Salin Artikel

Curhat Petani Kelapa Flores yang Merasa Baru Merdeka pada HUT RI ke-74

Sebelumnya, selama puluhan tahun petani kelapa di Maumere terbelenggu harga rendah yang diberikan oleh tengkulah untuk komoditas kelapa mentahnya. 

Hal itu disampaikan oleh Mikael John Abo, salah seorang petani kelapa Maumere. Dia mengatakan sangat senang dengan dibentuknya Koperasi Kredit (Kopdit) Pintu Air Maumere, tepat pada 17 Agustus 2019 atau pada HUT RI ke-74. 

Menurut dia, dia dan semua petani kelapa merasa bersyukur dan merdeka ketika komoditi kelapa dibeli dengan harga layak. 

"Selama ini harga kelapa selalu rendah. Bahkan hari ini harganya Rp 4.000 per kilogram. Ini yang membuat kami para petani terbelenggu," katanya ke sejumlah awak media, Sabtu (17/8/2019).

"Selama ini, sesungguhnya kami belum merdeka. Kami dijajah para tengkulak. Tetapi, itu terpaksa kami lakukan demi menyambung hidup keluarga. Kami bersyukur, mulai hari ini petani kelapa sudah merdeka." 

Mikael merasa merdeka sebab komoditi kelapanya jika diolah jadi minyak kelapa mentah dihargai Rp 12.000 per kilogram di Kopdit Pintu Air. "Kami merasa jerih payah petani dihargai," ungkapnya. 

Sementara itu, Ketua Kopdit Primer Nasional Pintu Air Maumere Yakobus Jano mengungkapkan, HUT ke-74 RI merupakan momen memerdekaan petani dari belenggu keterjajahan harga beli komoditi kelapa yang rendah selama puluhan tahun sebelumnya. 

"Peristiwa hari ini adalah mengenang kembali mengenang HUT ke-74 RI. Hari ini adalah momen pertama kita merdeka. Merdeka dalam arti memerdekan nelayan, tani, ternak, dan buruh," ungkap Yakobus Jano saat menggelar konferensi pers usai upacara bendera HUT RI, Sabtu (17/8/2019).

Dorong produk unggulan minyak goreng kelapa Flores

Ia mengatakan, khusus di HUT RI ke-74 tahun 2019, Kopdit Pintu Air membeli minyak kelapa langsung dari para petani yang ada di Maumere.

Hal itu dilakukan, karena selama ini para petani kelapa terbelenggu dengan harga-harga yang tidak memihak mereka.

Ia melanjutkan, harga kelapa yang merosot tentu sangat merendahkan martabat para petani kelapa. Dan para petani sudah lama terkungkung dalam penderitaan itu. 

"Setiap minggu ribuan buah kelapa dikirim ke luar Flores. Semuanya dibeli dari petani dengan harga yang tidak rendah. Sama sekali menyengsarakan para petani," kata Yakobus. 

Berdasarkan kondisi itu, Kopdit Primer Nasional Pintu Air mengembangkan sektor riil pada pengolahan dan produksi buah kelapa.

Kopdit Pintu Air akan menjadikan minyak goreng kelapa sebagai produk lokal yang unggul  dan berdaya saing di NTT. 

"Masyarakat petani kelapa akan kami berdayakan kembali dengan melakukan pengolahan buah kelapa menjadi minyak kelapa mentah atau crude coconut oil," kata Yakobus. 

Minyak kelapa mentah dari warga tersebut selanjutnya akan dibeli dan diolah kembali oleh manajemen Kopdit Pintu Air menjadi minyak kelapa bermutu tinggi.

"Setelah itu didistribusikan kembali sebagai sumber kebutuhan minyak goreng di tengah masyarakat di Sikka dan Flores umumnya," pungkas Yakobus.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/19/08065391/curhat-petani-kelapa-flores-yang-merasa-baru-merdeka-pada-hut-ri-ke-74

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke