Salin Artikel

Fakta Ibis Sendok Raja, Burung yang Muncul di Pos Jokowi Setelah "Hilang" 155 Tahun

Hanom melihat burung tersebut saat mencari burung kuntul cina (Egretta eulophotes) di Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo,

Dengan menggunakan teropongnya, Hanom Bashari berusaha mengenali burung yang dalam jurnal disebut dilihat terakhir pada 155 tahun lalu.

Kehadiran burung ibis sendok raja ini di Danau Limboto ini mengejutkan pera penggiat lingkungan Perkumpulan BIOTA.

Menurut Hanom pemantauana burung tersbeut, merupakan catatan pertama kali kehadiran jenis ini di Danau Limboto yang kritis ini.

Berikut fakta burung ibis sendok raja:

Namun salah satu jurnal yang membahas tentang burung ibis sendok raja adalalah jurnal yang ada pada tahun 1907.

Catatan jurnal tersebut saat ini berada di Museum Leiden, Belanda.

Dalam jurnal itu dijelaskan ada tengkorak ibis sendok raja yang sudah tidak sempurna, yang dikirim dari Sulawesi oleh Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg, seorang naturalis yang pernah mengunjungi Gorontalo tahun 1865.

Tahun sebelumnya ia mengunjungi Negeri Minahasa.

“Dikatakan penemuan ibis sendok raja ini didapat di persawahan Langowan, Minahasa. Itu sudah lama sekali, 155 tahun lalu, ” kata Hanom Bashari.

Hanom Bashari berusaha mencari informasi kehadiran ibis sendok raja di Pulau Sulawesi pascalaporan Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg tersebut. Namun ia belum menemukan.

“Tidak ada lagi catatan kehadiran ibis sendok raja di Sulawesi setelah itu,” kata Hanom Bashari.

Saat itu ia melihat sekumpulan burung sedang mencari makan jelang senja di Pos Jokowi di Danau Limboto.

Pos Jokowi adalah bangunan sedergana yang pernah digunakan Presiden Jokowi melihat proyek revitalisasi Danau Limboto, yang disebut sebagai salah satu dari 15 danau yang kritis di Indonesia.

“Awalnya kami mencari kuntul cina (Egretta eulophotes) di Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo. Menjelang magrib kami menemukan sekelompok burung yang sedang mencari makan di genangan air berlumpur halus, ada burung mirip kuntul dengan bulu putih yang agak lain warnanya, ini tidak biasa,” kata Hanom Bashari.

Menurutnya, cara burung tersebut mencari makan berbeda dengan kuntul besar atau kuntul kecil.

Cara mencari makan burung ini mirip bebek atau burung ibis rokoroko yang mencelupkan paruhnya ke dalam air dan menggerakkan-gerakkan sambil berjalan.

Burung-burung ini berkumpul dalam genangan air dengan beberapa gundukan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di sampingnya.

“Ternyata paruhnya panjang besar mirip paruh bebek, ini yang mengagetkan kami,” ujar Hanom Bashari, Senin (21/10/2019).

Ada 2 gambar yang mirip dengan burung yang ditemukannya ini yakni ibis sendok kecil atau Black-faced spoonbill (Platalea minor) dan Royal Spoonbill (Platalea regia).

Kedua jenis ini sangat mirip. Perbedaannya hanya warna gelap di wajahnya.

Burung Black-faced spoonbill memiliki bulu putih di dahinya. Namun sepintas dua burung tersebut terlihat mirip.

“Kami berharap dari 3 individu ini merupakan 2 jenis, ibis sendok raja atau Royal Spoonbill dan ibis sendok kecil atau Black-faced spoonbill. Ternyata hanya jenis pertama,” kata Hanom Bashari.

Hal tersebut, menurut Hanom adalah fenomena yang aneh. Apalagi selama ini, burung ibis sendok raja tidak pernah dicatat kemunculannya di Gorontalo.

“Di Danau Limboto baru saja dikunjungi banyak burung migran yang berasal dari belahan utara bumi, seperti cerek kernyut (Pluvialis fulva), cerek pasir besar (Charadrius leschenaultia), berkik ekor lidi, biru laut ekor blorok atau lainnya. Kok tiba-tiba di hadapan kami muncul ibis sendok raja yang berasal dari Australia yang belum masuk musim dingin. Ini fenomena menarik,” kata Debby Hariyanti Mano, Direktur Perkumpulan BIOTA.

Tidak hanya karena penampilan fisiknya yang aneh, burung tersebut berparuh panjang seperti platypus, mamalia khas benua Australia.

“Selama ini kami tahu bentuk paruh burung itu yang seperti biasanya meskipun beda ukuranya, namun yang ini terlihat seperti makhluk purba, tiba-tiba ada di Danau Limboto,” kata Indra Dunggio, seorang fotografer Gorontalo yang melihat hasil dokumentasi kehadiran ibis sendok raja ini.

Danau Limboto merupakan danau endapan yang kaya substrat.

Diperkirakan awalnya danau ini memiliki luas yang terbentang dari lembah Paguyaman di Kabupaten Boalemo hingga di kaki Gunung Tilong Kabila, Kabupaten Bone Bolango sekarang ini.

Gerak lempeng bumi yang terus mengangkat dasar laut Gorontalo membuat danau ini semakin mengecil.

Namun faktor yang paling menentukan adalah pasokan sedimen yang mengalir sepanjnag tahun ke danau ini.

Danau Limboto menjadi muara bagi 23 sungai dan anak sungai yang sepanjang tahun membawa lumpur.

Dari danau berlumpur inilah hewan invertebrata, ikan, serangga dan lainnya berlimpah dan menjadi santapan lezat burung-burung air.

Nelson Pomalingo selama ini dikenal peduli dengan pelestarian danau.

Ia bahkan membuat lembaga Pusat Informasi Danau (PID) di Kabupaten Gorontalo dan membentuk Forum Danau Limboto.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Penelitian pembangunan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo, Budiyanto Sidiki mengaku tak segan turun ke danau ini untuk menghalangi sekelompok pemburu saat mengetahui kemunculan 3 ekor ibis sendok raja ini.

“Jangan sampai mereka menghabisi burung unik ini. Kami harus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati ini,” kata Budiyanto.

Dari catatan Hanom, dari 94 jenis burung di Danau Limboto, 41 di antaranya adalah jenis pendatang.

SUMBER: KOMPAS.com (Kontributor Gorontalo, Rosyid A Azhar | Editor: Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2019/10/23/06360061/fakta-ibis-sendok-raja-burung-yang-muncul-di-pos-jokowi-setelah-hilang-155

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke