Salin Artikel

Cerita Pengungsi Kerusuhan Wamena: Hasan Bersembunyi di Plafon, Maria Keguguran karena Lari

Para warga yang berada di tengah-tengah kerusuhan hanya bisa menyelamatkan diri meski tempat tinggal beserta isinya sudah hangus terbakar. 

Namun Hasan Basri (38), salah satu warga yang mengungsi, tetap berharap bisa kembali ke Wamena. Hasan mengatakan sudah nyaman bekerja sebagai sopir angkot di Kabupaten Wamena. 

"Saya tetap ingin kembali ke Wamena," kata Hasan saat ditemui di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Rabu (9/10/2019).

Hasan mengaku baru beberapa bulan tinggal di sekitar kompleks Olala, Kabupaten Wamena.

Tinggal di sebuah indekos, Hasan mengaku menyaksikan langsung bagaimana rumah-rumah warga dibakar massa.

Saat itu, Hasan bersembunyi di sebuah plafon kamar kosnya. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa aksi massa pada tanggal 23 September itu mendatangkan malapetaka bagi warga sekitar. 

"Semua barang dan uang saya juga terbakar. Begitupun dengan mobil angkot. Dari puluhan mobil angkot di tempat saya bekerja, hanya tinggal 3 yang utuh," ucap Hasan. 

Hasan sempat berputus asa ketika ia mengungsi di beberapa tempat di Papua.

Ia sempat mengungsi di Jayapura sesaat setelah mengungsi di sebuah daerah gersang yang membuat dirinya bersama rekan-rekannya kehausan. 

Namun Hasan berharap ia bisa kembali ke Wamena setelah kondisi Wamena benar-benar pulih. 

"Saya juga berharap rumah-rumah yang terbakar dibangun kembali," tuturnya. 

Sementara itu, kisah pilu dialami Maria, seorang pengungsi asal Wamena asal Semarang yang mengalami keguguran saat kerusuhan berlangsung. 

Maria yang sempat transit di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, mengatakan bahwa ia keguguran setelah berlari menyelamatkan diri pada hari kedua kerusuhan. Saat itu, Maria tengah hamil 5 bulan. 

"Saya bersama suami hendak bekerja (jual ayam) jam 8 pagi. Tapi waktu itu sudah kerusuhan jadi lari," kata Maria. 

Saat di pengungsian, Maria mengalami pendarahan hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

Maria bersama keluarganya berada satu minggu di lokasi pengungsian di Jayapura sebelum kembali ke kampung halamannya di Semarang, Jawa Tengah. 

"Sekarang sudah mendingan tapi kata dokter tidak boleh capek-capek lagi," tutur Maria. 

Maria mengaku trauma dan tidak ingin kembali ke Wamena. Ia mengatakan baru tinggal selama dua minggu di daerah tersebut sebelum kerusuhan terjadi. 

"Tidak (kembali ke Wamena). Takut sudah, kan tidak pernah lihat kayak gitu sebelumnya," ucap Maria.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/09/20433211/cerita-pengungsi-kerusuhan-wamena-hasan-bersembunyi-di-plafon-maria

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke