Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Orangtua Santri: Kami Trauma, Bantu Anak Kami Pindah dari Pesantren Ini | Kejutan dari Jokowi

KOMPAS.com - Kasus pelecehan seksual terhadap 15 santri di pesantren yang berada di Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe yang diduga dilakukan pimpinan pesantren berinisial Al (45) dan seorang guru MY (26), masih hangat dan menjadi sorotan pembaca.

Karena, pimpinan pesantren dan seorang guru membantah melakukan pelecehan seksual terhadap 15 santri.

Bahkan, puluhan orangtua santri pun mendatangi kompleks Pesantren AN, di Kompleks Panggoi Indah, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.

Kedatangan mereka seiring ditangkapnya AI dan MY, pimpinan dan guru pesantren tersebut oleh penyidik Polres Lhokseumawe.

Selain itu, berita kejutan dari Jokowi, ini mukjizat luar biasa, juga masih menjadi sorotan pembaca.

Pasangan suami istri yang patah kaki, setelah mengalami kecelakaan pada Januari 2019 lalu di Kabupaten Sikka, Flores, NTT, Quido Van Areso dan Yoventa Timbu, menerima santunan sebesar Rp 10 juta dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Uang tersebut diserahkan langsung kepada Quido dan Yoventa oleh staf Sekretariat Presiden (Setpres), Adun Rusmawan di Biara Susteran PACR, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Alok, Kota Maumere.

Berikut ini berita populer nusantara selengkapnya:

Puluhan orangtua santri mendatangi kompleks Pesantren AN, di Kompleks Panggoi Indah, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Jumat (12/9/2019).

Mereka datang untuk mengambil barang anak-anaknya. Sebagian lagi meminta kejelasan uang yang telah disetorkan sebagai biaya pendidikan anak ke pesantren tersebut.

“Anak saya sudah kelas tiga aliyah. Delapan bulan lagi sudah selesai. Bantu kami pak, buat anak saya pindah dari pesantren ini ke sekolah lain. Tapi, saya tidak punya biaya. Kendalanya di biaya,” kata seorang ibu, yang tak mau menyebutkan namanya.

Ucapan itu disampaikan kepada Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Kota Lhokseumawe, Muslem, yang datang mendengar keluhan orangtua wali.

Orangtua lainnya meminta agar uang yang telah diserahkan sebagai uang pangkal pendidikan bisa dikembalikan. Agar uang itu bisa digunakan untuk memasukan anaknya ke sekolah lain.

“Anak saya baru masuk tahun ini. Saya datang buat meminta uang kembali. Anak saya akan saya pindahkan ke sekolah lain,” sebut seorang bapak, tanpa mau menyebutkan namanya.

Dua hari terakhir, tercatat 70 orangtua datang mengunjungi pesantren. Di sana ada tim Pemerintah Kota Lhokseumawe yang mencatat keperluan orangtua santri.

Kepala Humas Pemerintah Kota Lhokseumawe, Muslem menyebutkan, saat ini masih mendata seluruh keperluan santri di pesantren tersebut.

“Misalnya, mereka mau pindah. Kita bantu administrasi pemindahan ke sekolah lain. Terpenting data dulu,” katanya.

Hingga siang ini, sambung Muslem, pihaknya belum menerima berapa jumlah santri di pesantren tersebut.

Quido bercerita bahwa staf Sekretariat Presiden (Setpres) menanyakan perkembangan kondisi dan penanganan kesehatan sejak kecelakaan, Januari 2019 lalu.

"Luar biasa sekali, tidak sangka sampai Pak Presiden Jokowi bisa peduli dengan kami dengan berikan santunan. Pak Presiden kasih santunan kami berupa uang Rp 10 juta. Uangnya tadi diisi pakai tas kecil, yang bawa tadi itu katanya staf dari Istana Kepresidenan," ujar Quido, Jumat siang.

Selain itu, staf Setpres juga sudah melihat kondisi rumah yang selama ini ditempati kedua pasangan itu yang memang sudah reyot.

"Tadi itu dibilang, uang ini untuk perawatan kaki saya dan istri. Begitu pesan dari Pak Jokowi," kata Quido.

Sementara itu, Yoventa mengaku sangat bahagia dan terharu karena mendapat santunan dari Jokowi. Yoventa tak menyangka, Jokowi peduli dengan apa yang menimpa mereka.

Muhammad Pasha Pratama (12), warga Padukuhan Bulu, RT 005 RW 014, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, merasa kecewa saat tahu namanya tak tercantum di papan pengumuman SMPN 2 Karangmojo, Gunungkidul, DIY.

Kondisi keluarganya yang pas-pasan, membuat harapan Pasha untuk melanjutkan sekolah, pupus.

Nenek Pasha, Rebi (65), menceritakan, ibu kandung cucunya itu sudah lama meninggal dunia dan ayahnya, Sugeng, mengidap gangguan jiwa.

Sementara itu, Pasha ternyata tak seorang diri. Romi Kurniawan (12), yang rumahnya tidak jauh dari rumah Pasha, sempat ditolak di SMPN Karangmojo.

Namun, karena kondisi ekonomi keluarganya lebih baik dari Pasha, Romi akhirnya mendaftarkan diri di sekolah swasta.

Saat SMP Hengky mulai menjadi pemulung. Namun bukan pemulung keliling, tapi memungut sampah di gedung serbaguna depan rumahnya.

“Rumah saya dekat Gedung Pemuda, gedung serbaguna yang besar. Dalam seminggu suka ada tiga kali acara. Apalagi pas weekend banyak orang berada menikah di sana,” ucapnya.

Biasanya, sampah-sampah nikahan seperti kardus, gelas air mineral, dan lainnya dibiarkan begitu saja. Itulah yang dikumpulkan Hengky dan teman-teman di kampungnya untuk dijual.

Memasuki SMA, pekerjaan Hengky bertambah seiring bisnis barunya sang ayah menjadi agen oli motor. Setiap hari, ia mengendarai pikap untuk memasukkan oli ke warung-warung.

Dus oli itu tidak diturunkan di warung, tapi dikumpulkan Hengky dan dijual. Hasilnya sekitar Rp 150.000 per bulan, uang yang cukup besar di tahun 1998.

Hasil dari penjualan dus-dus itu, ia jadikan modal untuk menyuplai alat tulis kantor (ATK) ke koperasi sekolahnya.

“Sejak kecil ayah mengajarkan disiplin, bagaimana bertahan hidup,” ungkap suami Sonya Fatmala ini menjelaskan.

Syamsir Paro, legislator PAN Bulukumba merobek lembaran tandatangan daftar hadir setelah mempertanyakan tidak adanya kue dan makanan saat rapat dengar pendapat di Kantor DPRD Bulukumba, Jumat (12/7/2019).

Dia mempertanyakan hal itu karena hanya ada air mineral di atas meja.

Insiden tersebut terjadi setelah Ketua DPRD Bulukumba Andi Hamzah Pangki, mengetuk palu sebanyak tiga kali sebagai tanda berakhirnya rapat yang membahas tentang sengketa lahan kantor Dinas Koperasi Bulukumba yang diklaim warga.

Rapat tersebut menghadirkan Dinas Perumahan, Pemukiman dan Pertanahan (DP3) dan ahli waris.

"Kalau perjalanan dinas cepat. Kalau kuenya orang lama datang, baru sudahmi semua (tamu) tandatangan. Ini pertanggunjawabannya orang, mana kuenya," kata Syamsir Paro.

Padahal saat itu para undangan telah menandatangani daftar hadir kegiatan RDP, sebagai pertanggunjawaban atas hidangan berupa kue dan nasi kotak.

Setelah merobek daftar hadir, Syamsir beranjak pergi dari ruang paripurna.

Lima menit setelah Syamsir dari ruang rapat, makanan yang dipesan oleh sekretariat DPRD Bulukumba kemudian datang.

Sumber: KOMPAS.com (Rachmawati, Reni Susanti, Masriadi, Nansianus Taris, Michael Hangga Wismabrata)

https://regional.kompas.com/read/2019/07/13/06200041/-populer-nusantara-orangtua-santri--kami-trauma-bantu-anak-kami-pindah-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke