Salin Artikel

Cerita 1 Rumah Dihuni 4 Keluarga: Bertahun-tahun Diterjang Abrasi, Kini Dapurnya Hilang

Abrasi memang menerjang Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, sejak belasan tahun lalu.

Aas menyebut saat air laut pasang, ombak kerap masuk ke rumah. Lama kelamaan merusak bagian belakang rumahnya.

"Ini bekas-bekas rumah yang hancur kena ombak," kata Aas, Selasa (26/11/2019).

Kini, Aas bersama keluarganya terpaksa menempati bagian depan rumahnya. Tiga anak-anaknya yang sudah berkeluarga masih tinggal bersama.

Sementara untuk pindah, ia mengaku tak punya biaya. Salah satu keluarganya bahkan habis melahirkan.

"Kami tinggal rame-rame," katanya.

Aas pun berharap pemerintah segera menangani abrasi di desanya. Sebab, ia khawatir ombak akan semakin mengancurkan rumahnya.

Tak hanya Aas, sejumlah warga di desa itu juga mengalami hal serupa. Jarak laut dengan rumah mereka tinggal sejengkal. Banyak juga yang begitu membuka bagian belakang rumahnya langsung disambut air laut.

Telihat juga beberapa reruntuhan rumah-rumah yang ditinggal penghuninya. Ada juga sabuk pantai dan bakau yang baru ditanam nampak di beberapa titik jalan. Sayang, sebagian bakau rusak terkena oil spill Pertamina.

Sejak tahun 2005, desa yang berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota Karawang itu terdampak abrasi atau pengikisan tanah akibat air laut. Jalan menuju desa tersebut beraspal, hanya saja tak begitu mulus, sesekali terlihat lubang dan bekas tambalan.

Jika kita menyusuri sepanjang pantai, mulai dari Cemana Jaya hingga Pisangan jalanan beraspal terputus, bersambung dengan jalanan berpasir, berkelok di antara rumah warga, tambak, hingga pekuburan atau tempak makam masyarakat Tionghoa. Itu pun kendaraan roda empat tidak bisa menyusuri desa ini sampai ujung. Dengan sepeda motor, kita berkendara tepat di sisi pantai.

Konon, dulu jarak antara rumah-rumah warga lebih dari satu kilometer. Sementara saat ini tidak sampai satu meter.

"Sewaktu saya kecil, jarak dari rumah ke pantai jauh. Sebelum pantai ada tambak-tambak. Kalau main bola (sepakbola) juga masih luas," ujar Kepala Desa Cemara Jaya, Yonglim Supardi.

Beruntung, kata dia, semenjak sabuk pantai dibangun, banjir rob tak separah pada 2016 lalu. Saat itu, air pasang menerjang rumah-rumah warga hingga sebetis rumah orang dewasa. Dampaknya, terjadilah abrasi dan rumah-rumah warga pun rusak.

"Itu terparah. Sekarang saya perhatikan jika air pasang tak separah saat itu, yang jalanan tidak bisa dilewati," katanya.

Mendengarkan curhatan warga, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menganjurkan solusi jangka panjang dan jangka pendek.

"Jangka pendek misalnya beberapa warga yang rumahnya terkena (abrasi) dikontrakkan. Sebab kalau menunggu (pembangunan rumah susun pada ) 2021 kelamaan. Nanti biar saya yang pikirkan biayanya," kata Dedi.

Untuk jangka panjang, Dedi mengaku bakal menggelar rapat koordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan pihak terkait untuk membahas penabganan abrasi, sekaligus penyelesaian pencemaran minyak mentah di sepanjang Pesisir Karawang.

"Ini harus dibangun sabuk pantai dengan struktur konkrit. Tapu biayanya tak sedikit. Kami akan usulkan itu," katanya.

Relokasi

Kepala Desa Cemara Jaya Yonglim Supardi mengatakan, warga di tiga dusun, yakni Dusun Pisangan, Dusun Cemara II, Dusun Cemara I Utara bakal direlokasi ke Dusun Sekom. Lokasinya berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi semula.

"Ada sekitar 299 keluraga yang didata. Rata-rata mereka yang rumahnya tepat di bibir pantai," ujar Yonglim.

Yonglim menyebutkan, relokasi akan dilakukan menggunakan lahan tambak yang telah dibebaskan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang. Pembangunan rumah susun sendiri rencananya dilakukan pada 2021.

"Direncanakannya sejak 2017, saat ini sedang proses pengarukan tanah," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/27/09143461/cerita-1-rumah-dihuni-4-keluarga-bertahun-tahun-diterjang-abrasi-kini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke