Salin Artikel

Bunga Bangkai Tumbuh di Pemukiman Padat Penduduk Kota Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - Bunga bangkai atau Amorphophallus titanum becc tumbuh di kawasan padat penduduk di Kota Bandung, tepatnya di pekarang rumah warga di Gang Pa Elas 7, RT 007 RW 008, Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.

Bunga bangkai yang diduga jenis Suweg ini ditemukan pertama kali oleh pemilik rumah, Rukman (65).

Penemuan bunga itu pun awalnya tak disadari, bahkan Rukman awalnya menganggap bunga itu sebagai sampah daun pisang.

Kompas.com sempat mendatangi lokasi tumbuhnya bunga tersebut. Bunga ini tumbuh pekarangan rumah yang dibangun di kawasan padat penduduk.

Akses jalan menuju rumah itu memang tidak selebar jalan umum, karena harus memasuki gang.

Saat didatangi, Rukman dan istrinya Nani Rohaeti (55) tengah bersantai, namun akhirnya keluar setelah mendengar ketukan pintu.

Rukman bercerita, dirinya tak menyangka ada tumbuh bunga bangkai di pekarangan rumahnya.

Bunga itu pun ditemukan saat dirinya sedang membersihkan sampah di pekarangan rumahnya.

"Saya kira sampah daun pisang yang sudah dipakai, begitu didekati ternyata bunga," kata Rukman, Selasa (26/11/2019).

Saat itu memang masih kuncup, Rukman bahkan sempat mencium bunga tersebut, tapi menurutnya tidak berbau bangkai.

"Saya cium, enggak apa-apa (tidak berbau)," ujar dia.

Penemuan itu terjadi tanggal 9 November 2019. Namun, Rukman tak terlalu menganggap hal itu suatu yang langka.

Tak lama, tanaman itu pun ditemukan istrinya Nani Rohaeti. Sebetulnya, Nani tak terlalu sering memperhatikan tanaman yang ada di pekarangan rumahnya, karena kesibukannya di pasar.

Namun, suatu saat, Nani melihat ada bunga yang dikiranya kain pembersih atau lap. "Awalnya dikira lap, setelah dilihat itu bunga," kata dia.

Ia kemudian mengambil gambar bunga yang saat itu belum mekar, dan mengirimkannya kepada anaknya.

"Ternyata anak saya juga sudah tahu, karena ada di grup kecamatan juga sudah ramai, Pak RW juga sudah tahu," kata dia.

Beberapa hari kemudian, ketua RW setempat datang ke lokasi untuk melihat bunga tersebut yang saat itu mulai mekar. Mahkotanya merah agak kuning kecoklatan.

"Tanggal 11 (november 2019) itu mulai mekar," kata Nani, seraya memperlihatkan foto bunga bangkai tengah mekar pada ponselnya, di mana pada foto itu tertera tanggal pengambilan gambar.

Selama 27 tahun rumahnya itu dibangun, baru kali ini ada bunga bangkai di pekarangannya. "Ini pertama kali, rumah ini dibangun tahun 1992-an," ujar dia.

Nani pun merasa aneh, lantaran tak ada kerabat keluarga ataupun warga yang menanam benih bunga tersebut di pekarangan rumahnya.

"Tak ada sama sekali yang menanam bunga itu, tiba-tiba tumbuh saja," tutur dia.

Sejak ditemukan, banyak warga yang berbondong-bondong hendak melihat bunga itu, tak sedikit bahkan yang menyentuhnya. "Banyak yang lihat, yang nyentuh juga ada," kata dia.

Namun, kini kondisinya mulai layu, bunga tersebut tampak mengering dan berwarna coklat. Meski begitu, bunga itu masih tertanam di pekarangan rumah Rukman.

"Empat hari lalu mulai layunya, enggak tahu kenapa, mungkin karena panas matahari, kan baru sekarang-sekarang hujannya," ujar dia.

Sementara itu, Ketua RW 08, Agus Sugiarto (52) mengatakan, dirinya mengenali bunga tersebut sebagai bunga bangkai ketika membandingkannya dengan foto bunga bangkai yang ada di Sukabumi.

"Mengenal bunga bangkai awalnya dari media. Lalu ada orang katanya ada bunga di wilayah saya. Saya lalu lihat dan bandingkan dengan yang di Sukabumi, ternyata mirip," ujar Agus.

Agus pun merasa aneh, bagaimana bunga tersebut bisa tumbuh di tengah kota, tepatnya di pekarangan rumah warga yang berada di pemukiman padat penduduk seperti ini.

"Aneh saja, biasanya kan di hutan, ini kok muncul di tengah gang. Ya mudah-mudahan jadi berkah," ucap dia.

Perwakilan pemerintah daerah setempat pun sempat meninjau bunga tersebut. Namun, sayang kini bunga itu menjadi layu.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/26/20381521/bunga-bangkai-tumbuh-di-pemukiman-padat-penduduk-kota-bandung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke