Salin Artikel

Kisah Dita Tampung Ratusan Kucing Telantar, Dicibir hingga Rela Rogoh Kocek Sendiri

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Rumah Kucing Parung, Bogor kini mulai banyak diperbincangkan sebagai tempat penampungan kucing terlantar atau yang ditinggal pemiliknya karena tak sanggup merawat.

Di balik itu semua ada jerih payah dan keringat dalam membuka penampungan atau shelter kucing yang sarat edukasi ini.

Kompas.com mendatangi rumah ibu dengan 250 kucing yang ada di Jalan Pasir Naga, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Kemang Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

"Silahkan masuk, Mas," sahut pemilik rumah, Dita Agusta (45) didampingi suaminya, Moh Luthfi (51).

Sejumlah kucing pun lantas menghampiri dan suara meong terdengar bersahutan tanda menyambut orang asing.

Kondisi di rumah itu benar-benar berbeda, cat dinding warna kuning, bersih, jauh dari kata bau. Kucing-kucing itu bebas berkeliaran keluar masuk kamar.

Kucing lokal dan ras yang biasa terlihat di jalanan kini hidup berdampingan dalam satu atap dengan keluarga Dita.

Sedangkan alat perawatan juga cukup lengkap, seperti kandang, wadah makan, pasir untuk pup, obat P3K, pakan kucing, sampo serta scratcher atau tempat buat menggaruk kuku.

Maklum, ada 5 pekerja yang membersihkan rumah dan merawat semua kucing-kucing itu.

Kelima pekerja diberi upah oleh Dita, termasuk anaknya sendiri yang ia pekerjakan.

Sementara itu, di salah satu dinding terpajang puluhan medali yang diperoleh dari ajang lomba Pet Expo.

Bahkan ada juga penghargaan hasil mengisi seminar tentang cara merawat kucing.

Lanjut, di halaman belakang, tampak sejumlah pekerja tengah sibuk memberi makan dan membersihkan seluruh kandang.

Di halaman yang cukup luas itu juga terdapat papan kayu tempat tidur dan bermain untuk kucing.

Dita dan suaminya berencana memperluas halaman belakang berkat tanah yang dihibahkan oleh seorang dermawan.

Nantinya, kata Dita, tanah itu akan dijadikan tempat pemakaman kucing yang mati karena umur dan penyakit.

"Nyawa ya mereka membawa diri masing-masing tergantung kekuatan daya tahan tubuhnya, jadi normal usia biasanya 20 tahun paling lama dan ada kucing di sini bertahan 17 tahun itu mati karena tua," ucapnya.

Selain itu, jumlah kucing yang terus bertambah sedangkan untuk biaya makan dan perawatan lumayan cukup besar.

Sehingga, sebut Dita, dalam sehari ia harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 1 juta.

Untuk merawat semua kucing tersebut, suami Dita, Luthfi mau tak mau harus membuka usaha kecil-kecilan berupa kolam ikan lele di halaman belakang.

Alasannya, ingin membantu menambah biaya perawatan kucing yang semakin hari makin naik.

Pasalnya, tak jarang keluarga harus merogoh kocek sendiri untuk biaya merawat jika sumbangan para donatur kurang.

Dita menyebut, setiap hari kucing-kucing itu mendapat vitamin dan vaksinasi yang bekerja sama dengan dokter hewan.

Tak ayal, kucing-kucing tersebut terlihat sehat dan gizinya terpenuhi.

Namun, tak sedikit pula terdapat sejumlah kucing yang masih sakit dan harus dirawat di halaman belakang itu.

"Suntik iya, vaksin juga iya,berobat iya tapi daya tahan tubuh kucing itu enggak bisa diprediksi beda dengan manusia gitu," ujarnya.

Ia bercerita, beberapa waktu lalu menolong kucing yang telinganya putus karena tersangkut kawat.

Belum lagi temuan kucing yang kakinya pincang sehingga perlu perawatan ekstra.

"Yang ini (telinganya) karena terjepit kawat di jalanan," ucap ibu tiga anak ini sembari menunjuk kucing warna kuning.

Dititipi kucing

Siang itu, Minggu (15/12/2019), Dita tiba-tiba kedatangan keluarga kecil asal Bogor yang hendak menitipkan sejumlah kucingnya.

Sedikitnya, ada 17 kucing yang diserahkan untuk diurus dan dirawat di Rumah Kucing Parung tersebut.

Syaratnya, membuat nota perjanjian di atas materai dan memberikan biaya donasi sterilisasi sebesar Rp 250 ribu. Sterilisasi itu dilakukan untuk menekan angka populasi kucing.

"Totalnya ada 8, bayinya 9 kalau ini masih remaja (Mike) jadi kalau saya (keluarga) memang pencinta binatang," ucap pria berinisial BW (42) sembari menyerahkan kucing-kucingnya kepada Dita.

Suasana di rumah itu pun mendadak haru, diiringi isak tangis anak dan istri BW karena tak tega melepaskan kucing kesayangan mereka.

Alasan keluarga itu, karena ada keluhan dari mertua mereka mengenai populasi kucing.

Peningkatan jumlah kucing di rumah keluarganya akan mengkhawatirkan kondisi ekonomi.

Terlebih, sang suami tak punya pekerjaan sehingga kemungkinannya tidak akan sanggup mengurus kucing.

"Sudah ya (jangan nangis) pulang yuk biarin tenang (kucingnya), nanti bisa lihat lagi ke sini," sahut BW sambil membujuk anak dan istrinya yang sejak awal menangis sejadi-jadinya.

"Mari Bu (Dita) saya pamit terimakasih banyak," timpalnya beranjak pergi.

Artinya jumlah kucing di rumah Dita pun bertambah. Namun ia tak ingin mengeluh karena kucing-kucing itu membutuhkan tempat.

Menurut Dita, kasih sayang tak hanya dirasakan manusia, makhluk hidup lainnya seperti kucing juga harus diberi kehidupan yang layak.

Ia juga menyampaikan, jangan memelihara hanya sekadar trending dan ikut-ikutan suka kucing tapi tidak siap bertanggungjawab. Jika tak mampu merawat jangan pula langsung menyerahkan ke penampungan kucing.

Ia menyarankan lebih baik cari adopter langsung bisa saudara atau teman terdekat yang bisa dipercaya.

"Iya stress (kucingnya) karena pindah tempat, makanya saya edukasi dulu jadikan rumah ini sebagai solusi terakhir saja dan saya enggak mau orang buru-buru masukin kucingnya ke sini dikit-dikit dititipin, justru ini paling berat perjuangan kucingnya dibandingkan dia dapat adopter langsung karena hanya ganti oper tapi suasana rumahkan enggak jauh beda," terang Dita.

Cinta kucing

Rumah Kucing yang dibuka sejak tahun 2015 itu berawal karena kecintaannya pada kucing.

Dengan demikian, ia mengingatkan para adopter untuk belajar memahami bagaimana cara merawat kucing dengan baik dan benar.

Sehingga, tidak hanya sebatas mengadopsi tapi di saat-saat sibuk mereka justru menelantarkan dan enggan merawat.

Dita juga kerap dipanggil untuk mengisi seminar dengan memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak menyakiti hewan dan siap bertanggungjawab jika mencintai kucing.

Program lainnya ialah, street feeding dan event open adopsi yang bekerja sama dengan komunitas pecinta kucing.

Makin ke sini, kecintaan Dita terhadap binatang justru semakin tinggi meskipun kerap mendapat cibiran.

Berkat mendapat suami yang sama-sama mencintai binatang, ia pun mantap memilih pekerjaan mulia merawat kucing.

Baginya kucing ataupun anjing memang dituntun oleh Tuhan untuk dekat dengan manusia.

Dita dan Luthfi lah yang paling tahu bagaimana cara memperlakukan kucing-kucing itu.

"Tapi tetap saja memang ada orang yang nyinyir, mendingan kasih sedekah buat manusia dibandingkan ke hewan (kucing). Bagi saya itu sudah ada porsinya masing-masing, untuk manusia justru lebih banyak yang peduli tapi kalau hewan siapa  peduli yang ada malah lebih banyak disakiti, dianiaya, saya juga enggak memaksa kok orang untuk suka," ungkapnya.

"Saya juga sering banyak berpesan ke orang-orang yg enggak suka hewan (kucing) boleh kalian enggak suka tapi jangan menyakiti karena hak hidup kita sebenarnya sama seperti mereka. Di bumi ini kan enggak cuma manusia yang berhak hidup, hewan tumbuhan juga semua ciptaannya sama," sambung dia.

https://regional.kompas.com/read/2019/12/18/05550001/kisah-dita-tampung-ratusan-kucing-telantar-dicibir-hingga-rela-rogoh-kocek

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke