Salin Artikel

Kisah Keluarga Mat Suri Tinggal di Rumah Berdinding Terpal dan Sarung Bekas

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Sisa-sisa air hujan masih terlihat membasahi lantai rumah Mat Suri (64) yang masih terbuat dari tanah.

Kebetulan, hujan di Desa Tampojung Pregi, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, cukup deras.

Air hujan mudah masuk ke dalam rumah Mat Suri karena dindingnya terbuat dari terpal plastik bekas dan sarung bekas.

Mat Suri, bersama istrinya Sami (33) dan kedua anaknya Ahmad Ropiqi (10) dan Rohematul Aliyah (5), memilih tidak tidur di dalam rumahnya karena hempasan angin membawa air hujan masuk ke dalam rumah.

Mereka memilih tidur di surau kecil di depan rumahnya, karena dindingnya terbuat dari asbes dan aman dari air hujan.

Ketika Kompas.com berkunjung, Selasa (5/11/2019), Mat Suri sedang tidur terlelap di suraunya. Ia sudah tidak bekerja karena kondisinya sudah sakit-sakitan. Sehari-hari, Sami yang mencari nafkah untuk menyambung hidup keluarganya.

Tiga ekor sapi di samping rumah Mat Suri merupakan titipan tetangganya untuk dipelihara. Kelak ketika sapi itu dijual, Mat Suri akan mendapatkan keuntungan.

Sami menceritakan perjalanan hidupnya, yang sehari-hari tinggal di rumah berdinding terpal plastik bekas dan sarung bekas.

Selama 40 tahun lebih Sami membangun rumah tangga dengan Mat Suri. Sami dinikahi Mat Suri ketika masih berusia 11 tahun. Sami sekaligus menjadi istri kedua Mat Suri.

"Waktu saya dinikahi dulu, Mat Suri sudah ubanan. Saya masih duduk di kelas IV SD," kenang Sami saat ditemui di rumahnya.

Setelah kawin, Mat Suri dan Sami tinggal di sebuah gubuk berukuran 4x3 meter di Dusun Ju'ah, Desa Tampojung Pregi.

Di gubuk itu, keluarga ini dianugerahi sepasang anak. Setahun yang lalu, rumah gubuk itu terpaksa dirobohkan. Sebab, dinding-dindingnya sudah lapuk dan dimakamkan rayap.

"Khawatir ambruk, sekalian saya robohkan gubuk itu karena usianya sudah tua dan membahayakan keluarga saya," ujar Mat Suri.

Setelah dirobohkan, Mat Suri tidak langsung membangun kembali rumahnya. Ia justru membangun surau kecil. Kayu dan dindingnya dibantu oleh tetangganya.

Bahkan, pembangunannya juga dibantu tetangganya. Mat Suri baru bisa membangun rumahnya, setelah sapi titipan tetangganya dijual dan mendapatkan keuntungan.

"Saya bisa beli atap asbes, semen dan kawat. Bahan-bahan itu saya buat pondasi dan tiang penyangga rumah. Pembangunannya dibantu tetangga dengan gotong royong tanpa biaya," ungkap Mat Suri.

Setelah rumahnya tegak berdiri bagian atapnya saja, sampai sekarang Mat Suri belum bisa melanjutkan kembali. Dindingnya hanya ditutupi dengan terpal dan kain bekas.  Daun pintunya terbuat dari bambu.

Tempat tidurnya menyatu dengan tanah. Antara alas tidur dengan tanah, hanya dibatasi dengan anyaman bambu.

"Kalau siang kadang tidur di dalam rumah. Tapi kalau malam, kadang di surau kadang di rumah. Termasuk anak-anak," ungkap Sami.

Setelah Mat Suri sakit-sakitan, Sami memilih bekerja serabutan. Apapaun yang diminta oleh tetangganya untuk dikerjakan, asalkan ada upahnya semuanya dikerjakan. Termasuk mencangkul ladang dan memetik daun tembakau.

"Saya tidak pilih-pilih pekerjaan. Yang penting ada upahnya. Kalau tidak begitu, keluarga saya tidak bisa bertahan hidup. Sebab, saya belum pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah," tegasnya.

Beberapa warga yang ikut prihatin dengan kondisi keluarga Mat Suri, membantu kebutuhan sandangnya. Seperti yang dilakukan Sugianto.

"Kalau ada tambahan rezeki, saya bantu beras dan kebutuhan dapurnya. Memprihatinkan sekali kondisi keluarga Mat Suri," ujar Sugianto.

Meskipun istri pertama Mat Suri masih hidup dan belum bercerai, Mat Suri memilih bertahan hidup dengan Sami. Alasannya, Sami sudah teruji kesabarannya meskipun hidup miskin.

"Sami cukup sabar meskipun hidup miskin. Tidak hanya sabar merawat anak-anak, kepada saya yang sudah sakit-sakitan masih sabar bertahan hidup," kata Mat Suri. 

https://regional.kompas.com/read/2019/11/07/05470011/kisah-keluarga-mat-suri-tinggal-di-rumah-berdinding-terpal-dan-sarung-bekas-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke