Salin Artikel

Macan Kumbang Slamet, Takut Saat Lihat Manusia hingga Dipasangi GPS

Satwa liar dilindungi ini sempat masuk pemukiman Kampung Cimalingping, Desa Sindangsari, Kecamatan Kasomalang, Subang, Sabtu (1/6/2019). Slamet bahkan melukai seorang warga, Juju Juangsih (62).

Sebelum dilepas, karnivora besar ini mendapatkan rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) Nyalindung, Sukabumi sejak 28 Juni hingga 8 Juli 2019.

"Kondisi macan tutul sudah siap di-release, rencanaya besok (Selasa)," ujar Kepala Bidang Wilayah ll Soreang - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Pupung Purnawan kepada Kompas.com di PPSC Nyalindung, Sukabumi, Senin (8/7/2019) petang.

Pupung menuturkan, kondisi satwa siap dilepas berdasarkan data dari para dokter hewan yang menanganinya di PPSC. Tim dokter hewan telah menanganinya baik secara fisik maupun psikologi satwa.

"Di sini (PPSC), macan tutul ini sudah mendapatkan penanganan selama seminggu. Dan petang ini dengan perjalanan malam akan dievakuasi ke Kuningan," ujar mantan Kepala Bagian Tata Usaha BBKSDA Papua.

Dokter hewan dari Direktorat Jenderal  Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) Dedi Candra mengatakan, secara umum, macan tutul jantan ini dalam kondisi baik. Pihaknya telah melaksanakan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang hasilnya dalam ketegori baik.

Dari pemeriksaan perilakunya, macan tutul berusia remaja ini masih bisa makan dan sifat liarnya pun masih sangat terlihat.

"Hal ini ditandai dengan menghindari kontak dengan manusia. Bila ada orang langsung sembunyi. Di sini (PPSC) ada fasilitas yang memang satwanya bisa bersembunyi, ada semak-semaknya," kata Dedi.

Menurut dia, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan dugaan penyakit yang biasa menular dari hewan-hewan jenis anjing dan kucing.

"Hasilnya juga negatif, tidak ditemukan penyakit," ujar Dedi.

Dipasangi GPS collar

Rudiar Anisa, dokter hewan dari Copenhagen Zoo - Baluran Program mengatakan, macan tutul yang akan dilepasliarkan di kawasan Gunung Ciremai tersebut sudah dipasangi Global Positioning System (GPS) Collar.

Alat GPS Collar ini telah dipasang di bagian leher, pada bagian lingkaran terkecil macan tutul. Alat tersebut akan mengirimkan titik koordinat dan dapat langsung dipantau di atas peta digital.

Tujuan pemasangannya, menurut Rudiar, untuk mendapatkan data pergerakan dan mengetahui posisi macan tutul. Alat tersebut sudah di atur untuk melaporkan setiap 30 menit sekali.

"Sehingga, nantinya setelah sekian lama akan mengetahui dan bisa dipetakan pergerakannya," ujar Rudiar.

Pantauan Kompas.com, macan tutul yang akan dilepasliarkan di TNGC ini dimasukan ke dalam kandang angkut dengan mobil khusus Wildlife Rescue Unit Ditjen KSDAE. Kandang angkutnya terbuat besi dengan ukuran panjang 190 sentimeter, lebar 82 sentimeter dan tinggi 150 sentimeter.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/09/11112831/macan-kumbang-slamet-takut-saat-lihat-manusia-hingga-dipasangi-gps

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke