditabung. Sebagian disisihkan untuk (membantu) sesama," tutur dia.

Arik Wartono, pimpinan Sanggar Daun yang merangkap sebagai manajer Ariel menambahkan, alasan pameran diselenggarakan di Gresik lebih karena menyesuaikan dengan hasil karya Ariel.

"Pameran Ariel ini diselenggarakan di Gresik bukannya tanpa alasan, mengingatkan publik bahwa Gresik dulunya merupakan kota syahbandar internasional seperti Singapura," kata Arik.

Tidak menutup kemungkinan setelah dipamerkan di Gresik, karya-karya pelukis tamatan IC (Insan Cerdas) School Surabaya ini juga akan dipamerkan di kota-kota syahbandar lain seperti Surabaya, Jakarta, Makassar, bahkan Singapura.

"Ariel juga sudah mewakili Indonesia dalam berbagai pameran lukis internasional di berbagai negara seperti, Jepang, Hongkong, Australia, Inggris, Jerman, Perancis, Polandia, Macedonia, Turki, Rusia, Kanada dan Amerika Serikat," terang dia.

Sementara itu, Rio Suryo asal Sidoarjo yang membeli lukisan Ariel seharga Rp 27,5 juta dalam agenda lelang hari pertama mengatakan, senang melihat lukisan penyandang disleksia tersebut, yang dianggapnya memiliki ciri khas tersendiri.

"Dapat info dari teman jika Ariel mengadakan pameran di sini, makanya langsung ke sini tadi. Kebetulan ada lelang juga, dan saya beruntung bisa mendapatkan hasil karya Ariel ini," kata Rio.

"Sekilas memang tidak jauh berbeda dengan hasil karya seniman lain. Tapi, bila dipandang lebih seksama, saya pribadi melihat ada ciri tersendiri dalam lukisan milik Ariel," ujar dia.

Rio pun mengaku, tidak mempermasalahkan besaran uang yang dikeluarkan untuk membeli lukisan Ariel.

Karena dirinya menganggap, itu cukup sebanding dengan tampilan indah lukisan yang dihasilkan.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/06/05554441/kisah-ariel-penyandang-disleksia-yang-sukses-raup-puluhan-juta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke