Salin Artikel

Kawasan Kayutangan, Sensasi Kehidupan Masa Lalu di Kota Malang

Jalan yang biasanya dipadati lalu lintas kendaraan, malam itu penuh dengan masyarakat yang tengah bernostalgia dengan kehidupan masa lalu.

Satu ruas jalan Jenderal Basuki Rachmat ditutup.

Satu ruas lainnya tetap dibiarkan terbuka.

Di jalan itu sedang berlangsung Oeklam-Oeklam Heritage nang Kajoetangan, sebuah event yang mengangkat kawasan Kayutangan sebagai pusat warisan budaya, karena masih banyak menyimpan bangunan kuno.

Sementara itu, musik keroncong mengalun merdu dari kelompok musisi yang berdendang tepat di depan gedung tua di ujung utara ruas jalan yang dipenuhi warga.

Mereka memakai kebaya khas awal abad ke-20, sehingga membuat yang menyaksikan larut dalam suasana kehidupan masa lalu.

Tidak jauh dari alunan musik itu terdapat etalase penjual makanan dan minuman yang terbuat dari anyaman bambu dan atap janur.

WR Supratman dikenang sebagai pengarang lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Selain memenuhi jalan sepanjang sekitar 200 meter itu, sebagian pengunjung juga masuk ke dalam kampung.

Di sana masih banyak bangunan kuno yang keasliannya masih terjaga.

Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, Kayutangan akan menjadi pelengkap sektor wisata di Malang.

Menurut dia, sektor wisata di Malang akan terus meningkat. Apalagi sudah ada rencana membangun Kawasan Ekonomi Khusus di daerah Singosari, Kabupaten Malang.

Bandara Abdulrachman Saleh yang ada di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, juga diproyeksi menjadi bandara internasional untuk membuka penerbangan dari luar negeri langsung menuju ke Malang.

“Tagline kami Malang untuk dunia, karena wisata di Malang sudah mendunia,” kata Sutiaji.

Sutiaji sudah menyusun berbagai rencana untuk membangun Kayutangan sebagai tujuan wisata heritage.

Salah satunya adalah dengan merubah Jalan Jenderal Basuki Rachmat yang melintas di kawasan itu menjadi satu arah.

Trotoar di kawasan Kayutangan juga akan dibuat lebih luas.

“Mulai tahun 2020 jalan ini harus satu arah. Ini nanti kita geser mediannya. Trotoarnya kita lebarkan,” ungkap Sutiaji.

Selain menyimpan banyak bangunan kuno yang masih asli, warga di kawasan Kayutangan juga mendukung terbangunnya wisata heritage.

Hal itu menjadi salah satu pertimbangan kawasan Kayutangan dipilih sebagai pusat warisan budaya.

“Bangunan-bangunan mendukung, Pokdarwisnya mendukung, kalau kita masuk ke arah kampung sudah luar biasa,” kata Sutiaji.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/31/09353501/kawasan-kayutangan-sensasi-kehidupan-masa-lalu-di-kota-malang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke