Salin Artikel

Cerita Ketabahan Mbah Miratun, 29 Tahun Asuh 3 Saudaranya yang Keterbelakangan Mental

Meski sudah uzur umurnya, warga Dusun Kayen, Desa Krebet, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo tak putus asa merawat ketiga saudara kandungnya tersebut.

Tinggal di rumah berdinding anyaman bambu berukuran 8x 7 meter dan berlantai tanah, Miratun tak pernah absen memberikan makan tiga kali sehari kepada ketiga saudaranya, Mesinem (48), Legi (50) dan Sarmon (53).

Setiap harinya, Mbah Miratun menyiapkan menu sarapan bagi ketiga saudaranya, mie instan rebus dan nasi, siang hari dan malam hari, sayuran dan telur.

Tiga saudara kandungnya diasuh Mbah Miratun semenjak kedua orang tuanya meninggal dunia puluhan tahun silam.

Tak hanya mengalami keterbelakangan mental, tiga saudara kandung mbah Miratun juga mengalami kelainan fisik pada tubuhnya.

Mesinem adik bungsunya, lumpuh dan tuna wicara. Sarmon, mengalami kebutaan dan Legi harus berkomunikasi dengan bahasa tubuh alias tuna wicara.

Kondisi Mesinem paling mengenaskan

Bila pagi hari tiba, Miratun dibantu Legi megangkat tubuh Mesinem untuk direbahkan disalah satu sudut teras rumah.

Sore harinya, Miratun dengan bahasa isyarat seadanya meminta Legi membantunya kembali mengangkat Mesinem ke dalam rumah.

Senin (15/7/2019) pagi, beralas karung bekas, tubuh Mesinem yang dibalut dengan baju kusam digeletakkan di suduh teras rumah berlantaikan tanah.

Sementara itu Sarmon, mengenakan celana kolor pendek hitam bertelanjang dada, duduk di ujung balok kayu panjang tak jauh dari tempat Mesinem berbaring.

Sedangkan Legi, membantu Miratun mengikat kayu bakar yang terkumpul di belakang rumah.

Dari ketiganya, kondisi Mesinem yang paling mengenaskan. Selain mengalami keterbelakangan mental. Mesinem mengalami kelumpuhan total.

Kaki dan tangannya sama sekali tidak bisa digerakan hanya untuk sekedar menyangga tubuhnya yang mungil.

Hanya mulut yang mampu digerakkannya saat Miratun hendak memasukkan makanan atau minuman.

Miratun pun menolak bila tiga saudaranya itu dirawat di pantai khusus orang-orang yang mengalami keterbelakangan mental.

“Saya tetap akan merawat mereka,” ujar Miratun.

Miratun menceritakan mulai merawat ketiga saudaranya itu sejak kedua orangtuanya meninggal diawal tahun 1990.

Miratun terpaksa merawat sendiri ketiga saudaranya lantaran tidak lagi memiliki kerabat yang mampu membantunya.

“Semua saya lakukan sendiri sejak orang tua kami meninggal,” kata Miratun.

Keikhlasan Miratun merawat ketiga saudaranya yang mengalami keterbelakangan mental membawa berkah tersendiri.

Warga sekitar hingga dari luar desa datang silih berganti memberikan bantuan dari bahan makanan hingga uang tunai bagi Miratun.

Pekerjaan Mbah Miratun

Kendati banyak mendapatkan bantuan dari warga, Miratun yang pernah gagal berumah tangga itu tak mau berdiam diri di rumah.

Setiap harinya ia berburu dedaunan untuk memberi makan beberapa ekor kambing tetangga kepada dirinya.

Dari hasil memelihara kambing, Miratun bisa menyisihkan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan makan tiga saudaranya.

Sutarmi, tetangga rumah Mbah Miratun menceritakan Mbah Miratun sudah merawat tiga saudaranya yang mengalami keterbelakangan mental sejak lama.

Warga pun tidak mengetahui penyebab saudara Mbah Miratun lahir dengan kondisi keterbelakangan mental.

“Kami tidak mengetahui penyebabnya. Karena banyak warga di sini mengalami seperti itu meski tidak menikah sedarah,” ujar Sutarmi.

Ia mengatakan kondisi Sarmon dan Mesinem sejatinya tidak seperti saat ini. Sebelumnya, Sarmon masih bisa melihat dan Mesinem masih bisa berjalan normal.

Namun tidak tahu penyebabnya, tiba-tiba Sarmon mengalami kebutaan dan Mesinem lumpuh total. 

Apalagi umur Miratun makin hari makin bertambah dan kondisinya fisiknya makin renta. “Terkadang ada yang datang hanya memberi makan siang saja,” katanya.

Bagi Sutarmi, Miratun merupakan sosok yang handal mengelola keuangan. Bantuan yang diberikan warga tidak serta dihabiskan dalam waktu pendek.

Miratun mampu mengatur bantuan berupa makanan atau bahan makanan bisa mencukupi kebutuhan makan bagi tiga saudaranya dalam waktu sepekan.

Ia menambahkan sejatinya Miratun memiliki lahan pertanian. Namun lantaran keterbatasan fisik, Miratun menyewakan lahannya itu kepada orang lain.

Pembagiannya, ia mendapatkan seperempat dari hasil panen.

Miratun acapkali bertamu ke rumahnya untuk sekedar numpang nonton televisi. Maklum, di rumah Miratun, tidak ada televisi dan barang elektronik mahal lainnya.

Di dalam rumah sederhana Miratun, hanya ada beberapa lampu bolam berdaya kecil. “Mbah Miratun sering ke sini untuk nonton siaran di televisi,” kata Sutarmi.

Saat bertamu ke rumahnya, Miratun mengunci pintu rumahnya dari luar agar tiga saudaranya tidak pergi meninggalkan rumah. 

Hubungan bermasyarakat Mbah Miratun pun dinilai baik lantaran tidak pernah menyusahkan warga sekitar.

Banyak warga alami keterbelakangan mental

Sementara Kateni, salah satu sesepuh Dusun Gupak Warak (daerah bersebelahan Dusun Kayen) menyatakan banyak warga di Desa Krebet mengalami keterbelakangan mental.

Warga menduga, banyaknya warga mengalami keterbelakangan mental karena faktor keturunan.

“Di dusun saya ada sekitar sepuluh warga yang idiot. Kalau kasus seperti ini kebanyakan karena pernikahan sedarah,” kata Kateni.

Namun untuk generasi saat ini, kata Kateni, tidak lagi ditemukan kasus anak yang mengalami keterbelakangan mental. 

Warga yang mengalami keterbelakangan mental rata-rata generasi kelahiran sebelum tahun 1980. 

https://regional.kompas.com/read/2019/07/17/08150681/cerita-ketabahan-mbah-miratun-29-tahun-asuh-3-saudaranya-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke