Salin Artikel

Cerita Abah Landoeng, Kayuh Sepeda 7 Bulan ke Tanah Suci untuk Berhaji

Saat itu, tahun 2002. Usianya menginjak 75 tahun. Meski tidak muda, ia bertekad untuk ke Tanah Suci menggunakan sepeda Federalnya.

“Sebenarnya niat awal untuk membantu bencana alam di Sumatera, tapi ada niat besar juga untuk berhaji,” ujar Abah Landoeng kepada Kompas.com di Bandung, Selasa (13/8/2019).

Dengan membawa uang Rp 1,2 juta, paspor, beberapa pakaian, dan makanan, ia melajukan sepeda dari Bandung.

Ia kemudian menyusuri Jakarta lalu masuk Palembang. Ia kemudian mengecek kondisi Sumatera. Kondisi daerah tersebut masih baik-baik saja. Banjir yang merendam Palembang hanya banjir kecil biasa.

Dari sana, keinginan untuk berhaji semakin kuat. Dengan mengucap bismallah, ia melanjutkan perjalanan.

Ia masuk Batam untuk menyeberang ke Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Pakistan, menyeberangi Laut Merah, hingga akhirnya sampai di Arab Saudi pada 2003.

“Di perjalanan, kalau capek, saya istirahat di masjid. Tidur juga sering di masjid,” ungkapnya.

Sesampai di Mekkah, ia merasakan kebahagiaan luar biasa. Ia tidak menyangka bisa sampai ke Tanah Suci setelah tujuh bulan perjalanan.

Di Tanah Suci, selain melaksanakan rangkaian ibadah haji, ia juga berkeliling Mekah dengan sepeda. Ia mendapat banyak bantuan dari orang-orang yang bertemu dengannya.

Dari kamar hotel mewah hingga makanan, bahkan tiket pesawat untuk pulang ke Indonesia dan taksi Jakarta-Bandung, ditanggung donatur.

“Tentu banyak cerita yang menyenangkan, ada juga kesedihan. Tapi banyak menyenangkan,” ungkapnya.

Jadi relawan tsunami Aceh 2004

Setahun kemudian, tepatnya tahun 2004, tsunami menerjang Aceh. Tanpa pikir panjang, Abah Landoeng mengayuh sepeda untuk pergi ke lokasi bencana.

Di Aceh, ia membantu proses trauma healing. Salah satunya dengan kemampuan dalam pijat tradisional.

Selain Aceh, ia pun kerap menjadi relawan di daerah bencana. Ia ingin mengabdikan hidup untuk kehidupan sosial lewat kemampuannya.

Jika masa mudanya ia dedikasikan untuk dunia pendidikan, di masa tua Abah Landoeng mengabdikan hidup di lokasi-lokasi bencana.

Ketika ditanya alasan dia kerap berbagi meski tidak dibayar, ia menjawab, dirinya orang yang sederhana dan tidak punya.

Karena itu, ia ingin berbagi melalui kemampuan yang ia miliki, dari mengajar hingga relawan bencana.

Jadi panitia Konferensi Asia Afrika 1955

Tak hanya itu, Abah Landoeng pun tercatat sebagai panitia Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955. Saat itu ia bertugas menyediakan kendaraan untuk para delegasi.

Ia tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan kendaraan dari orang kaya yang ada di Bandung.

Sebab, sifat berbagi yang dimilikinya ini membuat ia mengenal orang dari berbagai kalangan dari kelas bawah hingga atas.

Bahkan, kini ia masih saling berkunjung dengan mantan Gubernur Jabar Solihin GP.

“Angkatan Abah dah pada ga ada. Tinggal saya dan Mang Ihin (Solihin GP),” ujarnya. 

https://regional.kompas.com/read/2019/08/14/11061571/cerita-abah-landoeng-kayuh-sepeda-7-bulan-ke-tanah-suci-untuk-berhaji

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke