Salin Artikel

6 Fakta Komodo yang Gagal Diselundupkan, Disambut Upacara Adat hingga Dilepasliarkan di Pulau Ontoloe

KOMPAS.com - Sebanyak enam satwa komodo yang gagal diselundupkan dan diamankan penyidik Polda Jawa Timur, telah dipulangkan kembali ke Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Satwa itu diterbangkan dengan pesawat dari Jawa Timur dan tiba di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT, Sabtu (13/7/2019) sore kemarin.

Saat tiba di Kantor Camat Riung, komodo tersebut disambut dengan upacara adat oleh warga Riung.

Setelah upacara adat, komodo yang dibawa dengan mobil patroli kehutanan itu kemudian diinapkan semalam di Kantor Resor KSDA wilayah Riung.

Hewan itu akan dilepasliarkan ke Pulau Ontoloe, yang masuk ke dalam kawasan 17 Pulau Riung, Kabupaten Ngada.

Berikut fakta lengkapnya:

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT Timbul Batubara mengatakan, setelah tiba di Riung, komodo tersebut akan dijemput pemerintah daerah dan warga setempat dan akan ditempatkan sementara di Kantor Resor KSDA wilayah Riung.

Selanjutnya komodo itu akan dilepasliarkan di Pulau Ontoloe, yang masuk ke dalam kawasan 17 Pulau Riung, Kabupaten Ngada.

"Untuk kegiatan pelepasan komodo ke Pulau Ontoloe akan digelar pada Senin besok pagi," kata Timbul.

Saat tiba di Kantor Camat Riung, komodo tersebut disambut dengan upacara adat oleh warga Riung.

Upacara adat dimulai dengan tarian penyambutan Tia Raga, kemudian disusul dengan syair adat Riung Beak.

Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara mengatakan, setelah acara serah terima secara adat, komodo akan ditempatkan sementara di Kantor Resor KSDA wilayah Riung.

Camat Riung Alfian mengatakan, masyarakat di wilayah Riung, menyebut satwa komodo dengan nama 'Mbou'.

Alfian menyebut, di Pulau Ontoloe, selain komodo, ada sejumlah spesies lain yang juga berada di pulau itu yakni, puluhan ribu kelelawar, burung rajawali dan monyet ekor panjang.

"Ini kebanggaan kita bersama warga Riung, Ngada, dan NTT bahwa selain Pulau Komodo dan Pulau Rinca, di bagian utara Pulau Flores (Riung), ada satwa kebanggaan kita bersama yakni Mbou atau komodo," ujar Alfian, dalam sambutannya di aula kantor Camat Riung.

Di tempat yang sama, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Ngada Theodosius Yosefus Nono, berterima kasih kepada semua pihak yang telah berhasil membawa kembali satwa itu ke habitat aslinya.

Nono pun meminta kepada tokoh adat, tokoh masyarakat, pemerintah dan masyarakat umum, agar menjaga satwa itu agar tidak punah.

"Ini satu bentuk kesadaran bahwa ketika ekosistem terganggu, tentu kehidupan manusia akan terganggu. Bagi saya, dengan upacara ini tidak hanya merasa bangga karena merasa satwa ini telah kembali, tapi kita ingin semua masyarakat merasa memiliki satwa ini,"ujarnya.

Satwa komodo ini, lanjut Nono, sangat rentan terhadap kepunahan. Oleh karena itu, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemerintah agar punya tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan satwa ini.

 

5. Bangga penyambutan kepulangan komodo dengan ritual adat

Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT Timbul Batubara, mengaku bangga dengan penyambutan kepulangan komodo dengan ritual adat.

"Kami bangga bahwa di acara adat ini, kita mengungkap ada warisan kita yang hilang dan datang lagi. Ini sesuatu yang membanggakan kita semua," ujar Timbul.

Satwa komodo ini, lanjut Timbul, merupakan endemik dan harta warisan serta kekuatan adat leluhur masyarakat Riung, karena tidak dimiliki di tempat lain.

"Tidak sembarang orang mendapat warisan seperti ini. Gubernur NTT sudah bilang bahwa, komodo seperti ini tidak ada di dunia lain, sehingga orang ingin memiliki satwa ini," kata Timbul.

"Kalau punah, maka hancur kita karena tidak ada lagi yang bisa kita banggakan. Karena itu mati kita jaga bersama komodo, termasuk pakan komodo," tutupnya.

Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara mengatakan, pihaknya akan mengawasi selama tiga hari hingga seminggu dan selanjutnya akan dilepasliarkan.

"Kita masih menyesuaikan cuaca, makanannya, sehat, nyaman dan dipastikan sifat liarnya, baru komodo bisa dilepasliarkan," kata Batubara.

Sebab kata Batubara, kalau komodo tidak ada sifat liarnya, dikhawatirkan akan dimangsa sesama komodo atau ular.

Selain itu, komodo yang akan dilepas nanti juga harus sehat, makanya pihak BBKSDA juga melibatkan dokter satwa.

Sumber: KOMPAS.com (Sigiranus Marutho Bere)

https://regional.kompas.com/read/2019/07/16/08000001/6-fakta-komodo-yang-gagal-diselundupkan-disambut-upacara-adat-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke