Salin Artikel

PVMBG Bandung Sebut Tanah Ambles di Nusalaut Bukan karena Gempa

Hasilnya, tim PVMBG mengungkapkan bahwa fenomena tanah ambles yang terjadi di desa tersebut bukan merupakan patahan akibat gempa bumi yang terus mengguncang Maluku dalam sebulan terakhir.

“Kita telah melakukan penelitian di sana selama dua hari dari tanggal 16-17 kemarin, kami melakukan penyelidikan dan inspeksi lapangan, pemotretan udara melalui drone dan GPR, dan kita simpulkan itu bukan patahan akibat gempa,” kata penyelidik Bumi Badan Geologi Bandung, Yohandi Kristiawan kepada Kompas.com via telepon selulernya, Senin (18/11/2019).

Lokasi tanah ambles di Desa Sila berada tepat di lapangan voli yang berada di tengah perkampungan warga. Saat ini, tanah di lokasi tersebut telah turun sedalam 1 meter dari permukaan tanah.

Yohandi menjelaskan, dari hasil penelitian, fenomena tanah ambles itu terjadi hanya di lapangan voli saja dan tidak melebar ke lokasi lain.

Menurut dia, fenomena tersebut terjadi karena bebatuan di desa tersebut, khususnya di lokasi tanah ambles merupakan jenis bebatuan gamping koral sehingga mudah lapuk karena memiliki rongga pada bebatuan.

“Jenis bebatuan di lokasi itu merupakan jenis bebatuan gamping koral, karakteristiknya berongga, jadi lapuk, di bawahnya itu sudah kosong ya, tapi hanya di lokasi itu saja,” katanya.

Dia menerangkan, fenomena tanah ambles telah terjadi sejak tahun 2012 silam saat gempa terjadi di sekitar wilayah tersebut.

Namun saat itu, kondisi lokasi tanah ambles masih sebatas retak. Kemudian pada 4 November lalu, lokasi tanah itu menunjukkan peningkatan aktivitas setelah gempa mengguncang Maluku.

“Tapi sekali lagi itu bukan terkait patahan ya, mengapa bukan patahan, kalau patahan berarti ada jalurnya ke mana-mana dan itu terjadi di seluruh tempat di Nusalaut. Tapi yang terjadi kan tidak, kondisi itu hanya terjadi di lokasi lapangan voli Desa Sila itu saja,” katanya.

Yohandi menambahkan, hasil penelitian nantinya akan diolah kembali di Bandung untuk mendapatkan penjelasan komprehensif.

Sejauh ini, kata dia, dari hasil pemantauan kasat mata, tanah ambles yang terjadi hanya berukuran puluhan meter persegi, atau hanya terjadi di lokasi lapangan voli.

“Saat ini hasil penglihatan kita tanah ambles itu ada puluhan meter persegi saja. Nanti setelah diolah, baru kita akan menentukan jarak aman dari titik lokasi tanah ambles ke permukiman warga itu berapa jaraknya,” katanya.

Fenomena tanah ambles di Desa Sila, Kecamatan Nusalaut, sempat meresahkan warga di wilayah tersebut.

Atas kejadian itu, Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas ESDM kemudian menyurati tim geologi dari Bandung untuk meneliti fenomena tanah ambles yang terjadi di desa tersebut.

”Kami dapat surat dari Dinas Esdm untuk mengkaji fenomena itu, dan kami ingin menggarisbawahi lagi bahwa ini bukan patahan, ya tapi hanya tanah ambles,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/18/16343781/pvmbg-bandung-sebut-tanah-ambles-di-nusalaut-bukan-karena-gempa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke