Salin Artikel

Cerita di Balik Penutupan Lokalisasi Sunan Kuning, Berdiri Sejak 53 Tahun dengan Omzet 1 Miliar Per Malam

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan kawasan Sunan Kuning akan menjadi kampung tematik karena terdapat makam tokoh penyebar Agama Islam, yakni Sun An Ing.

"Nanti pada tahun 2020 sampai 2021 kita fokuskan pada optimalisasi Kampung Religi Sunan Kuning, karena di atas itu kan ada makam salah satu tokoh penyebar agama Islam Sun An Ing. Nanti kita akan percantik dengan kehadiran kampung tematik religi untuk mensupport kegiatan pariwisata," kata Hendi.

Laki-laki yang akrab dipanggil Wandi mengungkapkan, sebelum ada rencana penutupan lokalisasi, omzet di kawasan tersebut mencapai Rp 1 miliar per malam.

"Sebelum ada rencana penutupan lokalisasi omzet bisa mencapai Rp 1 miliar semalam. Sejak itu imbasnya jadi menurun drastis. Bahkan sampai pernah sehari enggak ada pemasukan. Sampai ada tukang cuci yang cerita ke saya sambil nangis-nangis karena penghasilannya berkurang," kata Wandi kepada Kompas.com, Minggu (13/10/2019).

Wandi menyebut saat ini ada 448 lebih wanita pekerja seksual (WPS) yang bekerja di lokalisasi di Semarang bagian barat.

Sementara itu Pemkot Semarang masih mengizinkan rumah karaoke di kawasan itu beroperasi mulai 22 OKtober 2019.

Dengan catatan, para pemilik karaoke harus mengurusi periizinan selambat-lambatnya satu tahun setelah tempat karaoke beroperasi kembali.

"Selama satu tahun beroperasi jangan ada prostitusi di lingkungan tempat karaoke. Kalau itu dilanggar kami akan tutup, tapi kalau bisa tetap berjalan tanpa ada prostitusi dan mengurus perizinan maka saya rasa karaoke-karaoke itu bisa menjadi karaoke syariah yang mendukung pariwisata di tempat ini," ujar Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Sunan Kuning, Jumat (18/10/2019).

"Pendapatanya kecil tidak apa, karena mulai dari nol yang penting halal. Tapi kalau dikerjakan dengan tulus ikhlas, kerja keras Insya Allah akan menjadi besar," jelas Hendi.

Delapan hari sebelum penutupan, tepatnya Kamis (10/10/2019), 448 wanita pekerja sesksual berkumpul di aula Resosialisasi Argorejo, Semarang.

Mereka menunggu pemberian tali asih yang dijanjikan Pemerintah Kota Semarang.

Tali asih diberikan sebagai bekal mereka akan dipulangkan ke kampung halaman karena lokalisasi Sunan Kuning akan ditutup pada 18 Oktober.

Ketua Pengelola Lokalisasi Sunan Kuning Suwandi menjelaskan dari dana tali asih yang dijanjikan sebesar Rp 10,5 juta, hingga hari itu pihaknya hanya mendapat kepastian pencairan sebesar Rp 5 juta. Itu pun belum diproses.

"Ternyata dari kesepakatan awal, kebijakan pemerintah untuk memberikan tali asih ini tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika di awal sudah sepakat memberi Rp 10,5 juta per anak asuh, hari ini saya dapat kabar kalau yang cair baru Rp 5 juta," ujar dia.

Uang sebesar Rp 5 juta akan dicairkan oleh Dinsos Kota Semarang, sedangkan sisanya dari Dinsos Jateng sebesar Rp 5,5 juta.

"Pascapenutupan, kami akan melakukan upaya penjagaan ketat di Sunan Kuning. Kami siapkan dua posko di setiap pintu masuk. Akan kami awasi dibantu oleh Polres, Kodim, Kesbangpol dan kecamatan. Mulai nanti malam kami akan cek di setiap wisma karaoke kalau masih ada yang mangkal akan kami suruh pulang," jelas Fajar, Jumat (18/10/20190.

Lokalisasi yang berdiri sejak 1966 itu kini resmi ditutup.

Tercatat ada 448 wanita pekerja seks (WPS) mendapatkan uang tali asih dari Pemkot Semarang sebesar Rp 5 juta sebagai bekal kepulangan.

Saat ini, telah terpasang papan pengumuman bertuliskan "Wilayah Argorejo (SK) Kawasan Bebas Prostitusi" di sejumlah titik pintu masuk.

Di papan tersebut juga tercantum Perda Nomor 5 tahun 2017 tentang ketertiban umum.

SUMBER: KOMPAS.com (Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor : Khairina, Davis Oliver Purba, Aprillia Ika)

https://regional.kompas.com/read/2019/10/19/05350011/cerita-di-balik-penutupan-lokalisasi-sunan-kuning-berdiri-sejak-53-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke