Salin Artikel

Kisah Relawan Lewati Bukit di Pedalaman NTT Demi Tolong Penderita Gangguan Jiwa yang Dipasung

Penderita gangguan jiwa yang dipasung di pondok-pondok di belakang rumah maupun di bawah pohon sangat memprihatinkan kondisinya.

Mereka memiliki kuku kaki yang panjang dan tak terawat. Benar-benar memprihatinkan dan menusuk nurani kemanusiaan saat Gerry melihat langsung keadaan mereka.

Topografi di wilayah Kabupaten Manggarai Barat yang berada di pedalaman sangat sulit dijangkau.

Namun, meski medan berat dengan jalan raya yang masih bebatuan, tidak menyurutkan niat Gerry untuk membantu para ODGJ.

Dengan sepeda motornya, Gerry menempuh perjalanan jauh, siang dan malam untuk mengunjungi penderita gangguan jiwa yang sudah belasan tahun dipasung maupun yang berkeliaran di jalan raya.

“Saya tertarik karena saya melihat terlalu banyak saudara-saudari kita yang menderita gangguan jiwa di pedalaman Manggarai Barat khususnya. Tak ada satu orangpun yang peduli atau yang memperhatikan mereka, baik itu dari pemerintah maupun warga sekitarnya,” ujarnya kepada Kompas.com, Minggu, (15/9/2019).

Gerry menjelaskan, dia bergabung dalam kelompok ini sejak juli 2017. Setelah itu Gerry mencoba mendata pasien di kampungnya dan memberikan informasi kepada Ketua Kelompok KKI ODGJ, Pater Avent Saur.

Sesudah informasi diterima, pihak KKI mengirimkan obat khusus bagi penderitaan gangguan jiwa dan hasilnya, kini kondisi mereka sudah pulih.

Gerry kemudian mencoba menolong para penderita gangguan jiwa yang terpasung di Kampung Waemata, Desa Liang sola, Kecamatan Lembor.


Kini kondisi mereka juga sudah pulih dan sudah bebas dari pasungan.

Gerry mengatakan, dia bekerja tanpa diupah. Da bekerja dengan niatan amal demi menolong sesama manusia yang mengalami gangguan jiwa.

"Mereka dipasung karena sakit, untuk itu kita wajib menyembuhkan dan memulihkan jiwa mereka dari sakit itu. Berkat informasi dari Pater Avent bahwa penderita gangguan jiwa bisa pulih dan sembuh lewat pengobatan medis dengan minum obat secara rutin. Tidak ada cara lain di luar pengobatan medis,” jelasnya.

Kemudian pada 31 agustus 2018, Gerry mendata penderita gangguan jiwa di kampung Tando, Kec Lembor.

Kini, kondisi mereka sudah pulih dan sekarang sudah bekerja di Makassar, Sulawesi Selatan.

Pada November 2018, Gerry menceritakan salah satu perjalannya yang terbilang cukup berat.

Diketahui kampung ini berada jauh di atas bukit. Selain itu jalanannya masih bebatuan. Namun, Gerry tetap kekeh pada niatnya.

Saat tiba, Gerry menemui seorang anak yang tidak mengenakan baju. Bocah ini bernama Ran. 

Ternyata Ran tinggal bersama dengan anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa.

Setelah diberikan obat, kondisi anggota keluarga Ran kian membaik. 

Gerry menjelaskan, hasil pendataan penderitaan gangguan jiwa yang terpasung dan berkeliaran di lima kecamatan yang tersebar di kampung-kampung terpencil sebanyak 73 orang, dari 2017 lalu hingga September 2019.

Ada 15 penderita gangguan jiwa yang mulai membaik. Selain itu, ada empat orang yang terlepas dari pasungan 


Selain memberikan obat, Gerry membantu memandikan mereka di pondok serta memangkas rambut yang panjang.

Gerry mengaku tak pernah merasa takut berhadapan dengan penderita gangguan jiwa.

"Saya mengganggap mereka manusia seperti saya. Mereka mengalami seperti itu karena sakit. Jadi sebagaimana manusia yang sehat saling melayani sesama manusia yang mengalami penderitaan.

Gerry menjelaskan, selama melayani penderitaan gangguang jiwa, tidak pernah ada gangguan dari mereka. Begitu juga dengan keluarga yang menerima dengan baik pelayanan kemanusiaan ini.

Pemulihan dengan minum obat

Gerry menjelaskan, tiga tahun pelayanan kemanusiaan ini mulai dengan mendata serta memberikan obat yang didistribusikan oleh Pater Avent Saur, SVD.

Obat-obat itu atas rekomendasikan dari dokter untuk diberikan kepada penderitaan gangguan jiwa.

“Beberapa bulan lalu, saya mendampingi Ketua KKI Peduli ODGJ Ende, Pater Avent Saur, SVD bersama dengan relawan dari Pulau Flores yang mengunjungi penderitaan gangguan jiwa yang terpasung di Kecamatan Welak. Saat itu kami mengunjungi dari kampung ke kampung selama lima hari sambil memberikan pengetahuan kepada keluarga agar memberikan perhatian bagi penderitaan gangguan jiwa,” jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/16/11511011/kisah-relawan-lewati-bukit-di-pedalaman-ntt-demi-tolong-penderita-gangguan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke