Salin Artikel

Kekeringan di Trenggalek Meluas, 60 Desa Kesulitan Air Bersih

Pada musim kemarau tahun ini, sebanyak 60 desa terdampak kekeringan.

Semakin hari, dampak kekeringan yang melanda di wilayah Trenggalek cenderung semakin meluas.

Pada awal Oktober, tercatat sekitar 50 desa yang terdampak. Sedangkan untuk awal November diketahui ada 60 desa di sejumlah kecamatan di Trenggalek yang mengalami kesulitan air bersih.

"Angka ini meningkat pesat, dari 54 desa di tahun 2018 kini menjadi 60 desa yang terdampak," ujar Istri bupati Trenggalek Novita Hardini di lokasi distribusi air bersih.

Sebagian besar wilayah yang mengalami kekeringan hingga kekurangan air bersih adalah desa yang berada di ketinggian, dan menjadi langganan setiap musim kemarau.

Misalnya, Desa Mlinjon di Kecamatan Suruh, Desa Timahan di Kecamatan Kampak, Desa Cakul di Kecamatan Dongko, serta desa lain yang lokasinya di wilayah pegunungan.

Untuk kekeringan tahun ini kebutuhan air bersih meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Sebab, kekurangan air bersih juga dirasakan di sejumlah wilayah di sekitar kota.

Berbagai upaya untuk mencukupi kebutuhan air bersih sudah dilaksanakan oleh pemerintah serta berbagai komunitas dan organisasi.

Seperti kegiatan distribusi air bersih yang dilaksanakan di wilayah Kecamatan Gandusari, Trenggalek.

Meski berada di sekitar perkotaan, warga masih kesulitan mendapatkan air bersih. Warga wilayah ini mengandalkan pengiriman air bersih.

Tidak jarang, warga Gandusari patungan untuk membeli air bersih seharga Rp 600.000 hingga Rp 700.000 per tangki.

Harga tersebut dinilai sangat mahal oleh sebagian besar masyarakat. 

“Saya harap bantuan air bersih terus ada secara rutin. Kalau beli, harganya jauh dari jangkauan kita,” ujar Siti (42), warga Desa Wonoanti yang ikut antri mendapatkan air bersih.

Sebanyak 46.000 liter air bersih yang terdiri dari satu tangki ukuran 24.000 liter, 18.000 liter dalam dua tangki, serta satu tangki ukuran 6.000 liter habis kurang dari  satu Jam.

Warga yang datang sebagian besar membawa wadah semampunya seperti jerigen besar, dan ember plastik.

Sebagian warga juga ada yang membawa tandon air ukuran besar dan selanjutnya kembali didistribusikan ke wilayah yang sulit dijangkau. 

Pendistribusian air bersih tersebut terpusat di tanah lapang yang berada di Desa Wonoanti.

Oleh warga, di tanah lapang tersebut disediakan sejumlah tandon air ukuran besar untuk menampung bantuan air bersih dari berbagai instansi maupun swasta.

Novita mengimbau kepada warga untuk sementara agar bijak dalam menggunakan air bersih.

Disarankan, dalam satu hari dan setiap jiwa menggunakan air bersih sebanyak 15 liter. Sebab, untuk saat ini masih banyak warga yang membutuhkan air.

Bagi warga yang wilayahnya menjadi langganan kesulitan air bersih, mulai sekarang disarankan agar mendeposit air untuk persiapan musim kemarau ke depan.

Dangan cara menampung air hujan yang diberi treatment penyaringan yang baik, sehingga apabila memasuki kekeringan bisa sedikit membantu mencukupi kebutuhan air bersih.

“Air itu kita simpan seperti menampung air hujan dan menyaringnya, sehingga bisa difungsikan menjadi air siap pakai periode ke depan. Cara menghemat lainnya dengan cara menggunakan air sesuai dengan kebutuhan standar kebutuhan air yakni 15 liter per jiwa dalam sehari," ujar Novita di hadapan warga yang tengah mengantri air bersih.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/01/22123131/kekeringan-di-trenggalek-meluas-60-desa-kesulitan-air-bersih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke