Salin Artikel

5 Kisah Anggota Paskibraka, Diganti Anak Pejabat hingga 18 Hari Menghilang

Koko pun merasa terpukul karena dirinya sebetulnya sudah mengukur baju seragam yang hendak digunakan saat upacara 17 Agustus nanti.

Sementara itu, kisah seorang anak tukang bakso di Bantul, DIY, yang terpilih menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Istana Negara, menarik untuk disimak.

Berikut ini sederet kisah para siswa calon pengibar bendera:

Koko mengaku sedih dan kecewa. Pasalnya, dia sudah mengikuti beberapa tahapan untuk bisa mengibarkan bendera merah putih pada perayaan kemerdekaan RI pada 17 Agustus nanti di Kabupaten Labuhan Batu.

Bahkan dia sudah melewati tes fisik dan Lomba Ketangkasan Baris Berbaris (LKBB). Dalam pengumuman pun namanya pun tertera di urutan nomor 29.

Dari situ kemudian dia ikut dalam pengukuran baju dan sepatu. Namun saat pengumuman untuk karantina, namanya sudah tidak ada lagi.

"Saat itu saya tidak tahu siapa yang menggantikan saya, sekarang saya sudah tahu siapa," katanya dalam video yang diunggah pada Selasa (13/8/2019).

Wajah Sumiasih, warga Kampung Juron RT 19 Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, terlihat sumringah.

Pasalnya, anaknya, Muhammad Ma'ruf (17), terpilih menjadi salah satu anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ( Paskibraka) untuk upacara HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara Jakarta pada 17 Agustus 2019.

"Tidak menyangka. Remen sanget to. Mboten saget diutarake (sangat bahagia, tidak bisa disampaikan dengan kata-kata)," ucap Sumiasih kepada wartawan, Selasa (13/8/2019).

Sebagai penjual bakso, Sumiasih bersyukur anak lelakinya yang lahir 8 April 2002 ini bisa terpilih di antara ribuan orang yang mengikuti seleksi.

Seorang siswa di SMA Negeri 1 Ngunut, Tulungagung, Jatim, Dhea Lukita Andriana (16), terpilih sebagai anggota Paskibraka tingkat nasional di Jakarta.

Dhea adalah anak seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Tulungagung. Dia berhasil menyisihkan ratusan calon anggota Paskibraka lain dari seluruh Jawa Timur dan berharap tergabung dalam pasukan delapan.

“Ditempatkan di pasukan mana saja saya siap. Tapi harapan saya semoga bisa bergabung di pasukan delapan,” terang Dhea, Rabu (24/7/2019).

Siswi yang masih duduk di bangku kelas dua SMA Negeri 1 Ngunut Kabupaten Tulungagung ini sebelumnya tidak mengira bahwa dirinya akan terpilih menjadi anggota Paskibraka di Istana Negara.

Wisko Pralistra, remaja 15 tahun asal pegunungan Mamasa, Sulawesi Barat, dinyatakan lolos seleksi menjadi salah satu anggota Paskibraka pada Upacara HUT ke-74 RI di Istana Negara, pada 17 Agustus 2019 mendatang.

Seperti diketahui, Wisko merupakan anak pertama dari pasangan Widyawati (34) dan Juniawan (38).

Wisko lahir di Mamasa, Sulawesi Barat, pada 3 September 2003. Ibunya sehari-harinya bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Sosial Pemkab Mamasa.

Sementara ayahnya, Juniawan, berprofesi sebagai sopir truk. Sebelum diberangkatkan ke jakarta, Wisko dilepas secara simbolis oleh Pemkab Mamasa.

“Senang dan bangga. Setelah latihan keras selama lebih dari satu bulan, saya akhirnya terpilih mewakili Sulawesi Barat,” kata Wisko.

Pasangan suami istri Budi Priyanto dan Kiftiah terus berusaha mencari putri keduanya, Audri Viranti Islanda (16).

Audri yang merupakan calon pasukan pengibar bendera (Paskibra) tingkat kecamatan tiba-tiba saja menghilang sejak 29 Juli 2019 lalu.

Saat itu, Audri sempat pamit pergi belajar kelompok di wilayah Kecamatan Klapanunggal, Bogor, Jawa Barat.

Paman Audri, Ahmad Farhan, menceritakan, setelah pamit, Audri beranjak pergi menggunakan sepeda motor ke depan komplek perumahan Coco Garden Cluster Modesta ditemani sang ibu.

Setelah sampai di depan pintu keluar, Audri lantas menunggu angkutan umum yang biasa dinaikinya.

Selang beberapa menit angkot tak kunjung datang hingga akhirnya Audri meminta orangtuanya untuk pulang ke rumah karena kondisi cuaca panas.

"Ma, pulang saja enggak papa, Audri di sini saja. Akhirnya mamanya meninggalkan Audri tanpa firasat buruk karena sudah dianggap aman. Apalagi itu kondisi ramai di depan komplek," ungkapnya kepada Kompas.com lewat sambungan telepon, Rabu (14/8/2019).

Namun, hingga malam harinya, Audri pun tak kunjung pulang.

Sumber: KOMPAS.com (Afdhalul Ikhsan, Junaedi, Slamet Widodo, Markus Yuwono)

https://regional.kompas.com/read/2019/08/15/15500071/5-kisah-anggota-paskibraka-diganti-anak-pejabat-hingga-18-hari-menghilang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke