Salin Artikel

Perkenalkan Letda Pnb Anisa, Pilot Hercules Wanita Pertama di Indonesia

Dia telah lulus dari Sekolah Penerbang (Sekbang) TNI Angkatan Udara dan sedang bersiap menjadi co-pilot di Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang.

Anisa bakal menciptakan sejarah baru di Indonesia. Prajurit wanita kelahiran Sleman, 13 Oktober 1994 sebentar lagi akan menjadi wanita pertama yang menjadi pilot pesawat Hercules, sebuah jenis pesawat angkut kelas berat di lingkungan TNI.

Karir Anisa di TNI AU dimulai saat dirinya masuk taruni Akademi Angkatan Udara (AAU) pada tahun 2013 dan lulus pada tahun 2017.

Kemudian dia melanjutkan pendidikan ke Sekoah Penerbang atau Sekbang. Saat itu, Anisa mulai akrab dengan dunia penerbangan.

Saat ini, dia berstatus sebagai siswa transisi untuk menjadi co-pilot Hercules C-130 B/H di Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh.

Anisa harus terbang sebanyak 23 kali atau selama 40 jam selama menjadi siswa transisi tersebut. Saat ini, dia sudah terbang sebanyak 12 kali menggunakan pesawat dengan empat mesin itu.

“Saya tidak menyangka juga, saya juga tidak pernah terpikirkan menjadi wanita pertama penerbang hercules. Bangga tapi ada beban moril juga saya dibilang menjadi wanita pertama penerbang Hercules,” katanya saat diwawancara di Skadron Udara 34 Lanud Abdulrachman Saleh, Kamis (10/10/2019).

Sebelumnya fobia ketinggian

Anisa mengaku tidak pernah menyangka bakal menjadi seorang penerbang, apalagi dengan pesawat Hercules.

Sebab, sebelum dia masuk menjadi taruna AAU, dia tidak pernah naik pesawat. Anisa bahkan memiliki fobia ketinggian.

Anisa baru pertama kali naik pesawat saat latihan terjun payung di Bandung. Sebagai siswa taruna AAU, dia harus loncat dari ketinggian 1.500 meter.

“Saya terasa pingsan di empat pertama (empat detik setelah loncat dari pesawat). Kemudian setelah payung mengembang, jadi enak,” katanya.

Fobia yang dimilikinya belum hilang. Anisa harus dibuat kaku saat terbang dengan pesawat latih saat aptitude test untuk menjadi siswa Sekolah Penerbang pada tahun 2017.

“Pertama kali terbang itu semua badan saya kaku, di atas (di dalam pesawat) diajak manuver, bolak balik kayak pesawat tempur gitu lah. Untuk melihat seberapa kuat mental saya,” katanya.

“Saya merasakan takut. Karena sebelumnya saya mempunyai fobia ketinggian. Tapi dari atasan mempercayai saya untuk mengawaki pesawat militer TNI AU, akhinya saya lawan rasa takut itu," katanya.

"Merubah mindset saya, fobia saya lawan. Jadi tentara itu bisa karena terpaksa, bisa karena terbiasa, bisa karena perintah.” 

Dituntut cekatan saat terbangkan Hercules

Setelah 18 bulan menempuh pendidikan di Sekolah Penerbang, Anisa akhirnya ditempatkan di Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh dengan pesawat Hercules.

Diberi kepercayaan untuk membawa Hercules, Anisa akhirnya harus belajar mengenali karakteristik pesawat angkut kelas berat itu sebelumnya akhirnya terbang bersamanya.

“Pertama terbang dengan Hercules pasti ada rasa dekdekan. Pesawatnya besar sekali. Kan ini saya sedang peralihan dari pakai pesawat satu engine, terus hercules ini empat engine. Kan makin banyak engine ini makin berat. Saya pertama kali terbang, badan terasa sakit semua,” katanya.

Anisa mengatakan, handling pesawar Hercules sangat berat karena memiliki empat mesin.

Kedua tangan harus memegang kendali secara bersamaan.

Karena itu, dibutuhkan tenaga yang kuat untuk menjalankan pesawat itu.

“Soalnya harus menggunakan satu tangan untuk control pesawat, satu tangan untuk power. Dua-duanya itu berat semua. Jadi semua badan kita itu bekerja gitu. Saya turun dari pesawat itu, besoknya kayak habis olahraga berat,” katanya.

Sempat dilarang orangtua

Orangtua Anisa sempat khawatir saat dirinya masuk Sekolah Penerbang.

Apalagi, orangtua Anisa termasuk orang yang takut menggunakan transportasi udara. Alasannya adalah takut jatuh.

“Orangtua saya itu pernah bilang, kamu kalau pergi ke mana-mana itu jangan pakai pesawat, pakai darat saja. Takut jatuh orangtua saya,” katanya.

Namun, orangtua Anisa akhirnya menyadari keinginan Anisa yang ingin menjadi penerbang. Orangtua Anisa lantas mendukung karir yang sedang ditempuh anaknya.

“Ibu saya bilang ya sudah saya ridhoi. Ibu sekarang tidak larang kamu jadi penerbang, ibu ridhoi kamu jadi penerbang,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/10/17490281/perkenalkan-letda-pnb-anisa-pilot-hercules-wanita-pertama-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke