Salin Artikel

Inovasi Getuk Lindri Wahyudi, Habiskan 7 Kuintal Singkong hingga Jual 1.000 Kotak Per Hari

MAGETAN, KOMPAS.com - Wahyudi, warga di Desa Wakah Kabupaten Ngawi Jawa Timur memproduksi getuk lindri, kudapan manis khas Jawa yang terbuat dari singkong. Dalam sehari, Wahyudi berhasil menjual 1.000 kotak getuk lindri di tiga gerai miliknya.

Selain itu, dia juga memenuhi permintaan reseller dan pembelian secara online .

Kepada Kompas.com, Wahyudi mengaku dalam satu hari bisa menghabiskan 7 kuintal singkong yang diolah oleh 20 pegawainya sejak jam 03.00 WIB dini hari.

Usaha getuk lindri yang diberi nama Getuk Anyar ini dilakoni Wahyudi sejak tahun 2016 lalu. Sebelumnya dia memiliki toko peralatan sekolah dan membuat getuk lindri untuk membantu petani singkong yang terpaksa menjual murah hasil kebun mereka ke Magetan.

“Dulu satu karung beratnya 70 kilogram hanya dihargai Rp 50.000, sekarang kita terima Rp 180.00 di sini,” ujarnya Rabu (10/07/2019).

Awalnya sering ditipu hingga tak laku

Saat awal berbisnis getuk lindri, Wahyudi mengaku sering ditipu pedagang singkong karena tidak bisa membedakan singkong bogor dan singkong ketan.

Untuk memproduksi getuk linddri, Wahyudi menggunakan singkong ketan. Namun ada beberapa penjual singkong yang nakal mencampur keduanya.

“Bagian atas diisi singkong ketan sementara bagian bawah diisi singkong bogor. Dulu tidak bisa membedakan, sekarang dari melihat bentuknya saja kita sudah tahu mana singkong ketan mana singkong bogor,” ujarnya.

Bukan hanya itu, di dua bulan awal penjualan, Wahyudi sering membagikan puluhan kotak getuk lindri produksinya secara gratis karena tidak laku dijual.

Getuk lindri harus dibagikan karena tidak tahan lama

“Saya kasih kepada siapa saja yang ditemui di jalan dari pada dibawa pulang. Ya karena kita kan tidak memakai pengawet, jadi getuk kita cuma bertahan satu hari saja,” ujarnya.

Berbekal pengalaman , getuk yang tidak laku kemudian diolah kembali oleh Wahyudi menjadi getuk goreng.

Proses pembuatan rumit

Prosesnya cukup rumit karena harus melalui proses pendinginan hingga 2 kali. Karena melewati proses pendinginan dua kali.

Rumitnya pembuatan getuk goreng beku membuat sejunlah permintaan toko swalayan di Kota Solo di tolak.

“Prosesnya kita beukan semalam, kemudian di beri tepung dan tepung panir baru di bekukan lagi. Permintaan getuk goreng cukup tinggi,” katanya.

Sejak tahun 2016, Wahyudi sudah membuat beberapa varian getuk, di antaranya getuk original, getuk ungu, getuk rempah, getuk talas, dan keripik getuk.

Dia juga menjual balung kethek, penganan dari singkong yang diiris tipis kemudian di goreng yang memiliki rasa renyah.

Getuk lindri produksi Wahyudi memiliki beragam rasa sesuai dengan warnanya. Berbeda dengan getuk lindri yang ada di pasaran yang hanya memiliki satu rasa.

Inovasi beragam rasa dan warna

“Ini produk baru kita dimana kita punya 8 warna, setiap warna itu mewakili rasa, seperti orannye rasanya jeruk, coklat rasanya juga coklat, terus ada moka, ada rasa kopi, ada rasa pandan, ada rasa stroberi,” ujarnya.

Selain memiliki beraneka rasa, getuk lindri buatan Wahyudi dikenal lebih lembut, gurih, legit serta memiliki perpaduan antara wangi pandan dengan rasa manis dan asin yang saling melengkapi.

“Rasanya beda dengan getuk biasanya, lebih lembut. Selain itu banyak pilihan,” ujar Sartuka, warga Ponorogo salah satu pelanggan getuk yang datang langsung ke dapur pembuatan usai mengunjungi destinasi wisata Srambang.

Getuk lindri produksi Wayudi di kemas dalam kotak berukuran panjang sekitar 20 X 10 sentimeter dan pemasarannya telah mencapai Kabupaten Magetan, Kabupaten Solo hingga Kabupaten Cepu.

Niatnya untuk membantu petani singkong

Untuk memenuhi pesanan, Wahyudi dan istrinya Heri Susanti harus bangun jam 3 subuh sebelum semua karyawannya datang.

“Jam 3 sudah mengukus singkong yang dikupas kemarin sorenya, karyawan biasanya datang setelah subuh,” katanya.

Dibantu 20 karyawannya dalam satu hari Wahyudi menyiapkan 500 kotak getuk jenis original dan 500 kotak getuk dengan aneka rasa lainnya.

Satu kotak getuk original dibandrol denan harga Rp 10.000 dan getuk yang memiliki rasa kisaran Rp 13.000.

Wahyudi enggan menjelaskan pendapatan pasti dari getuk olahannya selama sebulan. Namun yang terpenting bagi dia adalah bisa membantu para petani singkong di daerahnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/11/10591701/inovasi-getuk-lindri-wahyudi-habiskan-7-kuintal-singkong-hingga-jual-1000

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke