Salin Artikel

Satu Keluarga Tewas Ditabrak Truk Saat Swafoto: Tidak Sebanding dengan Harga Nyawa

Ia memboncengkan istrinya, Santiah (35), dan dua anaknya, yakni Dini Pratiwi serta Dino Framdan (8).

Juberi adalah warga Desa Tanjung Man, Kecamatan Kota Bumi Selatan, Kabupaten Lampung Utara.

Saat melintas di Tanjakan Tarahan, Jalinsum Km 21, Desa Tarahan, Lampung Selatan, Juberi dan keluarga berhenti di pinggir jalan.

Mereka berencana selfie dengan latar belakang laut.

Saat mereka berhenti, seorang warga yang bernama Asmawan mengingatkan Juberi dan keluarga agar tidak berhenti di pinggir jalan lantaran berbahaya.

Setelah itu, Asmawan langsung meninggalkan lokasi tersebut.

Setelah beberapa menit Asmawan mengingatkan Juberi, tidak disangka sebuah truk dengan nomor polisi BE 9037 NE melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Bakauheni ke Bandar Lampung.

Saat melewati turunan tajam, sopir truk, yakni Fiki Ariyanto, tak bisa menguasai laju kendaran.

Truk yang bermuatan bahan makanan tersebut menabrak Juberi dan keluarga serta satu motor Honda Beat yang dikendarai Jaidin (38).

Truk tersebut kemudian terbalik hingga masuk ke jalur berlawanan.

Juberi dan keluarga tewas, sementara sopir dan kenek truk luka-luka. Korban terluka langsung dibawa ke Rumah Sakit Bob Bazzar untuk mendapatkan perawatan.

Adapun pengendara motor Honda Beat selamat.

Kasat Lantas Polres Lampung Selatan AKP M Kasyfi membenarkan informasi bahwa satu keluarga yang tewas tersebut sedang selfie di pinggir jalan turunan Tarahan.

Tiga anggota keluarga tewas di lokasi dan satu anggota keluarga tewas saat perjalanan ke rumah sakit.

“Pengendara motor Beat selamat dan tidak mengalami luka, sedangkan pengendara motor N MAX tiga orang meninggal di tempat dan satu meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Bob Bazzar, Lampung Selatan," kata Kasyfi.

Diduga rem truk blong sehingga sopir tidak bisa mengendalikan laju kendaraan.

Misalnya saja mengambil foto di rel sebelum kereta datang.

Dilansir dari Kompas.com, kematian alibat selfie di area transportasi menyebabkan 51 jiwa melayang dengan 28 kejadian.

Sementara lokasi pertama yang paling berbahaya dan mematikan untuk melakukan selfie adalah yang berkaitan dengan air.

Menurut studi, setidaknya ada 70 kejadian selfie yang berujung maut karena sebab ini dalam kurun waktu enam tahun terakhir.

Secara berurutan, berdasarkan jumlah korban, penyebab selfie maut terbanyak adalah tenggelam, kecelakaan transportasi, jatuh dari ketinggian, kebakaran, sengatan listrik, senjata api, dan binatang.

Sementara sebanyak tiga perempat korban adalah laki-laki meski studi lain menunjukkan bahwa lebih banyak wanita yang gemar melakukan selfie.

"Kematian akibat selfie telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar," kata ketua penelitian, Agam Bansa, sebagaimana KompasTekno rangkum dari Science Alert, Jumat (5/10/2018).

Berswafoto memang mudah. Namun, menurut Bansal, kebanyakan kasus diakibatkan kurangnya kewaspadaan orang-orang yang sering kali nekad mengambil gambar yang sempurna tanpa memperhitungkan risiko kehilangan nyawa.

"Jika Anda sekadar berdiri, mengambil foto dengan selebriti atau sesuatu, tentu tidak berbahaya. Tapi jika selfie dilakukan dengan tindakan berisiko, itulah yang menyebabkan selfie menjadi berbahaya," kata Bansal.

"Saya pikir itu tidak sebanding dengan harga nyawa," katanya.

Bansal memprediksi bahwa masih banyak kasus kematian akibat selfie yang tidak terdokumentasi karena tidak dilaporkan.

Ia mengatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan jumlah kasus ini ke depannya adalah dengan memasang larangan selfie di area-area tertentu, seperti badan air, puncak gunung dan puncak gedung pencakar langit.

SUMBER: KOMPAS.com (Tri Purna Jaya, Wahyunanda Kusuma Pertiwi | Editor: Sandro Gatra, Oik Yusuf)

https://regional.kompas.com/read/2019/10/28/06060041/satu-keluarga-tewas-ditabrak-truk-saat-swafoto-tidak-sebanding-dengan-harga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke