Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Prada DP Menangis di Sidang Mutilasi Kekasihnya | MUI Ambil Alih Buku DN Aidit

Pengadilan yang digelar pada Kamis (1/8/2019) menghadirkan 7 saksi antara lain pelatih terdakwa Prada DP, rekan, serta kakak kandung Fera.

Berita tentang Prada DP menjadi perhatian banyak pembaca.

Sementara di Surabaya, Sekretaris MUI Provinsi Jawa Timur Muhammad Yunus mengatakan bahwa sejumlah buku bertemakan komunisme yang disita dari tangan pegiat literasi sekarang berada di tangan MUI Probolinggo.

Buku tersebut saat ini masih dikaji setelah mendapat desakan sejumlah kelompok yang kontra dengan isi buku tersebut.

Berikut 5 berita popoler nusantara:

Para saksi tersebut merupakan pelatih terdakwa Prada DP, rekan, serta kakak kandung Fera.

Saat Putra yang merupakan kakak kandung Fera dihadirkan dan memberikan keterangan, Prada DP yang mengenakan seragam lengkap langsung menangis tersedu-sedu.

Letkol CHK Khazim sebagai hakim ketua sempat berulang kali mengingatkan Prada DP untuk tidak menangis di ruang sidang.

"Terdakwa kuat, sanggup mengikuti sidang?" tanya hakim.

"Siap sanggup yang mulia," jawab Prada DP.

"Anda tentara, apa yang dirasakan harus kuat. Bawa sapu tangan?" ujar hakim.

"Siap, bawa yang mulia," ungkapnya.

 

“Konteksnya begini, ditanya berapa biaya operasional? Nah kalau biaya operasional segitu,” ujar Risma saat diwawancarai di Menara Kompas, Jakarta, Rabu (31/7/2019).

Menurut Risma, Bestari dari Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD DKI Jakarta, menanyakan, apakah anggaran di Surabaya itu termasuk biaya tipping fee, atau biaya kepada pengelola.

“Karena kami enggak punya uang, kontrak dengan investor (kontraktor) itu 20 tahun. Nah, setiap tahun, kami membayar sesuai dengan jumlah sampah yang masuk ke TPA,” kata Risma.

Saat ditanya mengenai polemik yang muncul, Risma memastikan bahwa ucapan maupun reaksinya saat pembahasan itu sama sekali tidak berniat untuk menyindir atau menyinggung siapapun.

Risma bahkan menolak disebut dirinya berinisiatif memberi masukan atau saran kepada Pemprov DKI Jakarta.

Menurut Risma, konteks ucapannya pada saat itu adalah menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bestari dan kawan-kawan.

“Saya ditanya waktu itu. Untuk apa juga aku nyindir-nyindir, untuk apa sih? Aku juga enggak kepingin kok,” kata Risma.

Setelah dirinci, jumlah tersebut merupakan total transaksi selama 3 hari.

Sebagai barang bukti pembelian, pengemudi GrabFood memanfaatkan struk palsu yang ditemukan berserakan di bekas warung itu.

Dalam struk itu tertera nilai pembelian yang seragam, yakni Rp 125.000.

Riski menduga, ada pihak tertentu yang sengaja menyediakan struk palsu itu.

"Hari Selasa saya datang ke warung, di sana banyak pengemudi Grab. Struk ini berserakan," katanya.

Dirinya menduga order fiktif tersebut dilakukan oleh oknum pengemudi Grab.

Sementara itu, pihak kepolisian meminta Riski untuk membuat surat pengajuan telah menjadi korban order fiktif ke Grab.

Namun, buku itu tidak langsung dikembalikan ke komunitas Vespa Literasi.

Hasil mediasi dengan Polsek Kraksaan, buku-buku itu harus diserahkan ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Probolinggo.

Sekretaris MUI Provinsi Jawa Timur Muhammad Yunus membenarkan bahwa sejumlah buku-buku tersebut kini berada di tangan MUI Probolinggo.

"Buku-buku itu ada di tangan kami sementara. Kami, MUI, ingin mengkaji isi dari buku-buku yang ramai jadi bahasan publik," kata Yunus dikonfirmasi, Rabu (31/7/2019).

ia menegaskan bahwa pengambilalihan buku-buku tersebut bukan bagian dari perampasan atau penyitaan. Dalam kasus ini, ia menyebut, MUI Probolinggo hanya bertindak sebagai penengah atau juru damai.

 

Fakta tersebut terungkap berdasarkan tuntutan yang dibacakan oleh Oditur Mayor D Butar Butar di Pengadilan Militer I-04 Palembang, Kamis (1/8/2019).

Dalam dakwaan, Prada DP yang telah membunuh Fera dengan cara dicekik kebingungan untuk menghilangkan jejak atas aksi kejahatannya tersebut.

Ia lalu keluar kamar penginapan dan melihat satu gergaji yang berada di dalam gudang dan digunakan untuk memotong tubuh Fera.

"Namun saat terdakwa mencoba memutilasi korban, gergaji itu patah," kata Mayor D Butar Butar.

Setelah gergaji patah, Prada DP kembali keluar kamar dan membawa sepeda motor milik korban menuju ke pasar.

Di sana, ia membeli buah serta gergaji dan tas untuk dibawa kembali ke penginapan.

"Saat di penginapan, terdakwa kembali melakukan mutilasi. Namun, gergaji itu kembali patah,"ungkap Oditur.

 

Sumber: KOMPAS.com (Aji YK Putra, Michael Hangga Wismabrata, Ghinan Salman, Abba Gabrillin)

 

https://regional.kompas.com/read/2019/08/02/06260061/populer-nusantara-prada-dp-menangis-di-sidang-mutilasi-kekasihnya-mui-ambil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke