Salin Artikel

Kisah Budidaya Jamur Kuping, Diserang Penyakit hingga Diolah Jadi Cendol

Beberapa hari terakhir hujan cukup deras mengguyur kawasan tersebut.

Dengan selang di tangan, Saiful yang sering disapa Gimbal membasahi susunan plastik yang berisi media tumbuh jamur kuping di bangunan sepanjang 7x4 meter tersebut.

Ribuan jamur sebesar telapak tangan terlihat menjuntai siap dipanen.

“Disiram untuk menjaga kelelmbaban udara. Kalau malam udaranya bagus, kombong bagian bawah kita buka biar udara masuk,” ujar pria berambut gimbal tersebut saat ditemui Kompas.com, Kamis.

Jamur kuping dengan diameter hampir 20 sentimeter tersebut siap dipanen.

Hari ini merupakan panen kedua yang dilakukan Saiful Gimbal.

Dari 8.000 baglog atau media siap panen yang dimiliki, saat ini dia mengaku mampu menghasilkan 1,2 ton jamur basah setiap kali panen.

“Per kilonya diterima pabrik Rp 10.000. Panennya bisa sebuan 2 kali," kata Gimbal.

Diserang penyakit hingga rugi jutaan rupiah

Pada 4 tahun lalu, Desa Gonggang merupakan sentra penghasil jamur kuping terbesar di Magetan.

Gimbal selaku pelopor budidaya jamur kuping di desanya mengatakan, setiap pekan, desanya mampu menghasilkan 2 ton jamur kering dengan harga Rp 62.000 per kilo.

“Perputaran uang di desa sini saat itu hampir Rp 500 juta setiap minggu dari panen jamur kuping yang dijual kering,” kata Gimbal.

Saat itu, lebih dari 180 pemuda di Desa Gonggang terjun menggeluti budidaya jamur kuping. Setiap orang sedikitya memiliki 8.000 hingga 20.000 baglog.

“Saat itu, saya punya 1,7 juta baglog yang dikelola oleh sejumlah pemuda di sini,” kata dia.

Namun, di saat warga Desa Gonggang sedang tinggi semangatnya membudidayakan jamur  kuping, penyakit krepes menjangkiti baglog.

Jamur yang ditanam petani tidak bisa berkembang, akibat jamur terserang penyakit. 

Menurut Gimbal, krepes menyerupai telur cacing yang menyebar di dalam plastik media untuk menanam jamur.

Gimbal mengaku sempat merugi hingga Rp 120 juta, karena 1,7 juta baglog jamur miliknya gagal tumbuh.

“Collapse waktu itu. Di saat semangat warga lagi tinggi, baglog kena penyakit krepes,” kata Gimbal.

Bangkit berkat cendol jamur

Rugi hingga jutaan rupiah ternyata tak menyurutkan langkah Gimbal untuk membudidayakan jamur kuping. 

Dia nekat membeli ribuan baglog untuk mengetahui apa yang menyebabkan jamur kuping tidak mau tumbuh.

Dia juga melakukan uji laboratorium ke Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Bahkan, uji lab dilakukan hingga 2 kali agar mendapat kepastian penyebab penyakit krepes. 

“Ternyata memang penyait krepes itu tidak ada obatnya. Satu-satunya jalan ya menghancurkan baglog yang tersisa,” ujar Gimbal.

Dari sisa pertumbuhan jamur kuping yang tidak bisa tumbuh maksimal, Gimbal kemudian melakukan percobaan dengan membuat olahan dari jamur kuping.

Salah satu kuliner yang berhasil dibuat adalah cendol jamur kuping.

Tak disangka, banyak warga dan rekanan Gimbal yang menyukai rasa dan tekstur cendol dari jamur kuping.

“Kalau teksturnya lebih kenyal dari cendol biasa. Kemudian, kalau dikonsumsi, dinginnya cendol rumput laut itu lebih terasa dingin di perut,” ucap Gimbal.

Meski tergolong sukses membuat cendol dari jamur kuping, Gimbal memilih fokus menyelesaikan permasalahan gagalnya jamur kuping tumbuh pada baglog. 

Dari sejumlah analisis yang dilakukan, permaslahan gagalnya jamur kuping tumbuh di baglog karena penanganan media tanam yang kurang maksimal dari perusahaan.

Gimbal akhirnya memilih berhenti sementara waktu. 

Pada akhir 2019, dia kembali mencoba menggeluti budidaya jamur kuping.

Ternyata, hasil upaya perbaikan pembuatan baglog telah membuat kualitas jamur kembali sesuai dengan standar.

“Kita masih menargetkan 2 kali pembelian baglog, untuk melihat kualitasnya apakah sudah kembali normal.  Kalau normal, kita sudah memesan 70.000 baglog,” kata dia.

Selain dijual langsung kepada pabrik, jamur kuping hasil budidaya warga saat ini juga mulai diolah menjadi keripik jamur kuping serta cendol dawet oleh warga sekitar.

Jamur kuping dipercaya mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi, sehingga memiliki nilai jual yang cukup tinggi di pasar.

https://regional.kompas.com/read/2019/12/13/17474321/kisah-budidaya-jamur-kuping-diserang-penyakit-hingga-diolah-jadi-cendol

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke