Salin Artikel

Fakta Sertu Anumerta Rikson, Tidak Dibekali Senjata hingga Gugur Saat Pertahankan Kendaraan TNI

Aksi yang digelar pukul 09.00 waktu setempat, terkait tindakan rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu.

Demo tersebut berakhir dengan kericuhan yang mengakibatkan meninggalnya personel TNI yang bernama Serda Rikson.

Sementara lima anggota lainnya mengalami luka akibat terkena anak panah dan dilarikan ke Rumah Sakit Enarotali.

Selain aparat, terdapat dua terdapat dua warga sipil yang meninggal akibat kejadian itu.

Satu warga meninggal di RS Enarotali akibatke luka tembak di bagian kaki. Sementara satu warga lainnya meninggal akibat terkena anak panah di bagian perut di halaman Kantor Bupati Deiyai.

Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, Serda Rikson dilukai oleh kelompok penyerang.

"Ada rekan kami satu anggota TNI yang gugur. Dia sedang menjaga kendaraan, menjaga senjata yang disimpan dalam kendaraan, kemudian dilukai, dibacok dengan panah, gugur," ujar Tito.

Kelompok penyerang tersebut berhasil merebut senjata di dalam kendaraan yang dijaga Serda Rikson.

Kapolda Papua Irjen Pol Rudolph A. Rodja mengatakan massa merampas sekitar 10 pucuk senpi sambil melakukan penembakan ke arah petugas TNI dan Polri yang sedang melakukan pengamanan unjuk rasa yang awalnya berjalan damai.

Jenazah Serda Rikson dievakuasi ke Nabire melalui jalan darat beberapa saat kemudian.

Jenazah diterbangkan menggunakan pesawat pada Kamis pagi tadi dari Jayapura dan tiba sekitar pukul 18.30 WIB di Palembang. Jenazah tiba disambut dengan upacara militer.

Rikson bertugas di Papua sejak dua bulan lalu bersama 85 anggota Kodam II Sriwijaya.

Kasdam II Sriwijaya Brigjen Syafrial mengatakan Rikson dikirim ke Papua dalam rangka penugasan sebagai Satgas Teritorial untuk memperkuat seluruh Kodim yang ada di wilayah timur.

"Penugasan korban satu tahun. Setelah itu baru akan dikembalikan ke Kodam masing-masing," kata Syafrial.

Ia mengatakan, 85 prajurit yang dikirim itu di tempatkan di tiga wilayah, yakni Kodam 16 Patimura yang membawahi wilayah Maluku, Ambon, dan Maluku Utara. Termasuk Kodam 17 Cendrawasih Papua dan Kodam 18 Papua Barat.

Rikson ditempatkan di Kodam 17 Cendrawasih bersama tiga anggota dari Kavaleri 5 kota Prabumulih.

Pada Rabu (28/9/2019), Rikson ditugaskan untuk mengawal demo dan tidak bersenjata karena menggunakan pendekatan persuasif kepada massa pendemo.

"Seluruh prajurit Kodam II Sriwijaya yang dikirim tidak dibekali senjata saat berangkat. Kita belum tahu apakah kodam wilayah sana membekali atau tidak (senjata)," ujarnya.

Syafrijal mengaku tidak mengetahui pemilik 10 pucuk senjata api yang direbut oleh kelompok massa aksi tersebut.

"Kita di sana persuasif tidak bersenjata. Tapi pendemo sangat berutal, mereka menggunakan panah dan parang serta senjata tradisional menyerang korban," kata Syafrial.

Endang Susilawati, istri dari Sertu Rikson Edi Chandra tampak terpukul.

Dengan erat, ia mendekap foto suaminya Sertu Rikson Edi Chandra sembari air matanya terus mengucur membasahi pipinya, Kamis (29/8/2019).

Jenazah Sertu Rikson akan dimakaman Jumat (30/8/2019) pagi di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa Prabumulih.

SUMBER: KOMPAS.com (Devina Halim, Dhias Suwandi, Aji YK Putra)

https://regional.kompas.com/read/2019/08/30/08160091/fakta-sertu-anumerta-rikson-tidak-dibekali-senjata-hingga-gugur-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke