Salin Artikel

Fenomena Mata Air Panas dan Asin Dimanfaatkan Warga untuk Membuat Gendar

Air panas dan asin tersebut kemudian dimanfaatkan warga untuk membuat makanan gendar.

Salah satunya Periyah. Dia setiap hari mengambil air tersebut untuk dibuat kerupuk gendar.

"Kalau saya gendarnya buat konsumsi sendiri, jadi ambilnya cuma satu jeriken. Kalau tetangga ambil banyak, berarti gendarnya dijual," kata Periyah, Rabu (6/11/2019).

Setelah mengambil air, dia membayar Rp 1.000 sampai Rp 2.000.

Dengan menggunakan air panas dan asin tersebut, menurut Periyah, rasa gendar lebih enak, karena menggunakan bahan alami.

"Proses masaknya sama, tapi bahannya yang beda. Ini airnya kan sudah panas dan asin, jadi rasanya lebih enak bila dibanding masak menggunakan bahan kimia," kata Periyah.

Sukairin, yang merupakan warga setempat tidak mengetahui sejak kapan air panas dan asin tersebut ada.

"Yang pasti sudah sejak zaman nenek moyang. Tapi ya hanya untuk dibuat gendar saja. Karena di sini orang desa, kurang pengalaman mau dibuat apa lagi, ada banyak yang mengambil air setiap hari," kata kakek berusia 82 tahun tersebut.

Beberapa warga pernah mencoba membuat garam, namun gagal sehinggal tidak diteruskan.



Menurut Sukairin, hanya ada beberapa kolam saja yang airnya panas.

"Kalau asin, semua asin. Tapi yang panas hanya beberapa saja dan berpindah-pindah. Kolam itu dulu panas, tapi sekarang tidak," ujar Sukairin sambil menunjuk satu kolam kecil.

Sukairin mengatakan, meski mata air setiap hari mengalir, namun air di dalam kolam tak pernah meluber.

Menurut Sukairin, lahan air panas dan asin tersebut milik pribadi adiknya.

Hal itu dibuktikan dengan pembayaran pajak setiap tahun.

Namun, hingga saat ini keluarga Sukairin tak berniat untuk melakukan renovasi.

"Ya dibiarkan saja seperti ini, karena kan setiap hari airnya diambil buat bikin gendar," kata Sukairin.

Menurut Sukairin, beberapa tahun silam ada warga dari Salatiga yang memintanya untuk menggali tanah di mata air panas dan asin tersebut.

Namun, permintaan itu hingga saat ini tak dilaksanakan karena banyak pertimbangan.

"Kata dia, di bawah mata air itu ada batu yang kalau dijual bisa mahal, tapi penggalian harus sedalam tiga meter," kata Sukairin.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/06/11434341/fenomena-mata-air-panas-dan-asin-dimanfaatkan-warga-untuk-membuat-gendar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke