Salin Artikel

Kantin Salman ITB, Saksi Sejarah Orang-orang Berpengaruh di Indonesia

Saat itu, pada 1960, mahasiswa menjalankan shalat Jumat di Aula ITB.

Hingga 1964, sebelum Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jendral AH Nasution memberikan ceramah, para mahasiswa ITB menggelar deklarasi untuk membangun Masjid.

Dilansir dari situs resmi ITB, www.itb.ac.id, rencana pembangunan ini mendapatkan dukungan berbagai pihak.

Akhirnya, Masjid Salman berdiri dan digunakan pertama kali untuk shalat Jumat pada Mei 1972.

Nama Salman sendiri berasal dari Presiden Soekarno yang merupakan alumnus ITB.

Dua tahun berselang, atau pada 1974, Kantin Salman didirikan di samping Masjid, untuk menunjang kebutuhan mahasiswa maupun umat Muslim pada umumnya.

Kantin tersebut didirikan Aminah Iskandar dan dikelola oleh Ahmad Rusdi. Setelah keduanya tutup usia, pengelola kantin digantikan Aris Munandar.

Dari dulu hingga sekarang, nyaris tak ada yang berubah dari Kantin Salman.

Saat dikunjungi Kompas.com pada Agustus 2019, kantin ini menyajikan puluhan makanan rumahan dengan konsep prasmanan atau mengambil sendiri makanan yang disediakan.

Salah satu keunggulan dari kantin ini, selain rasanya mirip dengan makanan di rumah, harganya sangat terjangkau alias murah.

Bahkan pada 2019, masih ada makanan yang dijual dengan harga Rp 1.000.

Ada satu hal lagi yang tak pernah berubah dari kantin ini. Selain tempat makan, kantin kerap dijadikan tempat diskusi hingga rapat non formal.

Hal ini seiring dengan lahir dan tumbuhnya berbagai organisasi di ITB maupun Masjid Salman ITB.

Organisasi yang menjadi wadah diskusi, dakwah, menciptakan generasi yang kritis.

Itu sebabnya, tak mengherankan jika tempat ini melahirkan banyak tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia seperti Presiden ketiga RI BJ Habibie, Mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Aburizal Bakrie dan Mantan Menteri Perhubungan, Hatta Radjasa.

Ada juga musisi Purwacaraka hingga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Hingga kini, para tokoh tersebut menyimpan kenangan tersendiri pada Salman ITB.

Kini, setelah 45 tahun berlalu, Kantin Salman ITB masih tetap berdiri kokoh. Kantin ini menjadi tempat makan sekaligus diskusi berbagai hal.

“Kadang, kami berdiskusi dan rapat (kecil-kecilan) juga di sini,” tutur mahasiswa ITB, Rizki Herlambang.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/22/07000021/kantin-salman-itb-saksi-sejarah-orang-orang-berpengaruh-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke