Salin Artikel

30.000 Babi Mati di Sumut karena Virus, Lalu Lintas Ternak Dilarang

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara Azhar Harahap menyebutkan, daerah yang mengalami kematian babi secara massal adalah Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Simalungun, Pakpak Bharat, Simalungun, Siantar, Tebing Tinggi dan Langkat.

"Yang tertinggi terjadi kematian babi ada di Dairi, Karo dan Deli Serdang," kata Azhar di kantor Gubernur Sumatera Utara, Jumat (20/12/2019).

Untuk mencegah penyebaran virus hog cholera meluas, saat ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melakukan beberapa upaya.

"Melalui biosecurity, memberikan desinfektan dan melarang pemindahan ternak dari satu tempat ke tempat lain," kata Azhar.

Sedangkan Bupati Deli Serdang Anshari Tambunan mengatakan, sudah membentuk pos pantau pengawasan lalu lintas ternak babi.

Anshari juga sudah memerintahkan agar lokasi pemeliharaan babi didata kembali. Pasalnya, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang hanya mengizinkan perternakan babi beroperasi di Sibolangit dan Sinembah Tanjung Muda Hulu.

"Ada wilayah tertentu di luar dua kecamatan itu yang sifatnya perorangan, skala rumah tangga," kata Anshari.

Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang tingkat kematian ternak babinya tinggi.

Diberitakan sebelumnya, kematian babi di Sumut diakibatkan oleh virus hog cholera atau kolera babi dan terindikasi African Swine Fever (ASF). Merebaknya virus itu dimulai sejak 25 September 2019.

Matinya puluhan ribu babi itu terjadi sangat cepat. Dalam satu hari, angka kematian yang terlapor rata-rata 1.000 - 2.000 ekor per hari.

https://regional.kompas.com/read/2019/12/20/17523931/30000-babi-mati-di-sumut-karena-virus-lalu-lintas-ternak-dilarang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke