Salin Artikel

Cerita Fitri, Terima Tangan Palsu dari Gubernur Khofifah

Gubernur memberikannya secara langsung dengan datang ke rumah Fitri, nama panggilan gadis yang kesehariannya di asuh oleh neneknya itu, Minggu (21/7/2019).

Fitri sendiri mendapatkan bantuan berupa dua prostesis atau organ palsu yang menyerupai aslinya menyusul kondisi kedua tangan, yakni mulai jari-jari hingga telapak tangan yang tidak normal.

Ketidak normalan itu bukan karena bawaan lahir melainkan akibat dari kebiasaan Fitri yang kerap menggigiti jari dan tangannya sendiri hingga nyaris habis. Bahkan jari-jarinya itu kini hanya tersisa 3 saja.

Penyebabnya karena Fitri mengalami suatu kondisi kejiwaan khusus, yakni mengidap skizofrenia.

Atas penyakit ini pula dia sempat mendapatkan perawatan kejiwaan di beberapa tempat. Terakhir adalah perawatan beberapa bulan di rumah sakit jiwa milik pemerintah di Surabaya.

Sepulang perawatan karena sudah membaik fisik maupun psikisnya itulah dia kemudian mendapatkan bantuan tangan palsu dari gubernur.

"Saya senang sekali (dengan tangan palsunya), terima kasih," ujar Fitri, menyahut obrolan Kompas.com dengan Mujirah, nenek yang mengasuhnya, di rumahnya, Senin (22/7/2019).

Pembawaan Fitri memang nampak normal. Dia mampu berkomunikasi dengan lancar, bahkan juga sesekali turut membantu neneknya menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Mujirah (65) mengungkapkan, gangguan kejiwaan yang dialami cucunya itu tidak terjadi setiap waktu. Menurutnya, hanya terjadi saat sedang kambuh saja dan periode kambuhnya tidak menentu.

"Ini membaik karena habis pulang dari perawatan rumah sakit di Surabaya," terang Mujirah, yang juga didampingi Mujiatin (45), anak perempuannya.

Bantuan tangan palsu itu menurut Mujirah sangat membuat Fitri senang. Saking senangnya, tangan yang baru didapatnya sehari itu didekapnya saat tidur.

Hanya saja Fitri belum betah berlama-lama mengenakannya. Selain karena belum terbiasa, juga merasakan tangan berkeringat saat mengenakannya.

"Jadi, dipakainya kalau mau pergi saja," kata Mujirah.

Awal mula depresi

Sejak masih balita, Fitri sudah ditinggalkan oleh ke dua orangtuanya yang berpisah karena perceraian.

Itu yang membuat dia kemudian diasuh Mujirah dan tinggal berdua di rumah sederhananya di Desa Ngadi.

Dengan sekuat tenaga Mujirah berupaya membesarkan cucunya itu. Beberapa anggota keluarga lainnya juga membantu.

Mujirah bekerja serabutan mulai jual bunga keperluan nyekar makam hingga jual tahu goreng.

Pada awal-awalnya kedua orangtuanya itu masih menjalin komunikasi, namun akhirnya putus total hingga saat ini.

Kondisi itulah yang menurut Mujirah cukup mempengaruhi pikiran Fitri.

"Dia sangat haus kasih sayang dari orangtuanya," ujar Mujirah dengan Bahasa Jawa.

Kondisi kejiwaan Fitri sendiri semakin lama semakin memburuk.

Apalagi jika kambuh, perilakunya yang tidak terkendali kerap merepotkan Mujirah, juga keluarga lainnya yang tinggal tidak jauh dari rumah.

Mulai dari membenturkan kepalanya maupun badannya ke tembok maupun bergulung-gulung di tanah.

"Sempat juga masuk sumur. Akhirnya sumur saya tutup," ujar Mujiatin.

Atas tingkah Fitri saat kambuh itu, keluarga sempat mengurungnya di kamar berpintu besi agar tidak sampai mengganggu orang lain.

Kondisi paling parah adalah beberapa tahun belakangan, yaitu saat Fitri mulai menggigiti jari tangannya. Akibat gigitan itu membuat jari-jarinya hingga hampir habis.

Apalagi, saat luka-luka pada jarinya itu banyak terdapat belatung, sehingga ceritanya kemudian viral dan banyak menyedot perhatian.

Pengobatan yang dijalani

Kepala Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Mojo yang merangkap sebagai Plt Kepala UPTD Puskesmas Ngadi dr Rindang Farihah Idana mengatakan, sedari awal pihaknya sudah memberikan perhatian terhadap kondisi Fitri itu.

Selain pengobatan di puskesmas, menurut Rindang, Fitri pada tahun 2014 yang lalu juga sudah pernah dirujuk ke rumah sakit jiwa yang ada di Lawang.

Lalu pada tahun 2018, saat mulai ada luka pada jarinya, juga sempat dibantar ke rumah sakit daerah di Kediri untuk penanganan lebih lanjut.

Selepas dari rumah sakit daerah itu, rencananya akan segera dibantar kembali ke RS Jiwa yang ada di Lawang. Sebab, syarat pembantaran adalah tidak adanya sakit fisik yang menyertainya.

Namun, saat itu Mujirah berkeberatan atas rencana amputasi terhadap jari Fitri, lalu memintanya pulang paksa. Padahal, luka itu jika tidak dilakukan operasi tidak akan membaik.

"Akhirnya kami merawat hanya dengan obat yang ada di puskesmas," ujar dr Rindang.

Hingga kemudian cerita Fitri yang menggigiti jarinya sendiri viral lalu pemerintah provinsi turun tangan langsung menanganinya.

Dia menjalani pengobatan di rumah sakit milik pemerintah yang ada di Surabaya. Perawatan tersebut berlangsung beberapa bulan.

Saat itu penangannya langsung dilakukan oleh dua institusi, yaitu dinas kesehatan provinsi dan dinas sosial provinsi atas perintah langsung dari gubernur.

Setelah sembuh

Kini, Fitri sudah kembali pulang ke rumahnya. Kondisinya juga sudah jauh membaik dibanding sebelumnya. Namun, tetap membutuhkan perhatian lanjutan.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, sepulang dari penanganan medis itu tentu masih membutuhkan tahapan-tahapan lainnya, terutama dukungan dari lingkungan sekitarnya agar Fitri semakin membaik.

"Dukungan dari keluarga dan lingkungan adalah psychosocial therapy yang baik," ujar Khofifah, seusai memberikan bantuan tangan palsu kepada Fitri.

Terhadap penanganan lanjutan itu, pihak Puskesmas Ngadi menyatakan, akan senantiasa melakukan pendampingan kesehatan Fitri.

"Jika ada gejala kekambuhan sebelum waktu kontrol, segera hubungi petugas kesehatan agar cepat mendapat penanganan yang lebih baik," ujar dokter Rindang.

Selain dari dinas kesehatan, pemantauan dan pendampingan terhadap Fitri itu juga dilakukan oleh para relawan yang tergabung dalam pekerja sosial masyarakat (PSM) bentukan Kementerian Sosial.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/23/10261851/cerita-fitri-terima-tangan-palsu-dari-gubernur-khofifah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke