Salin Artikel

Acara Floating Party Joget dan Minum Bir di Atas Danau Toba Menuai Kontroversi, Ini Kata Penyelenggara

MEDAN, KOMPAS.com - Volcano Floating Party sebagai paket wisata di atas Danau Toba kini menuai kontroversi lantaran menampilkan gambaran turis asing berpesta di atas sebuah kapal di Danau Toba. 

Di satu sisi, ramainya Danau toba oleh turis asing memperlihatkan keberhasilan pemerintah mempromosikan Danau Tiba sebagai destinasi wisata unggulan.

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyejajarkan danau ini dengan destinasi wisata unggulan lain seperti Mandalika, Labuan Bajo dan Borobudur. 

Terkait pro kontra penyelenggaraan party atau pesta di atas kapal di Danau Toba, Kompas.com meminta pendapat sejumlah warga Medan untuk mendudukkan perspektif pariwisata danau vulkanis tersebut.

Melanggar nilai sakral

Salah satu warga Medan yang bernama Sony mengatakan, ia melihat pemberitaan mengenai Volcano Floating Party di sejumlah media.

Sebagai mahasiswa perguruan tinggi swasta di Medan, ia menilai pesta pora di atas danau purba itu tidaklah etis lantaran danau tersebut memiliki nilai sakral tersendiri. Apalagi pesta pora di atas kapal tersebut dilakukan dengan meminum minuman keras. 

"Istilahnya, apakah pantas kegiatan seperti itu dilakukan di atas danau yang orang banyak juga tahu itu sakral. Mistisnya juga ada. Saya rasa itu tidak perlu ada," ujar pria yang mengaku lahir di Balige ini, Kamis (18/7/2019)

Warga lain Patar Hutagalung mengatakan,  ada baiknya jika kegiatan-kegiatan positif lebih banyak dilakukan saat memasarkan wisata danau ini. Misal, daripada musik-musik DJ yang ditampilkan, akan lebih indah jika menampilkan sajian kesenian daerah. 

"Kan bule-bule pasti lebih suka musik tradisional daripada musik DJ ketika mereka di daerah yang kental dengan nuansa adat dan budayanya," katanya. 

Positif

Sementara Ojak Manalu, Direktur Rumah Karya Indonesia mengatakan, apa yang dilakukan di Volcano Floating Party tidak ada yang salah.

Pertama, orang yang ingin tidak ada hal-hal yang berlebihan dilakukan di atas kapal. Dia bercerita jika temannya pernah ikut dalam event tersebut dan tidak menemukan hal berlebihan. 

Menurutnya, justru yang dilakukan di situ dapat menjadi daya tarik lain pariwisata Danau Toba. Untuk menarik lebih banyak orang, apalagi dari turis asing, menurutnya diperlukan banyak menu yang menarik.

"Itu kan yang buat orang-orang situ. Orang-orang batak juga, jadi mereka sudah sangat tahu lah adat atau aturan. Tak mungkin mereka membuat sesuatu yang bisa merugikan mereka. Itu dapur dan periuk mereka," katanya. 

kedua, untuk ikut kegiatan itu orang harus merogoh koceknya sebesar Rp 300 ribu. Artinya, itu sangat segmented dan tidak akan ada anak-anak yang ada ikut di dalamnya, misalnya.

Jika mau blak-blakan, lanjut dia, ada di satu tempat terdapat warung remang-remang yang siapa saja biasa masuk tanpa harus mengeluarkan uang ratusan ribu. 

"Lagi pula mereka kan menggunakan kapal pemkab, artinya ada income di situ sehingga kapal itu tidak nganggur. Setiap Sabtu dari jam lima harus standby untuk itu. Saya pikir ini positif lah. Sepanjang tidak berlebihan dan bisa menjawab kekhawatiran-kekhawatiran orang," katanya. 

Awal mula boat party, masih usaha rintisan

Kompas.com pun mencoba mencari tahu siapa sebenarnya siapa yang menyelenggarakan 'pesta' di atas Danau Toba itu.

Di Instagram, akun bernama Volcano Floating Party yang memajang foto-foto beberapa orang turis asing tertawa, menari sambil memegang gelas, DJ yang sedang memainkan alat musiknya, menu makanan, panorama danau dan lain sebagainya. Akun tersebut diikuti 725 pengikut. 

Dari akun tersebut kemudian Kompas.com mewawancarai Hamlet, yang nama aslinya Halasan Maruli Manurung.

Melalui telepon dia bercerita panjang tentang awal mula memulai yang disebutnya menikmati sunset di danau dari atas kapal.

Dia adalah 'orang setempat' yang menggagas 'boat party' dengan dua orang rekannya yang berasal dari Spanyol. Dua orang Spanyol itu pernah datang ke Danau Toba, lima tahun yang lalu. 

Kemudian setahun lalu mereka kembali membahas tentang apa yang diinginkan di Danau Toba ini. Sebagai pemuda setempat yang menginginkan pariwisata berkembang, menyampaikan ide-idenya. Di antaranya jungle track dan boat party.

"Dua kawan saya itu ternyata tertarik dengan boat party. Kemudian mereka banyak membantu baik dari pormosi, desain, hingga materi juga mereka bantu," katanya. 

Dijelaskannya, Volcano Floating Party, sebenarnya adalah salah satu event untuk memperbanyak tamu datang ke Danau Toba dengan melihat sunset (matahari terbenam) di arah Sipolha.

Event itu dimulai dari jam 17.00 WIB dan berakhir pukul 22.00 WIB dan hanya digelar pada hari Sabtu. Pertama kali, kata dia, event ini digelar pada bulan April 2019 lalu berhenti. 

"Itu hanya untuk awal dan promosi saja. Baru dimulai lagi di bulan Juli ini lah, sampai Agustus nanti. Ini kita kan masih merintis," katanya.

Diakuinya bahwa di kapal tersebut pihaknya juga menjual makanan dan minuman soft drink serta minuman beralkohol rendah.

Itu pun, kata dia, dibatasi. Hiburan lainnya, sajian musik dari seorang disc jockey (DJ) yang juga adalah temannya.

Menurutnya, perlu diketahui oleh orang bahwa di event bertarif Rp 300 ribu per orang yang menggunakan kapal milik Pemerintah Kabupaten (pemkab) ini, tidak ada aktivitas yang berlebihan.

Dia yang mengaku sebagai orang Batak sangat mengerti adat dan aturan serta kesakralan Danau Toba. 

"Saya kan orang setempat. Saya sangat percaya bahwa Danau Toba sakral. Saya juga percaya kalau kita sopan di tempa sakral, maksudnya, minum di tempat itu, berdance di situ, kita juga ada Batak dance. Ada tuak, tapi juga tidak akan mengganggu kesakralannya," katanya. 

Menurutnya, selama ini yang dilakukan jauh lebih sopan dan yang paling penting, tidak pernah ada hal-hal tidak baik dilakukan.

"Itu bukan penari telanjang, hanya menari jadi, positif. Ini kan ada dance party ini bukan prostitusi. Hanya bayangkanlah kita manortor di pesta, minum sedikit tuak. Begitu lah di kapal itu. Tuak itu kan manfaatnya bukan hanya untuk mabuk, tapi menghangatkan. Karena di kapal itu juga dingin," katanya.

Tetap menjaga adat dan kelestarian lingkungan

Menurut Hamlet, yang juga sangat penting adalah menjaga adat istiadat. Bali, kata dia, masyarakatnya sangat kental dengan adat istiadat. Begitu juga dia menyebutnya sangat internasional.

Masyarakat Bali, walaupun begitu banyak turis asing datang dengan berbagai kebiasaannya, adat istiadat tetap dijaganya dengan kuat. 

"Bayangkan lah, ketika mereka bersembahyang di pantai, di saat yang sama seseorang dengan bikini lewat, mereka tidak terpengaruh. Hal seperti itu yang saya harapkan di masyarakat di Danau Toba ini," katanya.

"Ini mengajarkan ke dunia bahwa Danau Toba bukan hanya tempat relaksasi saja. Tapi bisa party juga dan banyak spot yang sangat indah. Kalau nanti terlalu sakral lalu kita marahi orang, bagaimana. Kita bawa agama kita untuk kita saja. Jangan paksa orang menjadi kita. Orang itu kan beda."

Hamlet yang pernah empat tahun bekerja di Bali menjadi bartender, penyanyi dan peselancar ini mengatakan bahwa di event ini mereka juga menggunakan konsep eco friendly di mana mereka tidak menghasilkan sampah plastik.

"Pipet kita gunakan yang dari bambu dan besi (stainless), sabunnya juga pakai yang alami. Jadi tidak mencemari Danau Toba. Kita ini hanya menikmati sunset di kapal yang terapung, dari jam lima sore sampai jam sepuluh saja," katanya. 

Begitu juga dengan faktor keamanan, sangat dijaga. Kapal yang digunakan, kata dia, memiliki kapasitas 70 orang dilengkapi dengan sistem keamanan dan juga menyewa lima orang life guard.

Koneksi dengan darat juga intens misalnya untuk menambah makanan yang kurang atau untuk emergency.

"Jadi kalau pun ada pro dan kontra dengan ini, saya anggap itu biasa saja. Kita tahu kok adat dan aturan di sini. Saya sendiri orang setempat, orang Batak. Yang kita lakukan di sinni positif kok," katanya. 

https://regional.kompas.com/read/2019/07/18/20113741/acara-floating-party-joget-dan-minum-bir-di-atas-danau-toba-menuai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke