Salin Artikel

Teknik Airbrush Hadirkan Pesona 4 Warna Dalam Kain Karawo Gorontalo

Ini adalah pertama kalinya desain karawo yang menggabungkan 3 teknik dipamerkan oleh Mursidah Waty, peneliti dari Jurusan Desain dan Seni Rupa Universitas Negeri Gorontalo.

Pameran digelar selama 3 hari, pada 2-4 September 2019.

Kain sulam yang dipamerkan tidak seperti sulaman karawo pada umumnya.

Biasanya, kain sulam dimulai dengan mencabut serat kain secara vertikal dan horizontal yang membentuk pola strimin dan disulam di antara pola-pola tersebut.

Pada kain yang dipamerkan ini, pembuatannya dimulai dengan teknik karawo, airbrush dan batik.

Pengerjaan karawo dimulai dengan membentuk motif sebagaimana proses pembuatan sulaman karawo yang rumit.

Setelah itu, 2 teknik lainnya, airbrush dan batik yang menggunakan canting dilakukan pada kain putih.

Dua teknik terakhir ini lebih menampilan warna yang diinginkan.

Penggunaan airbrush biasanya diterapkan pada bidang keras seperti badan mobil atau motor yang lazim ditemukan.

Namun, pada penggunaan teknik ini justru diterapkan pada kain yang lunak.

Dari pewarnaan airbrush ini lah, peneliti ingin menonjolkan warna adat Gorontalo yang disebut tilabataila, merah, kuning, hijau dan ungu.

“Kami memulai dengan kain putih, semua berawal dari ini,” kata Mursidah Waty, peneliti inovasi karawo batik, Selasa (3/8/2019).

Inovasi karawo batik ini memberi suguhan baru dunia kriya Gorontalo.

Penggunaan teknik ini menghasilkan warna-warna yang unik sesuai dengan keinginan pembuatnya.

”Hasil pewarnaan menyerupai teknik tie dye yang menghasilkan perpaduan warna yang indah hasil gradasi yang ditimbulkan oleh tekanan udara pada mata spoit. Setiap motif  didesain dan eksplor sesuai karakter motif serta bahan yang untuk menghasilkan produk yang bernilai seni,” papar Mursidah Waty.

Proses yang diatawarkan Mursidah Waty ini bersifat eksklusif, karena tidak ada karya yang sama pada setiap produk.

Pada teknik ini, yang kemungkinan terjadi kesamaan terletak pada nuansa permainan warna yang dihasilkan oleh keterikatan 4 warna kebesaran adat Gorontalo.

Mengusung warna adat ini menempatkan kearifan lokal sebagai nilai yang kaya makna.

Makna 4  warna adat ini yaitu, kuning melambangkan kemakmuran, hijau bermakna kesuburan, merah berarti keberanian dan ungu dianggap sebagai lambang keagungan.

Pesona karawo ini terpancar dari proses pembuatannya yang bersifat handmade master piece.

Motif-motif lokal Gorontalo seperti burung maleo, jagung, benteng Otanaha, modulangga (kehidupan bernelayan di danau Limboto) mempertegas nilai-nilai kultural Gorontalo.

Sementara itu, kurator dan akademisi Universitas Negeri Gorontalo I Wayan Seriyoga Parta mengatakan, pameran ini mengemban tugas untuk mengantarkan karya sebagai hasil cipta, rasa dan karya seniman dengan rasa lokal kepada masyarakat.

“Karya Mursidah Waty ini merupakan upaya mengembangkan eksplorasi seni karawo memasuki kreasi yang melintasi batas-batas konvensi melalui penggabungan 3 teknik, karawo, airbrush dan batik,” kata I Wayan Seriyoga Parta.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/03/11315931/teknik-airbrush-hadirkan-pesona-4-warna-dalam-kain-karawo-gorontalo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke