Salin Artikel

Kisah Pengrajin Tembaga dan Kuningan asal Boyolali Raup Rp 200 Juta Per Bulan

BOYOLALI, KOMPAS.com - Kerajinan ukir dari bahan baku tembaga dan kuningan buatan warga Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sumanto, berhasil menembus pasar dalam negeri dan luar negeri.

Dari bisnis kerajinan ukir tembaga dan kuningan itu, Sumanto mampu meraup keuntungan sebesar Rp 150 juta hingga Rp 200 juta per bulan.

Sumanto menceritakan, menekuni bisnis kerajinan ukir tembaga dan kuningan sejak tahun 1994.

Bermula dari membuat peralatan rumah tangga seperti ceret, dandang, kenceng, dan lain-lain.

Karena harga jual peralatan rumah tangga sedikit, Sumanto pun memilih untuk berhenti.

Ia kemudian mengembangkan bisnis barunya berupa seni ukir dari tembaga dan kuningan.

"Saya mulai buka usaha pembuatan kerajinan ukir tembaga dan kuningan sejak 1993-1994," kata Sumanto, Senin (25/11/2019).

Mengawali usahanya tersebut, Sumanto mendapat pesanan dari pengusaha perhotelan di Surabaya, Jawa Timur, untuk membuat interior berupa lampu hias.

Kemudian, pada tahun 1997, Sumanto mendapat pesanan dari perhotelan di Bali berupa lampu gantung.

Bisnis kerajinan ukir tembaga dan kuningan Sumanto terus berkembang pesat. Banyak pesanan datang dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.

Pesanan dari dalam negeri ada dari Blora, Pati, Padang, Jambi, Kalimantan dan daerah lain di Indonesia. Sedangkan dari luar negeri ada dari Australia, Madinah, Jerman, Amerika dan Malaysia.

"Kerajinan ukir yang saya buat ada kaligrafi, pintu nabawi, lampu hias, air mancur, kubah masjid dan lain-lain. Harga bervariasi sesuai tingkat kesulitan pembuatan. Misalnya, lampu hias harganya Rp 20 juta dan kubah Rp 50 juta," tutur dia.

Sumanto tidak sendiri dalam mengembangkan dan membesarkan bisnis kerajinan ukir tembaga dan kuningan. Sumanto dibantu 12 orang pekerja.

Selama ini, Sumanto membeli bahan baku untuk pembuatan kerajinan ukir dari Surabaya dan impor.

Satu lembar tembaga dan kuningan berukuran 1x2 meter harganya Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.

Sumanto mengungkap, sempat mengalami kerugian karena kondisi ekonomi yang tidak stabil pada Pilpres 2019.

Bahkan, Sumanto terpaksa harus menjual tanah kapling miliknya untuk menutup kerugian itu.

"Kerugian karena pembengkakan biaya dan waktu. Selain itu, harga bahan baku naik," imbuh dia.

Selesai Pilpres, Sumanto mengaku, kembali menerima banyak pesanan. Pesanan itu meningkat lebih dari 100 persen.

Saat ini, Sumanto sedang menyelesaikan pesanan dari Malaysia.

"Dari Malaysia pesanannya berupa tempat pewangi ruangan tingginya 2,5 meter. Harganya Rp 27 juta," tutur Sumanto.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/25/19255151/kisah-pengrajin-tembaga-dan-kuningan-asal-boyolali-raup-rp-200-juta-per

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke