Salin Artikel

Kisah Valeria Panu Rawat Anak Sulungnya yang Terpasung di Pedalaman Manggarai Timur

Valeria mengaku bahwa anak sulungnya menderita gangguan jiwa.

Bombang, sulung dari lima bersaudara ini mengalami gangguan jiwa pada 2004 lalu, ia mengamuk sekaligus melempari rumah sendiri dan tetangga di kampungnya.

Pada 2004, kondisi Bombang belum begitu parah. Namun, pada 2006, kondisinya semakin di luar kendali, sehingga keluarga bersama warga kampung berinisiatif memasungnya di sebuah tanah kosong yang tak jauh dari rumah orangtua.

"Sejak di pasung 2006 itu, setiap pagi, siang dan malam, saya dengan penuh kesabaran membawa makanan, minum dan keperluan lainnya," kisah Valeria kepada KOMPAS.com, Jumat, (1/11/2019) malam.

Lulus tes seminari

Valeria menceritakan, anak sulungnya pernah mengikuti seleksi masuk Seminari Pius XII Kisol dan dinyatakan lulus. Namun, Bombang tidak bisa bersekolah di sana karena ketiadaan uang untuk membiayai masuk seminari tersebut.

Akhirnya anaknya masuk di sekolah menengah pertama di Manggarai Timur hingga masuk di SMA Katolik Pancasila Borong hingga lulus pada 1997.

Setelah lulus SMA, lagi-lagi keluarga tak memiliki uang untuk membiayai Bombang kuliah. Bombang akhirnya merantau ke Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Anak saya sebagaimana diceritakan guru SD Katolik Gulung tergolong cerdas, hingga lulus tes masuk Seminari Pius XII Kisol. Saya juga dengar bahwa anak saya sempat tes polisi di Mataram dan lulus, namun tidak kanjut hingga Ia kembali ke kampung," kisah Valeria.

Sepulang dari Mataram, Bombang kembali ke kampung halamannya sebelum akhirnya memutuskan merantau di negeri orang, Malaysia.

Titik balik Bombang terjadi ketika ia pulang dari Malaysia. Valerie menyebutkan bahwa anaknya mulai mengalami sakit gangguan jiwa.

Bombang bahkan mendapat perawatan kejiwaan.

Valeria menjelaskan, Bruder Gordi dari Panti Renceng Mose Ruteng sempat memberikan obat selama satu bulan pada 2006.

Kondisi Bombang sempat membaik ketika rutin minum obat. Namun, Bombang kembali "kumat" kala obat yang dikonsumsinya habis.

Valeria mengungkapkan bahwa hingga saat ini belum ada petugas kesehatan yang mengunjung dan memberikan pelayanan kesehatan kepada Bombang.

"Kami keluarga pernah satu kali berobat di orang pintar atau dukun, namun tak kunjung sembuh," jelasnya.

Valeria berharap, pemerintah harus hadir untuk memberikan pelayanan medis bagi anak sulungnya yang sedang di pasung di pondoknya.

Valeria Panu butuh bantuan

Valeria Panu mengaku membutuhkan bantuan untuk membeli obat atau membawa Bombang ke Panti Renceng Mose Ruteng demi membebaskan sang putra sulung dari pasungnya.

"Saya juga setiap saat berdoa agar ada orang yang berbaik hati untuk memulihkan derita anak sulung saya ini agar bebas dari pasung," katanya.

"Ketika anak sulung dipasung, saya sebagai mamanya sangat menderita melihat dan merasakan jeritan sakit yang dialaminya. Kiranya ada yang menolong agar anak saya bebas dari pasung dan pulih dari gangguan jiwanya," sambung Valeria.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/03/15263681/kisah-valeria-panu-rawat-anak-sulungnya-yang-terpasung-di-pedalaman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke